Menurut UAH Orang Pintar Menurut Islam Bukan soal Nilai Tinggi, tapi..

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan modern, ukuran kepintaran kerap dikaitkan dengan gelar akademik, prestasi kerja, atau kecakapan teknologi. Namun, Islam memiliki standar yang jauh lebih mendalam tentang siapa sejatinya orang pintar.

Bagi umat Islam, kepintaran tidak hanya dinilai dari aspek duniawi. Kepintaran sejati melibatkan kesadaran spiritual dan pemahaman akan hakikat hidup di dunia serta arah akhir perjalanan manusia.

Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan bahwa orang yang benar-benar pintar adalah mereka yang memahami esensi kehidupan, yakni untuk apa ia diciptakan dan bagaimana cara terbaik untuk kembali kepada Allah.

“Orang pintar itu orang yang paham esensi kehidupan, untuk apa dia ada di dunia dan bagaimana dia cara pulang meninggalkan dunia,” ujar Ustadz Adi Hidayat dalam sebuah ceramahnya.

Ia menegaskan, orang yang cerdas menurut Islam akan selalu menyambungkan segala aktivitasnya kepada Sang Pencipta. Ia selalu berkonsultasi kepada Allah tentang tujuan dan caranya menjalani kehidupan.

“Dia akan bertanya pada Allah, ‘Ya Allah kenapa saya diciptakan? Apa tugas saya? Untuk apa saya hidup di bumi ini? Saat saya berdiri, berjalan, duduk, bahkan saat tidur, apa yang harus saya lakukan?’” tambah UAH, dirangkum Liputan6.com dari tayangan video di kanal YouTube @Hasanahislamofficial, Sabtu (19/04/2025).

Simak Video Pilihan Ini:

Mengintip Ketatnya Nusakambangan, 1 Napi 1 Sel dan X-Ray Menembus Tengkorak

Dalam Islam Panduan Hidup Sangat Lengkap

Ustadz Adi Hidayat menyampaikan bahwa hanya dalam Islam, umat dapat menemukan panduan hidup yang lengkap. Dari cara berdiri, berjalan, makan, tidur, hingga berinteraksi dengan sesama telah diatur dalam ajaran Islam.

“Tidak ada satu pun ajaran yang mampu menjelaskan semua aktivitas manusia dari bangun tidur sampai tidur kembali, bahkan sampai wafat dan setelah wafat, kecuali Islam,” tegasnya.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya fokus pada aspek ibadah ritual, tetapi juga sangat memperhatikan aspek kehidupan sehari-hari secara menyeluruh.

Menurutnya, seseorang bisa saja mendapat gelar tertinggi, menjadi profesor atau ilmuwan, namun jika ia tidak mengetahui tujuan hidup, maka ilmunya belum sempurna di sisi Allah.

Ia mencontohkan, seseorang yang pintar secara duniawi mungkin hebat membuat program komputer atau membangun gedung tinggi, tetapi bisa jadi tidak tahu bagaimana cara bersuci sebelum sholat.

“Lalu siapa yang lebih pintar? Orang yang tahu cara mendekatkan diri kepada Allah, atau orang yang hanya pintar menguasai dunia tapi melupakan akhirat?” tanya Ustadz Adi Hidayat dalam ceramah tersebut.

Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk memperbaiki cara pandang terhadap makna kepintaran. Pendidikan tinggi dan gelar hanyalah bonus, namun tujuan utama tetap pada keridhaan Allah.

Orang Pintar Versi Islam

Pemahaman ini penting ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan anak muda yang tengah mencari jati diri di tengah gempuran budaya materialistik.

Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban, bahkan hal yang terlihat sepele seperti menggerakkan jari atau mengucap sepatah kata.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Mulk ayat 2, Allah berfirman: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa yang terbaik amalnya." Ayat ini menjadi dasar bahwa hidup adalah ujian untuk menunjukkan amal terbaik, bukan sekadar pengumpulan harta atau pangkat.

Ustadz Adi Hidayat juga menekankan pentingnya doa dalam setiap aktivitas. Bahkan saat tidur pun, umat Islam diajarkan untuk membaca doa dan menyerahkan jiwanya kepada Allah.

“Inilah bedanya orang pintar dalam Islam, setiap aktivitas ada tuntunannya, setiap gerak ada nilainya, setiap niat dihitung sebagai ibadah jika diniatkan karena Allah,” katanya.

Dengan memahami esensi ini, maka seseorang akan menjalani hidup dengan lebih tenang, terarah, dan tidak mudah terombang-ambing oleh arus zaman.

Orang pintar versi Islam juga akan lebih berhati-hati dalam berkata dan bertindak, karena sadar bahwa setiap langkah adalah bagian dari perjalanan menuju akhirat.

Ustadz Adi Hidayat pun menutup ceramahnya dengan mengingatkan bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah, dan yang dibawa bukan harta atau jabatan, melainkan amal dan niatnya selama hidup.

“Jadilah orang pintar yang sejati, tahu tujuan hidup, tahu jalan pulang, dan tahu bekal apa yang harus disiapkan,” tuturnya menutup kajian.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |