Liputan6.com, Jakarta - Salah satu syarat sah sholat ialah suci dari najis. Hal yang diwajibkan suci dari najis yaitu meliputi anggota tubuh, pakaian, serta tempat untuk melangsungkan sholatnya.
Sering kita temukan, misalnya seorang pria mengenakan celananya yang panjang hingga menjulur ke lantai atau jalanan yang dilaluinya, sehingga berpotensi mengenai najis, kotoran, dan sebagainya.
Hal tersebut juga sering terjadi pada wanita yang menggunakan gamis. Gamis muslimah yang panjang kerap kali menyentuh lantai atau tanah yang bisa saja terkena najis.
Permasalahan tersebut ditanyakan oleh salah satu jemaah Al Bahjah. Bolehkah jika mengenakan mengenakan pakaian yang menjulur ke lantai sedangkan tidak tahu ada kotoran yang tersapu oleh pakaian tersebut? Apakah sholatnya sah?
Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya di bawah ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Evakuasi Dramatis Jenazah Korban Dukun Maut Pengganda Uang Mbah Slamet di Banjarnegara
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya menjelaskan bahwa selagi najis itu tidak terlihat langsung mengenai pakaiannya, maka pakaian itu tetap suci. Jika dipakai untuk sholat, sholatnya sah.
"Kecuali Anda betul-betul kelihatan membawa najis. Sebab, bumi Allah semuanya adalah suci dan tidak akan berubah jadi najis kecuali Anda melihat dengan mata Anda sendiri," terang Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (28/4/2025).
Buya Yahya mengimbau agar jangan was-was dengan suci atau tidaknya ketika mengenakan pakaian yang menjulur. Selagai tidak terbukti terkena najis, maka pakaiannya tetap suci.
Adapun masalah kotor yang tidak tercampur dengan najis, maka itu berkaitan dengan kenyamanan dalam melaksanakan ibadah.
Tidak Setiap Kotor Selalu Najis
Mengutip NU Online, perlu diketahui oleh setiap muslim bahwa tidak setiap yang kotor itu selalu najis. Misalnya pakaian yang terkena tanah, debu atau keringat. Secara dzahir pakaian itu kotor, akan tetapi dalam pandangan syariat Islam tidak disebut najis. Artinya, sah sholat dengan pakaian tersebut.
Namun bagaimana jika tanah tersebut bercampur dengan najis? Terdapat perbedaan ulama bila tanah tersebut bercampur najis terutama bagi yang menggunakan celana panjang.
Syekh Wahbah Az-Zuhayli menjelaskan soal ini dalam Fiqhul Islam Wa Adillatuhu.
تكرار المشي في الثوب الطويل الذي يمس الأرض النجسة والطاهرة: يطهر الثوب، لأن الأرض يطهر بعضها بعضاً، بدليل حديث أم سلمة: أنها قالت: «إني امرأة أطيل ذيلي، أمشي في المكان القذر، فقال لها رسول الله صلّى الله عليه وسلم: يطهره ما بعده» ويتفق المالكية والحنابلة مع الحنفية في ذلك، وأقره الشافعي بما جرى على يابس، وقيده الحنابلة بيسير النجاسة، وإلا وجب غسله
Artinya, “Apabila pejalan kaki menggunakan celana panjang dan ujungnya menjulur ke tanah yang suci dan najis, maka pakaiannya masih dianggap suci, karena tanah dapat mensucikan sebagiannya.
Dalilnya ialah hadits Ummu Salamah RA yang pernah bertanya kepada Nabi, ‘Ujung celana (pakaian bagian bawah) saya panjang (menjulur ke tanah) dan saya pernah melewati tempat yang kotor.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Kotoran itu akan disucikan oleh tanah yang bersih setelahnya.’
Ulama madzhab Maliki, Hanbali, dan Hanafiyah sepakat dengan hal ini. Sementara As-Syafi’i membatasi makna hadis ini pada tanah yang kering saja. Madzhab Hanbali mensyaratkan najisnya sedikit dan mesti dicuci bila banyak.”
Dalam kondisi tertentu, sholat dengan pakaian yang dikenakan, asalkan suci dan sesuai dengan pendapat ulama di atas, maka silakan sholat dengan pakaian tersebut. Namun alangkah baiknya jika melangsungkan sholat dengan pakaian yang bersih.
Wallahu a’lam.