Liputan6.com, Jakarta - Ibadah tawaf menjadi salah satu rukun penting dalam pelaksanaan haji maupun umrah. Setiap putaran yang mengelilingi Ka'bah mengandung makna spiritual yang mendalam, bahkan memiliki rahasia yang tak semua orang pahami.
Hal ini penting dipahami mengingat musim haji 2025 sudah dimulai. Para jemaah haji mulai diberangkatkan dari daerahnya masing-masing.
Tak sedikit jemaah yang menjalani tawaf tanpa benar-benar memahami makna di balik gerakan dan bacaan yang dilakukan. Padahal, menurut ulama Ustadz Adi Hidayat (UAH), ada satu rahasia besar yang jarang diungkap secara luas.
Dalam satu kajiannya, UAH menyebut bahwa ada rahasia terbatas dalam tawaf yang hanya diketahui sebagian kecil orang. Ia menyampaikannya dengan gaya santai namun penuh makna.
"Padahal ada satu rahasia dalam tawaf, yang mau umrah ingat ini kalimat ini, ini rahasia terbatas ya, hehehe," ujarnya setengah bercanda.
Pendakwah muda Muhammadiyah ini kemudian mengaitkan rahasia tersebut dengan ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS.
Menurut UAH, kunci pemahaman tentang makna tawaf bisa ditemukan dalam surah ke-19, Maryam, ayat 47 sampai 49. Ayat-ayat ini memuat lompatan spiritual yang sangat penting.
Dikutip Jumat (26/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @danizidan, UAH menjelaskan bahwa rangkaian ayat ini menjadi dasar dari logika spiritual dalam tawaf.
Simak Video Pilihan Ini:
Penggelapan Mobil Modus Balik Nama di Samsat Pemalang Terungkap
Doa saat Tawaf Sangat Berpotensi Terkabul
Ayat tersebut berbunyi, qâla salâmun ‘alaîk, sa'astaghfiru laka rabbî, innahû kâna bî safiyyâ — “Dia (Ibrahim) berkata, ‘Semoga keselamatan bagimu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia Mahabaik kepadaku.’”
Lalu dilanjutkan dengan ayat: wa a‘tazilukum wa mâ tad‘ûna min dûnillâhi wa ad‘û rabbî ‘asâ allâ akûna bidu‘â'i rabbî syaqiyyâ — “Aku akan menjauh darimu dan apa yang engkau sembah selain Allah. Aku akan berdoa kepada Tuhanku semoga aku tidak kecewa dengan doaku kepada Tuhanku.”
Dan kemudian: fa lamma‘tazalahum wa mâ ya‘budûna min dûnillâhi wahabnâ lahû is-hâqa wa ya‘qûb, wa kullan ja‘alnâ nabiyyâ — “Maka, ketika dia (Ibrahim) sudah menjauh dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya (seorang anak) Ishaq dan (seorang cucu) Ya‘qub. Masing-masing Kami angkat menjadi nabi.”
Dari rangkaian ayat itu, UAH menekankan bahwa salah satu kunci dikabulkannya doa adalah pemutusan total dari selain Allah dan fokus sepenuhnya kepada-Nya.
"Ini kalau Anda paham rahasia di ayat ini, ini baru tawaf aja. Semua doa yang Anda mintakan berpotensi dikabulkan," kata UAH dengan penekanan kuat.
Karena itulah, kata UAH, posisi tawaf bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi momentum penyerahan total kepada Allah dengan hati yang sepenuhnya bersih dari ketergantungan pada selain-Nya.
Doa Selama Tawaf
UAH juga menjelaskan struktur bacaan selama tawaf yang selaras dengan fase spiritual dari kisah Nabi Ibrahim. Semua dimulai dari Hajar Aswad.
Saat melewati Hajar Aswad, bacaan yang dianjurkan adalah: subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar. Ini menjadi titik awal pembersihan diri.
Ketika sampai pada Maqam Ibrahim, titik itulah yang menjadi pemisah penting dalam perjalanan batin. Dari sana, kata UAH, jemaah bebas berdoa hingga Rukun Yamani.
Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, dianjurkan membaca doa: Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina 'adzabannar.
Menurut UAH, ayat-ayat dan doa-doa ini bukan sekadar rutinitas, tapi bagian dari rekonstruksi spiritual ala Ibrahim, di mana seorang hamba total berpaling dari selain Allah.
Momentum itulah yang membuat tawaf menjadi ibadah dengan kemungkinan terkabulnya doa sangat tinggi, asalkan dilakukan dengan pemahaman dan ketulusan.
UAH menambahkan, kisah Nabi Ibrahim adalah fondasi utama banyak ritual dalam ibadah haji dan umrah, termasuk tawaf yang menjadi simbol pengabdian dan harapan.
Dengan memahami ayat-ayat tadi, jemaah tidak hanya sekadar berputar mengelilingi Ka'bah, tetapi juga sedang menempuh perjalanan batin yang besar.
Ujung dari perjalanan itu, seperti Nabi Ibrahim, adalah dikabulkannya doa dan dikaruniainya nikmat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul