Liputan6.com, Jakarta - Menjelang bulan Dzulhijjah, umat Islam kembali dihadapkan pada pertanyaan seputar ibadah qurban. Salah satu yang kerap menjadi perdebatan adalah soal frekuensi pelaksanaannya, apakah cukup sekali seumur hidup, ataukah setiap tahun disunnahkan?
Di tengah masyarakat, masih banyak yang menganggap bahwa qurban cukup dilakukan satu kali dalam hidup. Pandangan ini tentu perlu diluruskan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan syariat.
Pandangan yang lebih mendalam disampaikan oleh dai kondang KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon. Dalam berbagai kesempatan, Buya Yahya menekankan pentingnya memahami hukum qurban sebagai ibadah tahunan, bukan seumur hidup sekali.
Menurutnya, qurban adalah ibadah yang disunnahkan atas setiap individu. Bukan atas keluarga secara kolektif, melainkan atas masing-masing pribadi muslim yang telah baligh dan mampu secara finansial.
Penjelasan ini disampaikan Buya Yahya dalam ceramah yang dikutip Jumat (26/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @Himawari_1997. Dalam ceramah tersebut, ia memaparkan kesalahan umum yang kerap diyakini oleh masyarakat.
Ia mengatakan bahwa qurban bukanlah ibadah yang cukup dikerjakan sekali dalam hidup. Ketika datang bulan haji, maka setiap tahun seorang muslim dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban atas nama dirinya sendiri.
Simak Video Pilihan Ini:
Operasi SAR 8 Pekerja Terjebak Sumur Tambang Emas di Banyumas Ditutup
Bisa Direncanakan dan Menabung
“Qurban itu disunnahkan atas orang per orang. Jadi korban itu sunnah atas diriku,” ujar Buya Yahya dengan tegas dalam ceramahnya.
Ia menambahkan bahwa seseorang hendaknya mulai membiasakan diri untuk berpikir dan merencanakan ibadah qurban setiap tahun. Salah satu caranya adalah dengan menabung sejak jauh-jauh hari.
Bahkan jika memiliki anak-anak, maka disarankan pula untuk berusaha membelikan hewan qurban untuk anak-anaknya, asalkan memang memiliki kemampuan. Ini menunjukkan bahwa qurban adalah bentuk kepedulian spiritual yang bersifat personal.
“Saya nabung, berusaha untuk menabung. Kalau saya punya anak, ya saya belikan buat anak-anak saya,” ungkapnya dalam ceramah tersebut.
Buya Yahya juga menanggapi fenomena masyarakat yang merasa tidak perlu berqurban lagi karena sudah pernah melakukannya di tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, ini adalah pemahaman yang keliru.
Ia mencontohkan, seseorang berkata, “Saya sudah qurban tahun lalu.” Padahal, menurut sunnah yang diajarkan dalam Islam, qurban disyariatkan setiap tahun bagi yang mampu.
Jika seseorang memiliki seekor kambing dan tahun lalu sudah berqurban, maka tahun ini tetap disunnahkan untuk berqurban kembali. Tidak ada konsep qurban cukup sekali seumur hidup dalam syariat.
Jangan Anggap Seumur Hidup Sekali, Sembelih Sifat Kikir
“Kalimat yang selama ini sering kita dengar adalah kalimat yang salah. Menganggap qurban itu seumur hidup sekali,” ujar Buya Yahya dengan nada korektif.
Ia mengajak seluruh umat Islam untuk tidak menjadikan ibadah qurban sebagai beban, tetapi sebagai bentuk kedekatan kepada Allah SWT. Jika niatnya sudah lurus, maka insya Allah akan dimudahkan.
Bahkan bagi yang merasa belum mampu, Buya Yahya menganjurkan untuk tetap berusaha dan memohon kepada Allah agar diberikan kelapangan rezeki. Sebab, keinginan untuk beribadah saja sudah menjadi bentuk amal yang baik.
Pemahaman ini sangat penting agar umat tidak terjebak pada persepsi ibadah simbolik. qurban adalah bentuk penghambaan dan ketaatan yang konsisten, bukan hanya sekadar rutinitas sesekali.
Buya Yahya menekankan bahwa Islam tidak memberatkan umatnya. Namun, dalam hal ibadah yang disunnahkan seperti qurban, sikap serius dan niat yang benar sangatlah diperlukan.
Dengan meluruskan pemahaman tentang qurban, masyarakat diharapkan bisa lebih semangat dan konsisten menjalankan ibadah ini setiap tahunnya.
Akhirnya, qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, melainkan juga menyembelih sifat kikir dan memperkuat kepekaan sosial terhadap sesama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul