Liputan6.com, Jakarta - Suasana pengajian Majelis Ta'lim Sabilu Taubah kali ini terasa berbeda dari biasanya. Gus Iqdam yang dikenal penuh percaya diri saat menyampaikan ceramah, tampak lebih sering menundukkan kepala.
Biasanya, Gus Iqdam berbicara sembari menatap para jemaah dengan penuh semangat. Namun kali ini, sorot matanya lebih banyak diarahkan ke bawah, seolah menyimpan sesuatu.
Pendakwah muda sekaligus pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah, Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam, mengungkapkan alasan di balik perubahan sikapnya tersebut.
Kabar terbaru, Gus Iqdam membuat pengakuan mengejutkan kepada jemaah. Ia mengaku sedang sakit, lebih tepatnya sakit mata, yang menurutnya akibat kualat terhadap istrinya, Ning Nila Nihayah.
Kepada para jemaah, Gus Iqdam dengan jujur menceritakan bahwa rasa sakit itu bermula dari guyonannya sendiri terhadap istrinya. Sebuah gurauan yang kini justru berbalik kepadanya.
Dikutip Minggu (27/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @Delkengane Pusat, kisah ini disampaikan langsung oleh Gus Iqdam di hadapan ribuan jemaah yang hadir.
Gus Iqdam menuturkan bahwa sore sebelumnya ia sempat menggoda istrinya yang sedang tidak enak badan. Saat itu, ia berkelakar bahwa sang istri sakit karena terlalu sering bermain HP.
Simak Video Pilihan Ini:
Evakuasi Dramatis Jenazah Korban Dukun Maut Pengganda Uang Mbah Slamet di Banjarnegara
Berawal Guyonan jadi Kualat
Padahal, lanjut Gus Iqdam, keseharian istrinya lebih banyak dihabiskan untuk mengaji, memegang Al-Qur'an, serta menerima setoran hafalan dari para santri.
Guyonan yang awalnya hanya dimaksudkan untuk bercanda itu ternyata berbuntut panjang. Tak disangka, keesokan harinya, Gus Iqdam justru bangun tidur dengan mata bengkak.
"Mripat kulo njendol bengkak, bojo kulo malih milalati," tutur Gus Iqdam, yang membuat jemaah tertawa kecil.
Ning Nila, menurut Gus Iqdam, hanya menanggapi candaan suaminya dengan kalimat sederhana. Ia berkata, "Njenengan nggih katahen duko-duko," yang berarti Gus Iqdam terlalu sering marah-marah.
Mendengar jawaban itu, Gus Iqdam mengaku merasa tersentil. Ia menyadari bahwa gurauan tentang istrinya ternyata kembali mengenai dirinya sendiri.
Dalam ceritanya, Gus Iqdam merasa heran, bagaimana ucapan sederhana istrinya bisa begitu berpengaruh. Ia sampai bergumam, "Opo sing dadi amalane, perasaan bojo kulo mboten katah amalane."
Jangan Remehkan Orang Lain
Ucapan tersebut menunjukkan kekaguman Gus Iqdam pada kekuatan doa dan perkataan seorang istri, meskipun dalam keseharian istrinya tidak memperlihatkan amalan khusus yang mencolok.
Peristiwa ini membuat Gus Iqdam merenung dalam-dalam tentang pentingnya menjaga lisan, terlebih terhadap pasangan hidup yang senantiasa setia mendampingi.
Gus Iqdam juga mengingatkan jemaahnya agar tidak meremehkan ucapan maupun perasaan orang lain, apalagi kepada orang terdekat seperti istri.
Dalam suasana penuh keakraban, Gus Iqdam tetap menyelipkan pesan moral kepada para jemaah. Ia mengajak untuk saling menjaga lisan dan saling mendoakan dalam kebaikan.
Menurutnya, candaan sekalipun harus tetap dalam batasan yang baik, agar tidak berbalik menjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Kisah sederhana ini menjadi pelajaran berharga, tidak hanya bagi Gus Iqdam, tetapi juga bagi seluruh jemaah yang hadir dalam majelis malam itu.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul