Doa Iftitah Dibaca pada Rakaat Berapa? Simak Panduan dan Bacaannya

1 month ago 24

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam wajib mengetahui syarat sah dan rukun sholat supaya ibadahnya absah. Dalam sholat juga terdapat kesunnahan yang perlu dilakukan untuk menyempurnakan pahala ibadah tersebut. Namun, masih sering muncul pertanyaan di kalangan awam, doa iftitah dibaca pada rakaat berapa?

Sholat merupakan kewajiban umat Islam yang menjadi salah satu identitas terpenting sebagai muslim. Sholat menjadi Rukun Islam kedua setelah syahadat, yang menunjukkan pentingnya ibadah wajib ini. Untuk itu penting bagi seorang muslim untuk mengetahui tata cara hingga kesunahannya.

Hanya saja, terkadang muncul kebingungan di kalangan masyarakat, terutama ketika melaksanakan sholat berjamaah atau sholat yang terdiri dari lebih dari satu rakaat. Banyak yang bertanya-tanya apakah doa iftitah dibaca pada setiap rakaat atau hanya cukup pada rakaat pertama saja.

Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai doa iftitah dibaca pada rakaat berapa, hukum dan ragam bacaannya.

Waktu dan Cara Membaca Iftitah dan Hukumnya

Hukum membaca doa iftitah dalam shalat adalah sunnah (sunah), bukan wajib maupun rukun. Artinya, jika seseorang meninggalkannya, shalatnya tetap sah, tetapi ia kehilangan keutamaan (pahala) sunnah.

Dalam buku Buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Moh Rifa'i dijelaskan mengenai waktu membaca doa iftitah. Berdasarkan penjelasan para ulama dan rujukan kitab-kitab fiqih, doa iftitah cukup dibaca pada rakaat pertama saja, baik dalam sholat wajib maupun sunnah, dan tidak diulang pada rakaat berikutnya. Penjelasan ini didukung oleh hadis-hadis shahih serta pendapat mayoritas ulama.

1. Penjelasan Sayyid Sabiq

Dalam Buku Buku Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan membaca doa iftitah adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram, sebelum membaca al-Fatihah.

2. Penjelasan Syekh Nawawi al-Bantani

Senada dengan itu, Syekh an-Nawawi al-Bantani dalam Nihâyatuz Zain menjelaskan, doa iftitah sunnah dilaksanakan setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta’awudz di dalam setiap sholat selain sholat jenazah. Sedangkan untuk sholat jenazah tidak disunnahkan karena shalat jenazah memang dianjurkan singkat.

“Setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta’awudz disunnahkan membaca doa iftitah di selain shalat jenazah. Sedangkan di dalam shalat jenazah tidak disunnahkan membaca doa iftitah karena shalat jenazah dianjurkan untuk singkat dalam pelaksanaannya.” (Nihâyatuz Zain).

Dasar kesunahan dan waktu membaca iftitah berdasar hadis berikut. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdiri dalam shalat, beliau diam sesaat sebelum membaca (al-Fatihah). Aku bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apa yang engkau baca ketika diam antara takbir dan bacaanmu?" Beliau menjawab:

"Aku membaca:

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ" 

(HR. Bukhari no. 744 dan Muslim no. 598)

Cara Membaca Doa Iftitah

Berikut ini adalah tata cara membaca iftitah:

1. Dibaca dengan lirih atau sir

Al-Imam Al-Faqih Muhammad Mahfudh bin Abdullah At-Tarmasi dalam Hasyiyah Turmusyi menjelaskan, doa iftitah dilafalakan secara sir (dengan suara pelan) walaupun dalam sholat Jahriyah (shalat yang dianjurkan mengeraskan bacaan Al-Fatihah).

2. Jeda sedikit setelah Takbiratul Ikhram

Doa Iftitah dibaca setelah Takbiratul Ihram, tetapi hendaknya ada jeda sedikit yang menyela antara takbir dan Doa Iftitah, seukuran membaca subhanallah. Doa Iftitah hukumnya sunah, walau ada pendapat lemah yang menyatakan hukumnya wajib.

Syarat Kesunahan Membaca Doa Iftitah

1. Makmum masbuk mendapati Imam dalam posisi Berdiri

Jika makmum masbuk mendapati imam dalam posisi i’tidal atau lainnya maka ia tidak sunah membaca doa Iftitah.

Apabila makmum mendapati Imam dalam Tasyahud akhir, maka di sini terdapat perincian hukum: jika makmum masbuk ini sempat duduk tasyahud akhir bersama Imam, maka tidak sunah membaca doa iftitah setelah ia bangkit berdiri.

Namun, apabila sebelum duduk, Imam sudah membaca salam maka disunnahkan baginya membaca doa Iftitah sebelum membaca Surat Al-Fatihah.

2. Bukan dalam sholat Jenazah

Dalam shalat jenazah walaupun shalat ghaib tidak disunahkan doa iftitah berdasarkan pendapat yang muktamad. Sebab Shalat Jenazah berprinsip ringkas.

3. Dia belum memulai membaca Taawudz atau Basmalah, walaupun lupa

Jika ia sudah terlajur membaca Taawudz atau basmalah maka tidak disunahkan lagi membaca doa Iftitah sebab sudah hilang tempatnya.

4. Bisa membaca Al-Fatihah secara sempurna sebelum imam rukuk

Jika makmum masbuk mendapati imam dalam keadaan berdiri, dan mengira sisa waktunya tidak cukup untuk membaca Al-Fatihah disertai doa Iftitah, maka ia tidak dianjurkan membaca Doa Iftitah

5.  Tidak takut kehilangan waktu shalat atau waktu ada

Jika sholat di akhir waktu, sedangkan sisa waktu tidak cukup untuk satu rakaat apabila ia membaca doa iftitah, maka tidak disunahkan membaca doa iftitah. Hendaknya ia langsung membaca Al-Fatihah, sebab itu adalah kewajiban, maka tidak boleh disibukan dengan yang sunah.

Bacaan Doa Iftitah

1. Bacaan Doa Iftitah Pertama

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Latin: Allahu akbar kabiro walhamdulillahi katsiroo Wasubhanallahi bukratawwaashiila

Artinya: Allah Maha Besar dengan kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, mahasuci Allah di pagi hari dan di sore hari.

Dasar dalil doa iftitah di atas adalah hadis riwayat Ibnu Umar RA. Disebut dalam Hasyiyah Turmusyi, Ibn Umar berkata: 

“Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah ﷺ, seorang lelaki di antara kaumnya berkata:

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya: Maka Nabi ﷺ bertanya: “Siapakah yang mengatakan kalimat tadi?” Lelaki itu menjawab, “Aku, Wahai Rasulullah.” Nabi ﷺ bersabda, “Aku takjub atas kalimat itu, pintu-pintu langit terbuka karenanya.” Sahabat Ibnu Umar berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan ucapan itu semenjak aku mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan hal itu.” (HR Muslim).

2. Doa Iftitah Lengkap

Diriwayatkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa apabila Nabi ﷺ berdiri memulai shalat, Beliau membaca doa:

وَجَّهْتُ ‌وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ. أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ. تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Latin: Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fathara As-Samawaati wa Al-Ardhi Haniifan Musliman Wa Maa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaayaa Wa Mamaatii Lillahi Rabbi Al-‘Aalamiin. Laa Syariika Lahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.

Allahumma Antal Maliku Laa Ilaaha Illaa Anta, Anta Rabbii Wa Anaa ‘Abduka Dzalamtu Nafsii Wa’Taraftu Bidzanbii Faghfirlii Dzunuubi Jami’ann Innahu Laa Yaghfiru Al-Dzunuuba Illaa Anta, Washrif Annii Sayyiahaa Laa Yashrifuhu Annii Sayyiahaa Illaa Anta. Labbaika Wa Sa’daika Wa Al-Khairuu Kulluhu Fii Yadaika Wa Al-Syarru Laysa Ilaika Anaa Bika Wa Ilayka Tabaarakta Wa Ta’aalayta Astaghfiruka Wa Atuubu Ilayka.

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Ya Allah, Engkaulah Raja, tiada ilah (sesembahan) selain Engkau. Engkaulah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah seluruh dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau. Dan jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkannya dariku kecuali Engkau. Aku memenuhi panggilan-Mu dan bersiap sedia untuk-Mu. Seluruh kebaikan ada di tangan-Mu, dan keburukan tidak berasal dari-Mu. Aku bergantung kepada-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Engkau. Aku memohon ampunan kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”. (HR. Muslim)

Cara Membaca Iftitah Saat Jadi Imam dan Makmum

Para ulama menjelaskan, saat mengerjakan sholat kita bisa membaca secara keseluruhan. Akan tetapi, saat jadi imam maka dianjurkan membaca yang pendek.

Para ulama mengatakan bahwa doa iftitah tersebut di atas terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Bagian pertama:

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا 

Bagian kedua:

وَجَّهْتُ ‌وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ.

Bagian ketiga:

 إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Jika ia menjadi imam maka dianjurkan tidak memanjangkan bacaan doa iftifat melebihi ini. dan jika ia ingin meringkas membaca salah satu bagian, baiknya membaca bagian yang kedua.

Adapun orang yang sholat sendiri, atau menjadi imam dan tahu bahwa makmum senang jika ia memanjangkan doanya maka dianjurkan menambahkan bacaan doa Iftitah dengan:

 اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ. أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ. تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

People also Ask:

1. Apakah doa iftitah dibaca di setiap rakaat?

Tidak, doa iftitah hanya dibaca pada rakaat pertama setiap sholat, yaitu setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat Al-Fatihah. Hukumnya adalah sunnah, sehingga sholat tetap sah meskipun tidak dibaca. Namun, jika terlupa membacanya pada rakaat pertama, doa ini tidak dianjurkan dibaca pada rakaat berikutnya, tetapi makmum masbuk boleh membacanya pada rakaat pertama setelah ia masuk ke dalam sholat.

2. Bagaimana doa iftitah yang benar?

Doa iftitah yang benar adalah bacaan sunnah yang dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat Al-Fatihah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, salah satunya yang umum dibaca adalah: "Subhaanaka Allahumma wa bi hamdika wa tabaaraka ismuka wa ta'aala jadduka wa laa ilaaha ghairuk". Doa ini diucapkan sebagai ungkapan pujian dan kebesaran Allah SWT, serta pengakuan akan kelemahan manusia.

3. Apakah setiap 2 rakaat shalat tarawih membaca doa iftitah?

Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai aturan membaca doa iftitah pada sholat tarawih. Ulama Hanabilah berpandangan bahwa sholat sunnah jika lebih dari sekali salam seperti pada tarawih, dhuha, dan sholat sunah rawatib, maka di setiap dua rakaat atau memulai sholat disunnahkan membaca doa iftitah.

4. Apakah sholat tetap sah jika tidak membaca doa iftitah?

Ya, sholat tetap sah jika tidak membaca doa iftitah karena doa iftitah termasuk sunnah haiat, bukan rukun sholat yang membatalkan. Meninggalkan doa ini tidak membuat sholat menjadi batal dan tidak memerlukan sujud sahwi, namun tetap dianjurkan untuk dikerjakan agar mendapat pahala sunnah dan menyempurnakan sholat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |