Liputan6.com, Jakarta - Manusia seringkali dihadapkan pada berbagai peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang tidak sesuai harapan. Mampu menerima setiap ketetapan Ilahi dengan lapang dada adalah wujud keimanan yang mendalam, yang tercermin dalam sikap doa ikhlas menerima takdir.
Keikhlasan dalam menghadapi takdir bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan sebuah keyakinan bahwa di balik setiap kejadian terdapat hikmah yang terbaik dari Sang Pencipta.
Dikutip dari buku 13 Cara Nyata Mengubah Takdir, Asmani (2010:2), menurut bahasa Arab (lughawi), takdir berasal dari kata ‘qaddara, yuqaddiru, taqdir’. Artinya adalah menaksir, menentukan, menetapkan, membandingkan, menekan, menjadikan kuasa, serta menghargai.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (12/9/2025).
Ikhlas dan Takdir dalam Islam
Takdir seringkali disebut juga dengan qada dan qadar, di mana qada adalah ketetapan Allah SWT tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk-Nya, sedangkan qadar adalah keputusan Allah yang terjadi pada diri seseorang berdasarkan ketetapan dan usaha serta doa yang dilakukan orang tersebut.
Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam karya Entang Suherman (2006: 88), qada secara bahasa (etimologi) artinya “memutuskan” atau “menetapkan”. Adapun secara istilah (terminologi), qada adalah ketetapan Allah kepada setiap makhluk-Nya sebelum keberadaan atau kelahirannya atau dengan kata lain qada berarti rencana Allah terhadap makhluknya.
Keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT adalah sikap tulus dan ikhlas dalam menerima segala keputusan dan ketetapan dari Allah SWT. Ini mencakup baik keputusan yang menyenangkan maupun yang menyakitkan hati, karena seorang yang ikhlas percaya bahwa segala yang Allah tetapkan pasti memiliki hikmah dan kebaikan yang tak terlihat.
Dengan memiliki keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT, seorang muslim dapat merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hati serta selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak Allah yang pasti membawa kebaikan.
Bacaan Doa Ikhlas Menerima Takdir
Dalam menghadapi berbagai situasi hidup, terutama saat berada di titik terendah, umat Muslim dianjurkan untuk memanjatkan doa agar dapat menerima takdir dengan ikhlas. Berikut adalah beberapa doa yang dapat diamalkan:
-
Doa saat berada di titik terendah:
حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakil.
Artinya: “Cukuplah Allah bagiku dan ia sebaik-baik wakil.”
Semangat anjuran ini bukan hanya terletak pada pelafalan kalimat Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl, tetapi lebih pada penguasaan emosi dan penguatan mental serta berpasrah diri kepada Allah Swt. Anjuran tersebut termuat dalam sebuah hadis Rasulullah saw. berikut:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللَّهُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَضَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ فَقَالَ الْمَقْضِىُّ عَلَيْهِ لَمَّا أَدْبَرَ حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ يَلُومُ عَلَى الْعَجْزِ وَلَكِنْ عَلَيْكَ بِالْكَيْسِ فَإِذَا غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Artinya: Dari Auf bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. memutuskan perkara di antara dua orang. Orang yang berperkara ketika berpaling mengucap Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl. Rasulullah kemudian bersabda: “Allah mencela kelemahan. Sebaliknya, kau harus kuat. Jika kau dirundung oleh suatu masalah, hendaknya mengucap Hasbiyallāhu wa ni‘mal wakīl.” (HR. Abu Daud, An-Nasai, dan Al-Baihaqi)
-
Doa agar ikhlas menerima takdir versi lain:
بِسْمِ اللهِ عَلَى نَفْسِي وَمَالِي وَدِيْنِيْ. اَللَّهُمَّ رَضِّنِيْ بِقَضَائِكَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا قُدِّرَ لِيْ حَتَّى لَا أُحِبَّ تَعْجِيْلَ مَا أَخَّرْتَ وَلَا تَأْخِيْرَ مَا عَجَّلْتَ
Bismillâhi ‘ala nafsi wa mali wa dini. Allahumma radhdhini bi qada'ika, wa barik li fina quddira li hatta la uhibba ta'jila ma akhkharta, wa la ta'khira ma'ajjalta.
Artinya: “Dengan nama Allah yang menguasai diri, harta, dan agamaku. Tuhanku, kondisikan batinku agar rela menerima ketentuan-Mu. Berkatilah aku pada semua yang ditakdirkan untukku sehingga aku enggan menyegerakan apa yang Kau tunda dan enggan menunda apa yang Kau segerakan.”
-
Doa agar semua takdir baik:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِن خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَولٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مَنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا
allohumma inni as-aluka minal khoiri kullihi ‘aajilih wa ‘aajilih, maa ‘alimtu minhu wa maa lam a’lam. wa a’udzu bika minasy syarri kullihi ‘aajilih wa ‘aajilih maa ‘alimtu minhu wa maa lam a’lam. allohumma inni as-aluka min khoiri maa sa-alaka ‘abduka wa nabiyyuk muhammadun shallallahu ‘alaihi wa sallam. wa a’udzu bika min syarri maa ‘aadza bihi ‘abduka wa nabiyyuk. allohumma inni as-alukal jannah wa maa qorroba ilaihaa min qoulin aw ‘amal. wa ‘audzu bika minan naari wa maa qorroba ilaihaa min qoulin aw ‘amal. wa as-aluka an taj’ala kulla qodhoo-in qodoitahu lii khoiroo
Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku. (HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6:133)
Pentingnya Keikhlasan dalam Menerima Takdir
Keikhlasan dalam menerima takdir merupakan pilar penting dalam keimanan seorang Muslim. Sikap ini bukan hanya sekadar pasrah, melainkan sebuah bentuk keyakinan yang kuat terhadap kebijaksanaan dan keadilan Allah SWT.
Keikhlasan juga erat kaitannya dengan tawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melakukan usaha maksimal. Setelah berikhtiar dan berdoa, seorang Muslim wajib yakin akan adanya pertolongan Allah dan menyerahkan seluruh hasilnya kepada-Nya.
Sikap tawakal yang didasari keikhlasan akan membebaskan hati dari kekhawatiran dan kegelisahan, karena ia percaya bahwa Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan pengatur segala urusan.
Menerima takdir dengan ikhlas akan membawa kedamaian dan ketenangan dalam hati. Seorang Muslim yang ikhlas tidak akan merasa murka atau putus asa ketika menghadapi musibah, melainkan akan bersabar dan bersyukur atas segala pemberian Allah. Keyakinan ini akan menguatkan mental dan emosi, menjadikannya lebih tabah dalam menghadapi cobaan hidup.
Imam al-Ghazali dalam bukunya Seni Menerima Takdir menyatakan, "Janganlah kamu menjadi hamba dunia yang hanya senang ketika mendapat kebahagiaan, dan merasa putus asa ketika ada kesedihan. Jadilah hamba Allah yang senang ketika menerima berkah, dan sabar ketika mendapat musibah."
Apakah Doa Dapat Mengubah Takdir?
Pertanyaan mengenai apakah doa dapat mengubah takdir seringkali muncul di kalangan umat Muslim. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa jika takdir sudah ditetapkan, maka doa menjadi tidak relevan. Namun, dalam ajaran Islam, doa memiliki peran yang sangat signifikan dan diyakini dapat memengaruhi takdir.
Para ulama menjelaskan bahwa doa itu sendiri adalah bagian dari takdir Allah. Allah SWT telah menakdirkan segala sesuatu, termasuk sebab-sebab yang akan mengantarkan pada suatu hasil. Doa adalah salah satu sebab yang kuat yang telah Allah tetapkan untuk mengubah atau memperbaiki takdir.
Dalam hadis Tsauban ra., Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur." (HR. Ahmad no. 22438, Ibnu Majah no. 22438).
Hadis ini menegaskan bahwa doa memiliki kekuatan untuk menolak takdir yang buruk dan mendatangkan kebaikan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa takdir yang berubah tersebut berkaitan dengan takdir mu'allaq, yaitu takdir yang bergantung pada sebab-sebab tertentu, termasuk doa.
Perubahan takdir ini pun pada hakikatnya sudah tertulis dalam takdir azali di Lauhul Mahfudz. Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa berdoa dan berikhtiar, karena doa adalah salah satu kunci untuk meraih takdir yang lebih baik.
Amalan yang Dapat Mengubah Takdir
Selain doa, terdapat beberapa amalan lain yang diyakini dapat memengaruhi dan mengubah takdir seseorang menjadi lebih baik. Amalan-amalan ini merupakan bentuk ikhtiar dan kepatuhan kepada Allah SWT.
- Amal Saleh: Amal saleh adalah segala perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT. Dengan melakukan amal saleh, seorang Muslim dapat mengubah takdirnya. Selain itu, amal saleh juga mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, keselamatan dari musibah, serta keberkahan hidup.
- Sedekah: Bersedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Selain membawa keberkahan kepada orang yang menerima, sedekah juga diyakini dapat mengubah takdir yang telah ditetapkan. Sedekah dapat menghindarkan seorang Muslim dari musibah dan mengubah nasib menjadi lebih baik.
- Berbakti kepada Orang Tua (Birrul Walidain): Berbuat baik kepada orang tua adalah salah satu amalan yang sangat mulia dan memiliki dampak besar terhadap kehidupan seseorang. Hadis Rasulullah SAW menyebutkan bahwa perbuatan baik kepada orang tua dapat memperpanjang umur. Ini menunjukkan bahwa birrul walidain dapat memengaruhi takdir umur seseorang.
- Ikhtiar (Usaha Maksimal): Takdir mu'allaq adalah ketentuan Allah yang masih dapat berubah berdasarkan ikhtiar atau usaha maksimal yang dilakukan manusia. Keberhasilan dalam mengubah takdir akan banyak dipengaruhi oleh seberapa gigih manusia dalam melakukan perubahan. Jika usaha yang dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah, Dia akan menetapkan takdir yang baik.
Jenis-Jenis Takdir dalam Islam
Dalam Islam, takdir dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu takdir mubram dan takdir mu'allaq. Pemahaman mengenai kedua jenis takdir ini penting agar seorang Muslim dapat menyikapi setiap ketetapan Allah dengan benar.
-
Takdir Mubram:
Takdir mubram adalah ketetapan Allah kepada makhluk-Nya yang bersifat mutlak dan tidak dapat diubah. Segala hal yang termasuk dalam takdir mubram telah ditetapkan oleh Allah dan tidak bisa dipengaruhi oleh usaha atau doa manusia. Takdir ini merupakan bagian dari kehendak Allah yang pasti akan terjadi, tanpa dapat dihindari atau diubah.
Contoh takdir mubram meliputi kelahiran seseorang, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Takdir mubram juga mencakup segala musibah dan bencana yang terjadi di muka bumi, seperti gempa bumi, kekeringan, dan gunung meletus.
Allah SWT berfirman dalam Surah an-Nisa (4) ayat 78 yang berarti: "di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." Selain itu, dalam Surah Al-Hadid ayat 22 disebutkan:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid: 22)
-
Takdir Mu'allaq:
Takdir mu'allaq adalah ketentuan Allah terhadap makhluk-Nya yang masih dapat berubah. Perubahan tersebut ditentukan oleh Allah atas dasar ikhtiar atau usaha maksimal serta doa yang dilakukan manusia. Keberhasilan dalam mengubah takdir akan banyak dipengaruhi oleh manusia dalam melakukan perubahan.
Jika usaha yang dilakukan manusia sudah sesuai dengan ketentuan Allah, Dia akan menetapkan takdir yang baik. Contoh takdir mu'allaq dalam kehidupan sehari-hari misalnya, keberhasilan seorang siswa dalam meraih prestasi dengan giat belajar. Atau, seseorang yang bekerja keras agar mendapatkan rezeki yang banyak dan hasil yang memuaskan.
Takdir mu'allaq memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik, mengajarkan pentingnya usaha, doa, dan tawakal kepada Allah dalam menghadapi setiap keadaan.
FAQ
1. Apa arti ikhlas dan takdir dalam Islam?
Ikhlas adalah ketulusan hati dalam beribadah hanya karena Allah SWT, sedangkan takdir adalah ketetapan Allah atas segala sesuatu dalam kehidupan.
2. Mengapa penting berdoa agar ikhlas menerima takdir?
Karena doa membantu menenangkan hati, memperkuat tawakal, dan menumbuhkan kerelaan terhadap ketentuan Allah.
3. Apakah menerima takdir berarti pasrah tanpa usaha?
Tidak. Menerima takdir dengan ikhlas justru mendorong seseorang untuk tetap berusaha dan bertawakal kepada Allah.
4. Benarkah doa bisa mengubah takdir?
Ya, doa dapat memengaruhi takdir mu’allaq, yaitu takdir yang masih bergantung pada usaha dan ikhtiar manusia.
5. Amalan apa saja yang bisa mengubah takdir menjadi lebih baik?
Antara lain doa, amal saleh, sedekah, berbakti kepada orang tua, dan ikhtiar sungguh-sungguh.
6. Apa perbedaan takdir mubram dan mu’allaq?
Takdir mubram bersifat mutlak dan tidak bisa diubah, sedangkan takdir mu’allaq masih bisa berubah dengan doa dan usaha.
7. Apa hikmah menerima takdir dengan ikhlas?
Hikmahnya adalah ketenangan jiwa, kesabaran saat diuji, rasa syukur saat mendapat nikmat, serta semakin dekat dengan Allah SWT.