Doa untuk Negeri Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur Lengkap Arab dan Arti

1 month ago 23

Liputan6.com, Jakarta - Setiap warga negara tentu mendambakan sebuah negeri yang aman, makmur, dan sejahtera. Harapan ini seringkali terangkum dalam sebuah ungkapan indah, yakni doa untuk negeri baldatun toyyibatun warobbun ghofur.

Negeri yang demikian akan senantiasa mendapatkan ampunan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Pengampun. Mengutip dari buku Kamus Idiom Arab-Indonesia Pola Aktif karya Basuki Imamudin, "baldatun toyyibatun warobbun ghofur memiliki arti negeri yang baik dan rabb yang maha pengampun."

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (1/10/2025).

Doa untuk Negeri Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Ungkapan "baldatun toyyibatun warobbun ghofur" adalah sebuah frasa yang sangat dikenal dalam khazanah Islam, merujuk pada kondisi ideal sebuah negeri yang diberkahi. Frasa ini secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an, tepatnya pada Surah Saba' ayat 15.

Ayat ini menjadi dasar utama dalam memahami makna mendalam dari doa untuk negeri baldatun toyyibatun warobbun ghofur tersebut. Bacaan Arab, Latin, dan arti dari potongan ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Bacaan Arab: بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Bacaan Latin: Baldatun ṭayyibatun wa rabbun ghafūr

Artinya: "(Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun."

Secara lughawi, "baldatun thayyibatun" berarti "negeri yang baik", yang mencakup seluruh kebaikan alamnya, seperti kesuburan tanah, kekayaan sumber daya, dan lingkungan yang sehat.

Sementara itu, "wa rabbun ghafūr" berarti "dan Rabb Yang Maha Pengampun", yang mengindikasikan bahwa penduduk negeri tersebut memiliki perilaku yang baik, senantiasa bersyukur, dan bertaubat kepada Allah SWT, sehingga mereka mendapatkan ampunan-Nya, seperti dijelaskan dalam Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVI/1434H/2013M.

Jurnal KONSEP “BALDATUN THOYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR” SEBAGAI TUJUAN AKHIR PROSES TRANFORMASI SOSIAL ISLAM oleh Sabdo dari Universitas Muhammadiyah Metro juga mendefinisikan "baldatun Thoyibatun warobbun Ghofur" sebagai negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah SWT, atau dalam falsafah Jawa dikenal sebagai "gemah ripah loh jinawi". 

Kisah Negeri Saba' sebagai Teladan Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Negeri Saba' adalah salah satu kisah yang diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai contoh nyata dari sebuah "baldatun thayyibatun wa rabbun ghafūr". Kisah ini memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah negeri dapat mencapai puncak kemakmuran dan keberkahan, serta pelajaran berharga tentang konsekuensi dari ketidakbersyukuran.

Kemakmuran Alam yang Luar Biasa:

Negeri Saba' dikenal memiliki kebun-kebun yang subur di kanan dan kiri, menghasilkan buah-buahan melimpah. Para ahli tafsir, seperti Asy-Syaukâni, menjelaskan bahwa ini adalah negeri yang baik karena banyaknya pohon dan bagusnya buah-buahan.

Bahkan, Ibnu Zaid menerangkan bahwa di daerah mereka tidak ada nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, dan ular, menunjukkan kondisi alam yang sangat sehat dan nyaman, seperti diulas dalam Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVI/1434H/2013M.

Penduduk yang Bersyukur dan Beribadah:

Kemakmuran Saba' tidak hanya berasal dari alamnya, tetapi juga dari perilaku penduduknya yang senantiasa bersyukur dan mentauhidkan Allah SWT.

Imam Ibnu Katsîr menjelaskan bahwa Allah mengutus rasul kepada mereka untuk menyeru agar bersyukur dengan mentauhidkan-Nya. Muqâtil menafsirkan "wa rabbun ghafūr" sebagai Rabb yang Maha Mengampuni dosa-dosa jika mereka mensyukuri rezeki pemberian-Nya.

Konsekuensi Ketidakbersyukuran:

Meskipun dianugerahi kenikmatan luar biasa, penduduk Saba' akhirnya berpaling dari seruan para rasul dan tidak lagi bersyukur. Akibatnya, Allah menghukum mereka dengan banjir bandang (Sailul 'Arim) yang menghancurkan bendungan Ma'rib dan memporak-porandakan negeri mereka.

Kisah Saba' ini menjadi pelajaran penting bahwa keberkahan sebuah negeri sangat bergantung pada ketaatan dan rasa syukur penduduknya.

Pilar-Pilar Mewujudkan Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Mewujudkan sebuah negeri yang "baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur" bukanlah hal yang mudah, melainkan memerlukan upaya kolektif dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai luhur.

Konsep ini tidak hanya berbicara tentang kemakmuran materi, tetapi juga tentang kebaikan spiritual dan moral penduduknya.

Ikhlasul Ubudiyyah Lillah (Memurnikan Ibadah Hanya untuk Allah):

Pilar utama adalah mengesakan Allah SWT dalam segala bentuk ibadah. Ini adalah perwujudan dari kalimat tauhid "Lâ ilâha illallâh" dan tujuan utama penciptaan manusia. D

engan tauhid yang murni, sebuah negeri akan diberkahi, kaya, dan aman, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A'raf: 96, "Sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVI/1434H/2013M).

Ittiba’ Rasul (Mengikuti Petunjuk Rasulullah SAW):

Pilar kedua adalah mengikuti sunah dan ajaran Rasulullah SAW, yang merupakan perwujudan dari persaksian "Muhammadur-Rasulullâh". Ini berarti menerapkan syariat Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara. Dengan mengikuti Rasul, rahmat dan cinta Allah akan menyelimuti negeri tersebut, membawa segala kebaikan.

Akhlak Penduduk yang Mulia:

Akhlak yang mulia merupakan fondasi penting bagi terwujudnya masyarakat dan bangsa yang baik. Ini mencakup saling menghormati, membantu, gotong royong, dan menjauhi perilaku tercela. Rasulullah SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana diulas umj.ac.id.

Sifat Amanah yang Menyebar:

Setiap individu menjalankan kewajiban dan amanah yang dipercayakan kepadanya dengan baik, tanpa korupsi, suap, atau pengkhianatan. Ini akan mendorong kemajuan dan pembangunan negeri.

Keseimbangan Dunia dan Akhirat:

Adanya perhatian yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat, antara kebutuhan jasmani dan rohani, serta antara kebaikan alam dan pengelolaannya.

Bertaubat Meraih Ampunan Allah:

Kesadaran untuk selalu bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan.

Karakteristik Negeri Madinah sebagai Model Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Setelah hijrahnya Rasulullah SAW, Madinah bertransformasi menjadi sebuah model ideal dari "baldatun toyyibatun warobbun ghofur". Perubahan signifikan ini tidak hanya terjadi pada aspek spiritual, tetapi juga pada struktur sosial, politik, dan ekonomi.

  • Negeri yang Bersaudara:

Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, menciptakan ikatan persaudaraan iman yang melampaui batas-batas kesukuan dan teritorial.

Konsep persaudaraan ini menjadi fondasi utama peradaban Islam di Madinah, menghasilkan masyarakat yang penuh kedamaian dan cinta, seperti dijelaskan dalam Jurnal KONSEP “BALDATUN THOYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR”.

  • Konstitusi yang Damai:

Piagam Madinah menjadi konstitusi yang mengatur hubungan antarberbagai kelompok masyarakat, termasuk Muslim dan non-Muslim. Konstitusi ini menjamin kebebasan beragama, berpendapat, serta perlindungan harta dan jiwa, menjadikan Madinah sebagai negeri yang terhormat bagi seluruh penduduknya.

  • Kesetaraan bagi Semua Warga:

Negara Madinah menjamin keamanan dan hak-hak kelompok minoritas (zimmi). Tidak ada perbedaan status hak dan kewajiban antara orang Arab dan non-Arab, pendatang dan penduduk asli, semua diperlakukan sama di depan hukum, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya Muhammad The Super Leader Super Manager.

  • Pendidikan yang Sempurna:

Rasulullah SAW sangat memperhatikan pendidikan. Setelah Perang Badar, tawanan Quraisy dibebaskan dengan syarat mengajar baca tulis kepada anak-anak Muslim, menunjukkan komitmen terhadap pemberantasan buta huruf dan peningkatan ilmu pengetahuan.

  • Ekonomi yang Mensejahterakan:

Madinah memiliki sistem ekonomi yang jelas, melarang riba, gharar (menipu), ihtikar (penimbunan), dan tadlis (penyembunyian), serta memiliki kebijakan fiskal dan keuangan publik yang transparan untuk mensejahterakan warganya.

  • Keadilan Hukum:

Hukum yang diterapkan di Madinah bersifat rabbaniyah (bersandar pada nilai ketuhanan), tadarruj (bertahap), umum, ideal dan realistis, moderat, fleksibel, adil, tidak menyulitkan, meminimalkan kewajiban hukum, dan menarik maslahat. Ini menciptakan keseimbangan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.

Hakikat dan Ciri-Ciri Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur

Hakikat dari "baldatun toyyibatun warobbun ghofur" adalah sebuah kondisi negeri impian yang didambakan oleh setiap manusia, di mana kebaikan alam dan perilaku penduduknya selaras. Ini adalah gambaran ideal yang mencakup berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.

  1. Keselarasan Alam dan Perilaku Penduduk: Negeri yang alamnya subur dan makmur, serta penduduknya memiliki akhlak mulia dan senantiasa bersyukur. Ini adalah inti dari "baldatun thayyibatun" yang berarti negeri yang baik, seperti dijelaskan dalam Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVI/1434H/2013M.
  2. Keseimbangan Jasmani dan Rohani: Penduduknya tidak hanya sejahtera secara materi, tetapi juga memiliki ketenangan batin dan spiritual yang kuat. Keseimbangan ini penting untuk mencapai kebahagiaan sejati.
  3. Keamanan dari Segala Ancaman: Negeri yang aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar, menciptakan rasa tenteram bagi warganya. Keamanan adalah prasyarat bagi kemajuan dan kesejahteraan.
  4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan: Negeri yang maju dalam ilmu agama maupun ilmu dunia, mendorong inovasi dan peradaban. Ilmu adalah kunci untuk pembangunan berkelanjutan.
  5. Pemimpin yang Adil dan Shalih: Adanya penguasa yang adil dan shalih, serta penduduk yang hormat dan patuh, menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Kepemimpinan yang adil adalah fondasi negara yang kuat.
  6. Hubungan Harmonis antara Pemimpin dan Masyarakat: Terjalinnya hubungan yang harmonis melalui saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Hubungan yang baik antara pemerintah dan rakyat akan memperkuat persatuan.

Kajian mengenai "baldatun toyyibatun warobbun ghofur" menyimpulkan bahwa ini adalah sebuah negara yang makmur di setiap bidangnya, baik sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, maupun hak asasi manusia, karena dilandaskan pada dasar tauhid.

Realisasi bentuk negara ideal ini membutuhkan tahapan perubahan yang harus diperhatikan oleh para pelaku perubahan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Perubahan tersebut mencakup perubahan internal, yang dimulai dari diri individu, dan perubahan eksternal, yang melibatkan perbaikan sistem dan struktur birokrasi, seperti disimpulkan dalam Jurnal KONSEP “BALDATUN THOYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR”.

FAQ

1. Apa arti frasa baldatun toyyibatun warobbun ghofur?

Artinya adalah negeri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun.

2. Dari mana asal frasa ini?

Frasa ini disebut dalam Al-Qur’an, Surah Saba’ ayat 15.

3. Apa makna "baldatun thayyibatun"?

Menggambarkan negeri yang subur, aman, dan penuh kebaikan alam.

4. Apa makna "warobbun ghofur"?

Menggambarkan penduduk negeri yang taat, bersyukur, dan selalu mendapat ampunan Allah SWT.

5. Apa contoh nyata dalam sejarah?

Kisah Negeri Saba’ yang awalnya makmur, lalu hancur karena penduduknya tidak bersyukur.

6. Bagaimana cara mewujudkan negeri seperti itu?

Dengan iman, takwa, mengikuti sunnah Rasul, menjaga akhlak, amanah, dan keseimbangan dunia-akhirat.

7. Apa relevansi konsep ini bagi Indonesia?

Menjadi cita-cita bangsa agar tercipta negeri yang makmur, adil, sejahtera, dan diridai Allah SWT.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |