Filosofi Sambal ala Ustadz Adi Hidayat, Cocok untuk Pedoman Hidup Saat Ini

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2025 disebut-sebut sebagai tahun penuh tantangan, dari sisi ekonomi, sosial, hingga spiritual. Banyak orang mencari pegangan hidup yang bisa menguatkan mental dan hati dalam menjalaninya.

Di tengah gelombang dinamika itu, muncul sebuah analogi unik namun dalam makna, disampaikan oleh pendakwah muda yang dikenal dengan pendekatan logis dan menyentuh, Ustadz Adi Hidayat (UAH).

Dalam salah satu ceramahnya, UAH mengangkat tema yang tidak biasa, filosofi sambal. Ia mengajak jamaah memahami hidup melalui sesuatu yang sangat dekat dengan keseharian, yakni rasa pedas sambal.

Menurut UAH, sambal adalah gambaran sederhana namun sarat pelajaran. Filosofi ini disampaikan dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @AdiHidayatOfficial, yang dirangkum Minggu (13/04/2025).

Dalam tayangan tersebut, UAH menyinggung tentang keripik pedas berlevel. Mulai dari level satu yang standar, level dua agak pedas, dan level tiga yang mulai menantang. Makin naik level, makin terasa pedasnya.

Namun justru di sanalah letak kenikmatannya. Rasa puas dan nikmat baru dirasakan setelah pedasnya menghantam lidah. Inilah yang kemudian menjadi dasar analogi UAH dalam memahami perjalanan hidup.

"Hidup itu mirip makan sambal," ungkap UAH dengan senyuman. "Sudah tahu pedas, tapi tetap dinikmati. Bahkan setelah habis nasi, kita masih cari sambalnya. Pedas, tapi dicari juga."

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Daya Rusak Embun Es ke Tanaman Kentang Petani Dieng

Pelajaran Penting dari UAH

Analogi ini mengarah pada satu pelajaran penting. Bahwa setiap level kehidupan akan menghadirkan tantangan. Namun, nikmat dari level tersebut baru bisa dirasakan setelah tantangannya dilalui.

Seseorang yang ingin naik kelas dalam hidup, harus siap untuk 'pedas'. Siap diuji. Siap mengalami sesuatu yang tidak selalu nyaman. Namun dari situlah muncul kenikmatan yang sejati.

UAH juga menyampaikan bahwa banyak orang ingin naik derajat hidup, tapi takut pedasnya. Padahal, seperti sambal, rasa luar biasa itu hanya hadir setelah proses pedas itu diterima dan dijalani.

Ia menegaskan bahwa tidak ada kehidupan yang tanpa ujian. Bahkan orang-orang besar justru dibentuk dari cobaan berat yang mereka lalui dengan sabar dan lapang hati.

Menurut UAH, kehidupan ini tidak akan menarik kalau tidak ada tantangan. Sama seperti makanan yang hambar jika tanpa sambal. Justru dengan rasa pedas itu, hidup jadi lebih berwarna.

Pesan mendalam ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Banyak yang sedang berjuang, mencari arah, bahkan kehilangan semangat karena merasa hidup terlalu pahit dan penuh tekanan.

Namun melalui filosofi sambal, UAH mengajak untuk mengubah cara pandang. Bahwa kepedasan hidup bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi, dinikmati, dan dijadikan jembatan menuju kenikmatan sejati.

Mau Naik Level dalam Kehidupan?

UAH menambahkan, jika kita ingin naik level dalam kehidupan spiritual, mental, maupun sosial, kita tidak bisa hanya menuntut kenyamanan. Harus siap merasakan ‘panasnya’ perjalanan.

Dengan gaya santainya, UAH menyampaikan bahwa hidup tidak melulu soal hasil, tapi tentang keberanian menghadapi proses. Dan proses itu, seperti sambal, sering kali membuat mata berair tapi hati bahagia.

Lebih lanjut, UAH menekankan pentingnya bersyukur dalam setiap tahapan hidup. Bahkan saat berada di titik paling pedas sekalipun, karena di situlah terletak keberkahan yang sering luput dari pandangan.

Pesan ini tidak hanya menyentuh sisi emosional, tapi juga menyadarkan bahwa setiap ujian punya akhir. Dan akhir itu akan terasa manis bagi mereka yang mampu bertahan dalam pedasnya cobaan.

Ceramah UAH seakan menjadi napas baru bagi masyarakat yang butuh semangat. Tidak dengan retorika rumit, tapi dengan pendekatan sederhana yang menggugah logika dan menyentuh rasa.

Filosofi sambal ini bisa menjadi pegangan di tahun 2025. Tahun yang penuh ujian, tapi juga menyimpan peluang besar bagi mereka yang mampu melewati 'level pedas' kehidupan dengan sabar dan syukur.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |