Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan Islam sering menjadi pilihan utama bagi orang tua dalam membangun karakter anak. Namun, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pandangan kritis terhadap kondisi beberapa sekolah Islam saat ini.
Menurut UAH, label "Islam" yang disematkan pada sebuah lembaga pendidikan seharusnya mencerminkan nilai-nilai Islam secara nyata dalam praktiknya. Hal ini ia ungkapkan dalam sebuah ceramahnya yang dikutip dari video di kanal YouTube @Pesan_Islami.
"Kalau di sekolah-sekolah Islam murid-muridnya tidak berkembang baik, coba cek gurunya, cek pengelolanya. Niatnya benar enggak bikin sekolah itu?" ujarnya.
UAH menyoroti bahwa pengelolaan yang kurang niat tulus bisa menjadi penyebab kurang optimalnya pembentukan karakter siswa di sekolah-sekolah Islam.
Ia menjelaskan bahwa mendirikan sekolah Islam bukan hanya soal nama, tetapi juga tanggung jawab besar di hadapan Allah SWT.
"Ada nama Islamnya loh, dihisab itu. Hisab di hari kiamat nanti, anaknya berislam enggak tuh? Anak didiknya berkembang atau enggak?" tambahnya.
Menurut UAH, salah satu indikasi kesalahan pengelolaan sekolah adalah fokus yang lebih besar pada keuntungan finansial daripada kualitas pendidikan.
"Jangan-jangan SPP-nya saja makin besar, tapi nilai-nilai Islamnya justru tidak terlihat," tegasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pegawai Kejaksaan dan Pengadilan Negeri Banjarnegara Terpapar Covid-19
Kritikan untuk Guru dan Pengelolanya
Ia juga mengkritik sebagian guru yang bekerja semata-mata untuk gaji, tanpa memahami tanggung jawab mendidik generasi penerus Islam.
"Jangan-jangan guru yang datang pun, datangnya cuma cari amplopnya saja. Ngajar di mana? Sekian, ya gajinya berapa?" katanya.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa menjadi pendidik di sekolah Islam adalah tugas mulia yang harus dilandasi niat ikhlas.
Menurutnya, seorang guru di sekolah Islam harus memiliki komitmen kuat untuk mengamalkan dan menyampaikan nilai-nilai Islam kepada murid-muridnya.
Pengelola sekolah Islam juga diingatkan untuk tidak hanya fokus pada fasilitas atau gengsi, tetapi lebih kepada menciptakan lingkungan yang benar-benar Islami.
"Kalau sekadar membangun gedung megah, tapi anak didiknya tidak dibina dengan baik, apa gunanya? Itu yang nanti dihisab," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sekolah Islam harus bisa menjadi tempat yang memadukan ilmu dunia dan akhirat, sehingga melahirkan generasi yang unggul dan berakhlak mulia.
Bagamana Peran Orang Tua?
Dalam hal ini, orang tua juga memiliki peran penting untuk memastikan bahwa sekolah tempat anaknya belajar benar-benar menerapkan nilai-nilai Islam.
Menurut UAH, tidak cukup hanya memilih sekolah dengan label Islam. Orang tua harus aktif memantau perkembangan anaknya di sekolah tersebut.
Selain itu, ia menyarankan agar pengelola sekolah Islam terus berinovasi dalam metode pengajaran agar anak-anak semakin semangat belajar.
"Jangan sampai murid-murid merasa bosan atau tertekan. Pendidikan Islam itu seharusnya membawa kebahagiaan, bukan beban," katanya.
Pesan ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tidak asal-asalan dalam memilih lembaga pendidikan.
UAH mengajak semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan Islam untuk introspeksi dan memperbaiki sistem yang ada.
"Dengan begitu, kita tidak hanya membangun generasi cerdas, tapi juga generasi yang kokoh imannya," tutup UAH.
Pandangan ini diharapkan dapat memotivasi pengelola sekolah Islam untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan demi mencetak generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter Islami.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul