Orang Baik tapi Jarang Istighfar, Peringatan Gus Baha

10 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Istighfar sering dianggap sebagai permohonan ampun bagi orang yang melakukan kesalahan. Namun, ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan bahwa orang baik sekalipun tetap harus beristighfar.

Dalam Islam, istighfar bukan hanya untuk mereka yang merasa telah berbuat dosa, tetapi juga sebagai bentuk kerendahan hati di hadapan Allah. Manusia, sebaik apa pun, pasti memiliki kekurangan yang mungkin tidak disadarinya.

Menurut santri Mbah Moen ini, istighfar merupakan bagian dari doa yang diajarkan dalam Islam. Salah satu doa istighfar yang sering dibaca adalah Allahummaghfirli dzunubi yang berarti “Ya Allah, ampunilah dosaku.”

Bahkan, Nabi Adam pun beristighfar setelah melakukan kesalahan. Doa yang beliau panjatkan tertulis dalam Al-Qur’an, Rabbana zhalamna anfusana wa illam taghfirlana lanakunanna minal khasirin, yang berarti, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf, Gus Baha menjelaskan bahwa seseorang harus tetap merasa bersalah meskipun telah berbuat baik.

Simak Video Pilihan Ini:

Viral Power Rangers Bantu Korban Banjir Kroya Cilacap

Promosi 1

Dalam Kebaikan Masih Ada Kesalahan

Menurutnya, dalam kebaikan pun bisa terdapat kesalahan. Seseorang mungkin melakukan hal yang benar, tetapi tetap ada kemungkinan ada pihak lain yang merasa dirugikan.

Sebagai contoh, Gus Baha mencontohkan dirinya sendiri yang datang ke Jakarta untuk mengajar. Dari sisi ilmu, kedatangannya benar karena berbagi ilmu merupakan ibadah. Para santri yang mendengar juga mendapatkan manfaat.

Namun, di sisi lain, ada anaknya di rumah yang masih kecil dan bisa saja merasa kehilangan sosok ayahnya. “Tanyakan ke anak saya yang masih kelas tiga SD, mungkin dia akan berkata, ‘Bapak kenapa sih ke Jakarta? Salah cara dia,’” kata Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan bahwa jika Allah lebih melihat dari sudut pandang anak kecil yang tidak berdosa, maka dirinya tetap bisa dianggap bersalah karena meninggalkan anaknya.

Kesalahan seperti ini sering terjadi dalam kehidupan. Seseorang mungkin menjalankan tugas dengan baik, bekerja dengan benar, tetapi tetap ada aspek lain yang tidak sempurna.

Itulah sebabnya, menurut Gus Baha, orang yang merasa tidak pernah berbuat salah justru memiliki kekurangan dalam kesadarannya. Sebab, manusia pasti memiliki ketidaksempurnaan dalam setiap perbuatannya.

Karena itu, meskipun seseorang merasa telah berbuat baik dan benar, tetap harus ada istighfar dalam hidupnya. Istighfar bukan hanya untuk menebus dosa, tetapi juga sebagai bentuk kerendahan hati.

Nabi dan Orang Saleh Juga Tetap Beristighfar

Gus Baha menjelaskan bahwa para nabi dan orang-orang saleh pun selalu beristighfar, meskipun mereka adalah manusia pilihan yang memiliki keistimewaan.

Allah sendiri menyebut dalam Al-Qur’an bahwa Rasulullah SAW diperintahkan untuk beristighfar, padahal beliau adalah manusia paling mulia.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW beristighfar lebih dari 70 kali sehari. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam bahwa beristighfar adalah kebiasaan baik yang harus terus dijaga.

Menurut Gus Baha, beristighfar juga bisa menjadi bentuk pengakuan bahwa manusia tidak memiliki kuasa penuh atas segala hal dalam hidupnya.

Seorang pegawai negeri, misalnya, bisa merasa sudah bekerja dengan baik. Namun, bisa saja ada orang yang merasa dirugikan oleh kebijakan yang diterapkannya.

Begitu juga dengan seorang guru yang mengajar dengan baik, tetapi ada kemungkinan muridnya merasa terbebani dengan tugas yang diberikan.

Gus Baha mengingatkan bahwa meskipun seseorang merasa telah berbuat baik, tetap harus ada ruang dalam hati untuk beristighfar.

Hal ini karena dalam kehidupan selalu ada kemungkinan bahwa tindakan yang dianggap benar oleh satu pihak, bisa jadi menimbulkan ketidaknyamanan bagi pihak lain.

Istighfar bukan hanya untuk mereka yang melakukan dosa besar, tetapi juga untuk semua orang yang ingin selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut Gus Baha, orang yang rajin beristighfar akan lebih mudah menerima kenyataan bahwa dirinya tidak sempurna dan masih membutuhkan rahmat Allah.

Pada akhirnya, istighfar bukan sekadar ucapan, tetapi juga bentuk kesadaran bahwa manusia harus selalu merendahkan hati di hadapan Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |