Pemain Sepak Bola Tidak Puasa saat Bertanding di Bulan Ramadhan, Apa Kata Buya Yahya?

8 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia akan segera menghadapi Australia dalam pertandingan yang dinantikan para pecinta sepak bola nusantara. Di tengah persiapan intensif, muncul pertanyaan seputar kewajiban berpuasa bagi pemain sepak bola Muslim yang harus bertanding di bulan Ramadhan.

Hal ini menjadi perbincangan karena stamina dan kondisi fisik sangat berpengaruh dalam performa di lapangan. Lantas, bagaimana hukum Islam memandang situasi ini?

Bulan Ramadhan menjadi momen penting bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa. Namun, bagi mereka yang memiliki aktivitas berat, seperti atlet sepak bola, muncul pertanyaan terkait kewajiban berpuasa.

Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai hukum bagi atlet yang sengaja tidak berpuasa karena harus berlatih atau bertanding di siang hari. Apakah mereka diperbolehkan meninggalkan puasa sejak pagi atau ada ketentuan khusus dalam Islam?

Pendakwah yang tinggal di Cirebon KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan secara rinci mengenai hukum ini dalam salah satu ceramahnya. Menurutnya, puasa tetap menjadi kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan tanpa alasan yang sah.

Simak Video Pilihan Ini:

Detik-Detik Sepeda Motor dan Pengendara Terseret Banjir di Majenang dan Nyaris Jadi Korban

Promosi 1

Hukumnya Wajib Puasa, Jika Tidak Kuat Baru Mokel

Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon ini menegaskan bahwa seorang atlet yang bermain sepak bola sejak pagi tetap wajib berpuasa. Jika ia merasa mampu bertahan hingga waktu berbuka, maka puasanya harus dilanjutkan.

Namun, jika di tengah perjalanan ia merasa benar-benar lemas dan tidak kuat, barulah ia diperbolehkan berbuka saat itu juga, atau bahasa ngetrennya mokel. Hal ini berlaku bukan hanya bagi atlet, tetapi juga bagi pekerja berat seperti tukang batu atau buruh yang bekerja di bawah terik matahari.

“Kalau seseorang bekerja dengan kerja keras dan di pertengahan hari merasa benar-benar tidak kuat, maka ia boleh berbuka. Tapi tetap wajib puasa dari pagi,” ujar Buya Yahya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa olahraga adalah aktivitas yang hukumnya mubah atau diperbolehkan dalam Islam. Oleh karena itu, jika olahraga dilakukan dengan tetap mempertahankan puasa, maka hal itu lebih utama.

Namun, jika seorang atlet memutuskan untuk tidak berpuasa sejak pagi dengan alasan latihan atau pertandingan, hal ini tidak diperbolehkan. Menurut Buya Yahya, seseorang baru boleh membatalkan puasanya ketika benar-benar tidak mampu melanjutkannya.

“Kalau belum apa-apa dari pagi langsung tidak puasa, itu tidak boleh. Seharusnya tetap puasa dulu, baru jika benar-benar tidak kuat, boleh berbuka,” jelasnya.

Tak Hanya untuk Atlet Sepak Bola

Ia juga menekankan bahwa ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi atlet sepak bola, tetapi juga bagi semua profesi yang melibatkan aktivitas fisik berat.

Dalam Islam, keringanan dalam puasa diberikan bagi mereka yang benar-benar dalam kondisi tidak mampu. Namun, seseorang tidak boleh berpura-pura lemas hanya untuk membatalkan puasa.

“Kalau memang lemas beneran, bukan pura-pura, maka Allah Maha Tahu. Jangan bohongin Allah,” katanya.

Buya Yahya juga menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan, namun bukan berarti seseorang bisa semena-mena dalam menjalankan ibadah.

Menurutnya, jika seorang atlet tetap ingin menjaga puasanya, maka ia harus mengatur pola latihan dan asupan gizi dengan baik agar tetap kuat berpuasa.

Ia juga menegaskan bahwa meskipun ada keringanan, seseorang harus tetap memiliki niat kuat untuk menjalankan ibadah puasa. Bukan karena alasan ringan semata, lalu seseorang dengan mudah meninggalkan puasa.

“Kalau olahraga atau pekerjaan membuat seseorang tidak mampu berpuasa, maka boleh berbuka. Tapi jika masih kuat, wajib melanjutkan puasanya,” tambahnya.

Oleh karena itu, bagi atlet atau pekerja berat, penting untuk menilai kondisi tubuh masing-masing sebelum mengambil keputusan.

Buya Yahya juga mengingatkan agar tidak mudah tergoda untuk berbuka hanya karena merasa sedikit lelah atau haus.

Kesimpulannya, dalam Islam, seorang atlet tetap wajib berpuasa sejak pagi. Jika di tengah perjalanan ia benar-benar tidak mampu melanjutkan, maka barulah ia boleh berbuka dengan alasan yang sah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |