Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam, tiba di tengah hingar bingar kompetisi Liga Top Eropa. Bagi pesepak bola muslim profesional, ini berarti menjalankan ibadah puasa di tengah jadwal latihan dan pertandingan yang padat. Bagaimana mereka menyiasati tantangan ini dan bagaimana liga-liga top Eropa mengakomodasi kebutuhan ibadah para pemainnya? Artikel ini akan mengupas tuntas kisah menarik di balik layar lapangan hijau.
Liga Premier Inggris, Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, dan Ligue 1 Prancis, menjadi rumah bagi banyak pemain muslim berbakat. Nama-nama seperti Mohamed Salah (Liverpool), Riyad Mahrez (Manchester City), dan banyak lainnya, menunjukkan bahwa keimanan tidak menghalangi prestasi di dunia sepak bola. Namun, berpuasa selama Ramadhan, yang mengharuskan menahan lapar dan dahaga dari terbit hingga terbenam matahari, merupakan tantangan besar bagi atlet profesional yang membutuhkan energi dan hidrasi optimal.
Tantangan ini diperparah oleh jadwal pertandingan yang padat dan intensitas latihan tinggi. Berpuasa selama lebih dari 12 jam, terutama saat musim panas, dapat berdampak signifikan pada performa fisik. Oleh karena itu, para pemain muslim dan klub-klub mereka perlu mencari strategi efektif untuk menjaga keseimbangan antara ibadah dan performa di lapangan.
Lalu bagaimana para pesepak bola muslim ini beradaptasi untuk menghadapi ketatnya kompetisi dan beratnya ibadah puasa Ramadhan? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (28/2/2025).
Berita video momen gol dramatis yang dicetak Casemiro untuk MU (Manchester United) saat menghadapi Chelsea di Liga Inggris (Premier League) 2022/2023, Sabtu (22/10/2022) malam hari WIB.
Ramadhan di Dunia Sepak Bola Profesional
Ramadhan, bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya. Berikut adalah tanggal awal dan akhir Ramadhan untuk beberapa tahun terakhir: 2023 (23 Maret - 21 April), 2024 (10 Maret - 9 April), 2025 (1 Maret - 30 Maret), dan seterusnya. Ketepatan tanggal ditentukan berdasarkan penampakan hilal.
Pemain-pemain muslim top dunia seperti Mohamed Salah, Riyad Mahrez dan banyak pemain muslim lainnya, konsisten menjalankan ibadah puasa Ramadhan, bahkan di tengah jadwal pertandingan yang padat. Komitmen mereka menunjukkan bahwa menjalankan ibadah tidak menghalangi performa di lapangan.
Dilansir dari laman resmi Premier League, gelandang Everton Abdoulaye Doucouré mengungkapkan pengalamannya, "Saya berpuasa setiap hari. Kadang bermain sepak bola terasa berat karena Ramadhan jatuh di musim panas dan masa persiapan pramusim. Tapi saya selalu beruntung bisa menjalankan Ramadhan dan tidak pernah ada masalah dengan kondisi fisik saya. Saya bersyukur untuk itu." Pernyataan ini menggambarkan tekad dan keseimbangan yang luar biasa.
Banyak pemain lainnya juga berbagi pengalaman serupa, menunjukkan bahwa dengan manajemen yang tepat, puasa Ramadhan dapat dijalani tanpa mengorbankan performa di lapangan.
Tantangan Fisiologis Berpuasa bagi Atlet Profesional
Puasa Ramadhan menghadirkan tantangan fisiologis yang signifikan bagi atlet profesional. Dehidrasi, penurunan kadar glikogen (sumber energi utama tubuh), dan kelelahan merupakan beberapa dampak yang mungkin terjadi.
Kehilangan cairan tubuh hingga 2% saja dapat menyebabkan penurunan performa hingga 20%. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi pesepak bola yang membutuhkan stamina dan kecepatan tinggi di lapangan.
Di Inggris, waktu Suhur (makan sebelum fajar) sangat pagi, sekitar pukul 02.30 GMT, sedangkan Iftar (berbuka puasa) setelah pukul 20.30 GMT. Jadwal ini menuntut pengaturan waktu yang cermat agar pemain tetap terhidrasi dan berenergi.
Menjalani latihan dan pertandingan tanpa asupan air dan makanan selama berjam-jam merupakan tantangan besar yang membutuhkan manajemen diri yang disiplin dan dukungan tim medis yang profesional.
Strategi Adaptasi Pemain Muslim
Untuk mengatasi tantangan ini, para pemain muslim menerapkan berbagai strategi. Wesley Fofana, misalnya, bangun pukul 02.30 pagi untuk makan sahur. Ini menunjukkan komitmen dan pengorbanan yang luar biasa.
Pola makan khusus dan pengaturan nutrisi selama berbuka puasa sangat penting. Makanan yang kaya karbohidrat kompleks dan protein menjadi pilihan utama untuk menjaga energi dan pemulihan otot.
Beberapa pemain bahkan memulai puasa beberapa hari sebelum Ramadhan untuk membantu tubuh beradaptasi secara bertahap dengan perubahan pola makan dan minum.
Dalam beberapa kasus, pemain memilih untuk tidak berpuasa ketika menghadapi pertandingan penting. Mohamed Salah, misalnya, dilaporkan tidak berpuasa sebelum final Liga Champions 2018 untuk menjaga kondisi puncaknya.
Manajemen tidur dan pemulihan juga krusial. Tidur yang cukup membantu tubuh memulihkan energi dan memperbaiki otot yang lelah setelah latihan dan pertandingan.
Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari tim, para pemain muslim dapat mengatasi tantangan fisik dan tetap tampil optimal di lapangan.
Dukungan Klub dan Tim Medis
Klub-klub sepak bola di Liga Premier dan liga top Eropa lainnya memberikan dukungan penuh kepada para pemain muslim mereka. Dokter dan ahli gizi klub memainkan peran penting dalam membantu pemain menjaga kesehatan dan performa.
Ahli kedokteran olahraga di Crystal Palace Dr. Zafar Iqbal, seperti dikutip dari Daily Mirror menjelaskan, "Kami bekerja sama dengan tim sains olahraga untuk menentukan waktu terbaik bagi pemain untuk tidur siang, yang membantu pemulihan. Tidur adalah strategi terbaik untuk pemulihan karena membantu pertumbuhan dan perbaikan otot." Pernyataan ini menunjukkan perhatian klub terhadap kesehatan pemain muslim.
Diet khusus dirancang untuk pemain yang berpuasa, dengan fokus pada makanan yang kaya karbohidrat lambat, protein, dan nutrisi penting lainnya. Minuman isotonik dan gel energi juga digunakan untuk menjaga hidrasi dan energi.
Strategi pemulihan seperti penggunaan handuk dingin dan kolam air dingin membantu mengurangi kehilangan cairan tubuh dan mempercepat pemulihan.
Penjadwalan tidur dan istirahat yang disesuaikan dengan kebutuhan pemain muslim juga menjadi bagian penting dari dukungan klub.
Dukungan komprehensif ini menunjukkan komitmen klub untuk menghormati dan mengakomodasi kebutuhan religius para pemainnya.
Regulasi dan Akomodasi dari Liga Premier
Liga Premier Inggris telah mengeluarkan kebijakan resmi untuk mengakomodasi pemain muslim selama Ramadhan. Mereka mengizinkan jeda singkat dalam pertandingan untuk memungkinkan pemain berbuka puasa.
Sejarahnya, jeda pertandingan untuk berbuka puasa pertama kali diterapkan pada tahun 2021. Sejak saat itu, praktik ini menjadi semakin umum dan diterima.
Prosedur jeda pertandingan melibatkan diskusi pra-pertandingan antara kapten tim, wasit, dan pemain muslim untuk menentukan waktu yang tepat untuk berbuka.
Koordinasi yang baik antara semua pihak memastikan bahwa jeda tersebut tidak mengganggu jalannya pertandingan secara signifikan.
Contoh implementasi yang sukses terlihat pada pertandingan Everton, di mana Doucouré, Onana, dan Gueye diberi waktu untuk berbuka puasa di tengah pertandingan.
Kebijakan ini menunjukkan komitmen Liga Premier untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati keragaman budaya dan agama.
Perkembangan Kebijakan Ramadhan di Liga Top Eropa
Kebijakan terkait Ramadhan di liga-liga top Eropa menunjukkan perkembangan positif. Meskipun ada perbedaan pendekatan antar liga, peningkatan kesadaran dan penerimaan terhadap kebutuhan religius pemain muslim semakin terlihat.
PGMOL (Professional Game Match Officials Ltd) telah mengeluarkan instruksi kepada para wasit untuk memberikan kesempatan kepada pemain muslim berbuka puasa selama pertandingan.
Di Premier League, kebijakan ini telah diterapkan dengan baik, dan banyak pemain muslim memberikan testimoni positif tentang dukungan klub dan liga.
Perbandingan dengan liga lain, seperti La Liga dan Bundesliga, menunjukkan tren yang serupa, yaitu peningkatan akomodasi kebutuhan religius pemain muslim.
Perkembangan ini menunjukkan komitmen dunia sepak bola untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghormati keragaman.
Hal ini juga menunjukkan perkembangan positif dalam penerimaan keragaman di dunia sepak bola profesional.
Dampak Puasa terhadap Performa
Studi kasus menunjukkan bahwa banyak pemain muslim tetap berprestasi tinggi selama Ramadhan. Mohamed Salah, misalnya, tetap menjadi pencetak gol andalan Liverpool meskipun berpuasa.
Perspektif ilmiah menunjukkan bahwa tubuh manusia mampu beradaptasi dengan puasa, meskipun memerlukan manajemen yang tepat.
Elneny, gelandang Arsenal, menyatakan bahwa puasa tidak mengganggu performa. Ia bahkan merasa puasa memberikan ketenangan batin.
Faktor mental dan spiritual juga berperan penting. Keyakinan dan komitmen untuk menjalankan ibadah dapat memberikan kekuatan tambahan bagi para pemain.
Dengan manajemen yang tepat dan dukungan yang memadai, puasa Ramadhan tidak perlu menghambat performa atlet profesional.
Kesimpulannya, puasa Ramadhan bagi pesepak bola muslim di Liga Top Eropa menunjukkan keseimbangan antara tuntutan profesional dan kewajiban religius.
Inisiatif Komunitas dan Klub
Klub-klub sepak bola juga menunjukkan komitmen mereka melalui inisiatif komunitas. Chelsea, misalnya, mengadakan Open Iftar di Stamford Bridge.
Kegiatan Ramadhan juga diadakan oleh yayasan klub, menunjukkan kepedulian klub terhadap komunitas muslim di sekitarnya.
Klub-klub juga memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang Islam dan budaya muslim.
Hubungan yang baik antara klub dan komunitas muslim di sekitarnya menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan saling menghormati.
Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa sepak bola modern semakin menghargai keragaman dan inklusivitas.
Hal ini juga menunjukkan bagaimana klub-klub semakin peduli terhadap komunitas di sekitarnya.
Akomodasi kebutuhan religius dalam olahraga profesional, khususnya di dunia sepak bola, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati keragaman.
Perkembangan positif dalam penerimaan keragaman di sepak bola menunjukkan bahwa keseimbangan antara tuntutan profesional dan kewajiban religius dapat dicapai. Prospek ke depan untuk akomodasi religius di dunia sepak bola terlihat cerah, dengan semakin banyak liga dan klub yang memberikan dukungan penuh kepada para pemain muslim mereka.