Tak Banyak yang Tahu, Mbah Moen Ungkap Alasan Kenapa Sya’ban Disebut Ruwah oleh Orang Jawa

2 hours ago 3

Liputan6.com, Cilacap - Sya’ban merupakan salah satu bulan mulia bagi umat Islam. di Bulan Sya'ban ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah.

Sya’ban sebagai bulan mulia salah satunya disebabkan karena bulan ini diapit oleh dua bulan mulia lainnya, yakni Rajab dan Ramadhan.

Orang Jawa menyebut bulan Sya’ban dengan Ruwah. Hal ini tentunya bukan tanpa sebab dibalik penamaan yang secara kosakata jauh berbeda dengan penamaan dalam kalender Islam tersebut.

Terdapat peristiwa penting seputar Ruwah menjadi nama bulan yang kedelapan ini yang tidak banyak orang mengetahuinya.

Berkaitan dengan Sya’ban disebut Ruwah oleh orang Jawa, guru Gus Baha, KH. Maemoen Zubair (Mbah Moen) menerangkan alasannya.

Simak Video Pilihan Ini:

Tak Ada Sinyal, Anak-Anak di Pegunungan Sumbawa Belajar di Rumah dengan Handy Talky

Alasan Sya'ban Disebut Ruwah

Mbah Moen sebagaimana dituturkan Gus Baha menjelaskan alasan Sya'ban disebut dengan ruwah. Menurutnya, asal muasal ruwah berasal dari kosakata Arab, yakni “arwah” dan selanjutnya diserap ke dalam Bahasa Jawa menjadi “Ruwah”.

“Saya masih ingat betul ketika Mbah Moen (K.H. Maemun Zabair) mengajar dan di antara yang diterangkan itu mengapa Sya’ban disebut Ruwah, Ruwah itu dari Bahasa Arab arwah, terus dijawakan menjadi Ruwah," tutur Gus Baha, dikutip dari tayangan YouTube Kalam-Kajian Islam, Kamis (30/01/2025).

Lalu Gus Baha juga menjelaskan bulan Sya’ban atau Ruwah tersebut sebagai bulan “arwah”. Hal tersebut didasarkan bahwa pada bulan tersebut masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mendoakan arwah para lelulur pada bulan Sya’ban.

Selain itu, Ulama kharismatik asal Rembang ini juga menerangkan asal muasal tradisi mengirim doa untuk arwah pada bulan Sya’ban ini diadaptasi dari tradisi Yaman.

Penduduk Yaman pada bulan Sya’ban ini memiliki tradisi mengadakan haul Nabi Hud sehingga kiai-kiai Jawa mengirimkan doa ketika bulan Sya’ban atau bulan Ruwah. Maka muncullah istilah tradisi ruwah atau ruwahan, yang tidak asing di telinga masyarakat Jawa.

“Karena di antara tradisi di Indonesia mengikuti Yaman. Dan di Yaman itu ada khoulnya Nabiyullah Hud dan itu pada waktu Sya’ban. Sehingga kiai-kiai Jawa kalau kirim doa itu dibarengkan pas Sya’ban atau Ruwah”, terang Gus Baha.

Tradisi Ziarah di bulan Sya'ban

Mengutip NU Online bahwa bulan sya'ban atau ruwah, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mengadakan ritual doa untuk para arwah. Keluarga yang masih hidup berbondong-bondong mendoakan arwah para leluhur menjelang bulan ramadhan.

Baik melalui doa, sedekah, tahlil dan tahmid maupun langsung berziarah ke kubur. Bulan sya'ban menjadi bulan istimewa, artinya ada beberapa tradisi yang berlaku di bulan ini yang tidak dilaksanakan pada bulan-bulan lain.

Ada banyak macam nama untuk tradisi ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan atau di akhir bulan Sya'ban. Sebagian mengatakan dengan istilah arwahan, nyekar (sekitar Jawa Tengah), kosar (sekitar Jawa Timur), munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya. Meskipun berbeda nama, namun pada intinya dalam kegiatannya diisi dengan hal yang sama yakni mendoakan arwah para leluhur.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, hal ini telah menjadi adat atau kebiasaan. Oleh karena itu, hal ini menjadi semacam sebuah keharusan. Dan jika pada bulan Sya’ban ini meninggalkan tradisi-tradisi tersebut, serasa ada yang kurang dalam menyambut bulan Ramadhan.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |