Liputan6.com, Jakarta - Sholat jenazah adalah ibadah untuk menghormati seseorang yang telah meninggal. Dalam pelaksanaannya, umat Islam perlu mengikuti tata cara yang benar, termasuk jumlah takbir yang dibaca saat sholat jenazah.
Umumnya, sholat jenazah dilakukan dengan empat kali takbir, sebagaimana yang diajarkan dalam fikih Islam.
Namun, muncul pertanyaan di kalangan umat Islam, apakah sholat jenazah tetap sah jika dilakukan dengan lima takbir? Apakah kelupaan dalam hitungan takbir bisa membatalkan sholat ini?
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren LP3IA Rembang, menjelaskan bahwa menambah takbir tidak otomatis membatalkan sholat jenazah. Menurutnya, takbir dalam sholat jenazah adalah bentuk wirid, bukan rukun sholat yang mutlak.
Sementara dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @sontochannel9971, Gus Baha menerangkan bahwa meskipun takbir adalah bagian dari sholat jenazah, jumlahnya yang lebih dari empat tidak serta-merta menggugurkan keabsahan sholat tersebut.
"Kalau andaikan takbir lima kali itu batal, apa enggak?" ujar Gus Baha dalam video tersebut. Ia menegaskan bahwa ada ulama yang menganggap tambahan takbir sebagai kesalahan, tetapi tidak membatalkan sholat jenazah.
Beberapa ulama memang berpendapat bahwa takbir dalam sholat jenazah adalah rukun, sehingga menambahnya berarti menambah rukun. Namun, Gus Baha menekankan bahwa takbir lebih bersifat sebagai wirid, bukan sesuatu yang menentukan sah atau tidaknya sholat jenazah.
Simak Video Pilihan Ini:
2 Residivis Tipu Juragan Sapi Buat Gadai Honda Brio
Utamanya Adalah Doa untuk Mayit
Ia juga menceritakan bahwa dalam sejarah, pernah ada kasus di mana posisi jenazah diletakkan di belakang imam dalam sholat jenazah, tetapi tetap dianggap sah oleh para ulama. Ini menunjukkan adanya kelonggaran dalam aturan sholat jenazah.
Menurut Gus Baha, ulama sejak dahulu memahami bahwa niat dan kekhusyukan dalam beribadah lebih utama daripada sekadar menjalankan tata cara yang kaku. Fleksibilitas ini menunjukkan bahwa Islam menekankan esensi ibadah, bukan sekadar bentuk formalnya.
Gus Baha juga menegaskan bahwa sholat jenazah pada dasarnya adalah doa untuk orang yang telah meninggal. Sehingga, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kekhusyukan dalam berdoa, bukan hanya perhitungan takbir.
"Karena sholat jenazah ini adalah momen berdoa, kita harus fokus pada doa kita untuk orang yang telah meninggal," kata Gus Baha. Ia mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak dalam perdebatan kecil yang mengalihkan perhatian dari tujuan utama sholat jenazah.
Ia juga menyarankan agar umat Islam terus belajar tentang tata cara ibadah, termasuk sholat jenazah. Pemahaman yang baik akan membantu seseorang melaksanakan ibadah dengan lebih khidmat.
Meski begitu, Gus Baha mengakui adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai berbagai tata cara ibadah. Menurutnya, hal ini wajar selama tetap bertujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Jangan Memperdebatkan Hal Tidak Perlu
Ia mengimbau agar umat Islam tidak memperdebatkan hal-hal yang tidak perlu, terutama yang berkaitan dengan perbedaan fiqih. Yang lebih penting adalah menjaga persatuan dan kedamaian dalam beragama.
Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk terus menjaga persaudaraan, terutama dalam melaksanakan ibadah fardhu kifayah seperti sholat jenazah. Solidaritas ini penting untuk memperkuat kebersamaan di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan itu, ia juga mendoakan agar umat Islam dimudahkan dalam menjalankan ibadah dengan benar dan diberi keberkahan dalam kehidupan.
Sebagai penutup, Gus Baha mengingatkan bahwa sholat jenazah adalah momen penting yang harus dijalankan dengan ketulusan dan kekhusyukan. Jangan sampai ibadah ini justru menjadi ajang perdebatan yang tidak perlu.
Menurutnya, ibadah yang benar adalah yang dilakukan dengan niat ikhlas dan hati yang tulus. Pemahaman yang baik tentang sholat jenazah akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan meningkatkan kualitas iman.
Pada akhirnya, pemahaman yang benar tentang ibadah akan membantu umat Islam menjalankan kehidupan yang lebih baik, penuh keberkahan, dan semakin dekat dengan ridha Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul