Liputan6.com, Jakarta - Bulan Muharram menjadi momen penting dalam kalender hijriah yang sarat dengan nilai spiritual dan sejarah. Di tengah kemeriahan tradisi masyarakat dalam menyambut bulan ini, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan pesan mendalam tentang cara terbaik memaknai Muharram.
Sebagai pengasuh Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3iA), Gus Baha memiliki kebiasaan khusus setiap kali memasuki bulan Muharram. Kebiasaan ini tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga mengandung ajakan kepada umat Islam untuk lebih fokus pada hal-hal yang bernilai ibadah.
Berikut ulasannya, dirangkum Minggu (14/7/2025):
1. Iktikaf
Dalam sebuah pengajian Tafsir Jalalain surat Al-Qiyamah ayat 20–40 yang digelar di kediamannya, Desa Narukan, Kragan, Rembang, Gus Baha menceritakan tradisinya selama Muharram. Salah satunya adalah beritikaf di tempat bersejarah sambil memperbanyak bacaan Al-Qur’an.
Dikutip melalui kanal YouTube Official LP3IA, Gus Baha menjelaskan bahwa kebiasaannya itikaf bukan untuk mencari benda bertuah seperti keris atau jimat. "Cuma niat saya bukan cari keris, tapi jangan ditiru. Nanti malah utang untuk biaya," candanya.
2. Mempererat Silaturahmi
Selain itu, ia juga menjadikan bulan ini sebagai kesempatan untuk mempererat silaturahmi, termasuk berkumpul dengan sahabat-sahabat ayahnya, KH Nursalim, dalam majelis ilmu. “Saya lebih memilih duduk bersama ahli Al-Qur’an, mengaji, dan mengingat Allah,” ujar Gus Baha.
Simak Video Pilihan Ini:
Heboh Pasutri Berangkat Haji Naik Sepeda Ontel di Purwokerto
3. Dzikir dan Khatamkan Al-Qur'an
Ia mengingatkan bahwa amalan di bulan Muharram harus mengarah pada pendekatan diri kepada Allah, bukan semata tradisi yang bersifat simbolik atau mistik. Oleh karena itu, memperbanyak dzikir, mengkhatamkan Al-Qur’an, dan mengikuti majelis ilmu menjadi pilihan utamanya.
Tidak hanya Al-Qur’an, Gus Baha juga menekuni pengajian kitab hadis seperti Shahih Muslim. Menurutnya, isi kepala umat Islam juga harus diberi makanan yang baik agar kehidupan lebih terarah dan bertanggung jawab.
“Jangan hanya mencuci keris, otaknya juga harus dicuci dengan ilmu,” ucap Gus Baha sembari menekankan pentingnya ilmu dalam menyambut bulan mulia.
Pesan Gus Baha ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Tirmidzi, bahwa dunia dan segala isinya terkutuk kecuali dzikir, majelis ilmu, dan orang-orang yang mengisinya. Ia mengajak masyarakat untuk lebih banyak menghadiri pengajian daripada kegiatan simbolis.
Meski mengaku memiliki banyak keris, Gus Baha tidak menjadikan benda tersebut sebagai fokus utama dalam hidupnya. Ia bahkan menyebut, “Kalau bicara minta, ya boleh, tapi dikabulkan atau tidak itu beda lagi,” ujarnya sambil tertawa.
Penjelasan I'tikaf
Ia menekankan bahwa memiliki benda pusaka bukan masalah, asalkan tidak menjadikannya sebagai sumber kekuatan atau pengganti kepercayaan kepada Allah. Menurut Gus Baha, kekuatan sejati hanya berasal dari Allah, bukan dari benda-benda tertentu.
Mengutip panduan dari NU Online mengenai makna dan tata cara itikaf yang benar. Itikaf adalah bentuk ibadah dengan berdiam diri di masjid, disertai niat tulus untuk beribadah kepada Allah semata.
Kegiatan itikaf sendiri mencakup berbagai bentuk ibadah seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, merenung tentang akhirat, dan menjauhi hal-hal yang melalaikan. Semua aktivitas tersebut bertujuan menguatkan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Gus Baha ingin agar bulan Muharram dimanfaatkan umat Islam sebagai momentum pembenahan diri, bukan hanya melestarikan tradisi. Ia mengajak masyarakat untuk memperbanyak amal-amal yang mendidik akal dan hati.
“Majelis ilmu itu bentuk terbaik dalam memuliakan waktu yang juga dimuliakan oleh Allah,” pungkas Gus Baha. Pesan tersebut menjadi penegasan bahwa Muharram bukan sekadar bulan awal tahun, tapi bulan untuk membangun kembali hubungan yang erat dengan Ilahi.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul