Bacaan Doa Burdah Lengkap Untuk Qasidahan: Arab, Latin, dan Terjemah

1 month ago 18

Liputan6.com, Jakarta Doa Burdah lengkap merupakan salah satu qasidah paling populer dalam tradisi Islam yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Qasidah ini sering dibaca dalam berbagai acara keagamaan, terutama saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di berbagai pesantren dan majelis taklim di Indonesia.

Bacaan doa Burdah lengkap memiliki nilai spiritual yang tinggi dan mengandung pesan moral yang mendalam bagi umat Islam. Qasidah ini tidak hanya sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah, tetapi juga sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pujian terhadap kekasih-Nya.

Melansir dari Kitab Shalawat Terbaik & Terlengkap karya Rusdianto (2018:263), Qasidah Burdah adalah sajak pujian kepada Rasulullah yang disusun oleh ulama tersohor bernama Al-Bushiri. Karya agung ini mengandung pesan moral, nilai spiritual, dan semangat perjuangan yang menginspirasi umat Islam di seluruh dunia. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Selasa (30/9/2025).

Doa Burdah Lengkap: Teks Arab, Latin, dan Terjemahan

Berikut adalah bagian awal dari doa burdah lengkap yang sering dilantunkan dalam qasidahan, disajikan dalam teks Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya mengutip Qashidah Burdah Imam Bushiri:

  1. Arab: مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَآئِــمًا أَبَـدًا ۞ عَلَى حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ

    Latin: Maulâya shalli wa sallim dâ'iman abadan ۞ ‘alâ ḫabîbika khairil-khalqi kullihimi

    Terjemah: Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat takzim dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk.

  2. Arab: أَمِنْ تَذَكُّــرِ جــــيْرَانٍ بِذِيْ ســــلَمِ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِـــدَمِ

    Latin: amin tadzakkuri jîrânin bidzî salami ۞ mazajta dam‘an jarâ min muqlatin bidami

    Terjemah: Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam sana, Engkau deraikan air mata dengan darah duka.

  3. Arab: أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَـاءِ كَاظِمَـةٍ ۞ وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْظَلْمَآءِ مِنْ إِضَـمِ

    Latin: Am habbatir-rîḫu min tilqâ'i kâdzimatin ۞ wa aumadlal-barqu fidl-dhalmâ'i min idlami

    Terjemah: Ataukah karena embusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah. Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham.

  4. Arab: فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِـــمِ

    Latin: Fa mâ li ‘ainaika in qultak-fufâ hamatâ ۞ wa mâ liqalbika in qultas-tafiq yahimi

    Terjemah: Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya. Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.

  5. Arab: أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمُضْطَـــرِمِ

    Latin: Ayaḫsabush-shabbu annal-ḫubbu munkatimun ۞ mâ baina mun sajimin minhu wa mudltharimi

    Terjemah: Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya. Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara.

  6. Arab: وْلَا الْهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعًــا عَلَى طَلَلٍ ۞ وَلَا أَرِقْتَ لِذِكْرِ الْبَـــانِ وَالْعَلَـــمِ

    Latin: Lau lâl-hawâ lam turiq dam‘an ‘alâ thalalin ۞ wa lâ ariqta lidzikril-bâni wal-‘alami

    Terjemah: Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon al-ban dan gunung yang kau rindu.

  7. Arab: فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُبًّا بَعْدَ مَا شَهِدَتْ ۞ بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّـــقَمِ

    Latin: Fakaifa tunkiru ḫubban ba‘da mâ syahidat ۞ bihi ‘alaika ‘udûlud-dam‘i was-saqami

    Terjemah: Bagaimana kaudapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya. Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara.

  8. Arab: وَأَثْبَتَ الْوَجْــدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَـنًى ۞ مِثْلَ الْبَهَارِ عَلَى خَدَّيْكَ وَالْعَنَـــمِ

    Latin: Wa atsbatal-wajdu khaththai ‘abratin wa dlanan ۞ mitslal-bahâri ‘alâ khaddaika wal-anami

    Terjemah: Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya. Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.

  9. Arab: نَعَــمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرَّقَنِيْ ۞ وَالْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْأَلَــمِ

    Latin: Na‘am sarâ thaifu man ahwâ fa arraqanî ۞ wal-ḫubbu ya‘taridlul-ladzdzâti bil-alami

    Terjemah: Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga. Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita.

  10. Arab: يَا لَائِمِيْ فِي الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنِّيْ إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَـــمْ تَلُـــمِ

    Latin: Yâ lâ'imî fil-hawâl-‘udzriyyi ma‘dziratan ۞ minnî ilaika wa lau anshafta lam talumi

    Terjemah: Wahai pencaci derita cinta kata maaf kusampaikan padamu. Aku yakin andai kaurasakan derita cinta ini, tak mungkin engkau mencaci maki.

  11. Arab: عَدَتْـــكَ حَـــــالِيَ لَاسِـــــرِّيْ بِمُسْتَـــتِرٍ ۞ عَنِ الْوُشَاةِ وَلَا دَائِيْ بِمُنْحَسِــمِ

    Latin: ‘adatka ḫâliya lâ sirrî bimustatirin ۞ ‘anil-wusyâti wa lâ dâ'î bimunḫasimi

    Terjemah: Kini kautahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu. Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.

  12. Arab: مَحَّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَّسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إِنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُـــذَّالِ فِيْ صَمَـــمِ

    Latin: Maḫḫadltanî-nushḫa lakin lastu asma‘uhu ۞ innal-muḫibba ‘anil-‘udzdzâli fî shamami

    Terjemah: Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu. Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela.

  13. Arab: إِنِّيْ اتَّهَـــمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِي عَذَلٍ ۞ وَالشَّيْبُ أَبْعَدُ فِيْ نُصْـــحٍ عَنِ التُّهَمِ

    Latin: Innît tahamtu nashîḫasy-syaibi fî ‘adzalin ۞ wasy-syaibu ab‘adu fî nushḫin ‘anit-tuhami

    Terjemah: Aku curiga ubanku pun turut mencelaku. Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

Pengertian Doa Burdah

Doa Burdah atau Qasidah Burdah adalah sebuah puisi Arab klasik yang berisi pujian dan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW. Kata "Burdah" sendiri berarti selimut atau jubah, yang merujuk pada kisah penyusunnya yang mendapat kesembuhan dari penyakit lumpuh setelah membaca qasidah ini dan bermimpi Nabi Muhammad SAW menyelimutinya dengan burdah.

Qasidah ini disusun oleh Imam Al-Bushiri, seorang ulama dan penyair terkenal dari Mesir pada abad ke-13 Masehi. Al-Bushiri menciptakan karya ini ketika ia sedang menderita sakit lumpuh yang parah. Dalam keadaan putus asa, ia menulis puisi pujian untuk Rasulullah SAW sebagai bentuk tawassul dan permohonan kesembuhan.

Menurut catatan sejarah yang dikutip dari berbagai sumber literatur Islam klasik, setelah membaca qasidah ini dengan penuh khusyuk, Al-Bushiri bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang kemudian menyelimuti tubuhnya dengan burdah. Ketika terbangun dari tidurnya, ia merasakan kesembuhan yang luar biasa dan mampu berjalan kembali seperti sediakala.

Doa Burdah lengkap terdiri dari 160 bait yang dibagi menjadi 10 bab, membahas berbagai tema mulai dari cinta kepada Nabi, perjuangan melawan hawa nafsu, hingga mukjizat dan kemuliaan Rasulullah SAW. Setiap bait dalam qasidah ini menggunakan bahasa Arab yang indah dengan makna yang mendalam, sehingga menjadi salah satu karya sastra Islam yang paling dikagumi sepanjang masa.

Keutamaan Membaca Qasidah Burdah

Membaca doa Burdah lengkap memiliki berbagai keutamaan dan manfaat spiritual bagi umat Islam. Berikut adalah beberapa keutamaan membaca Qasidah Burdah:

Mendatangkan Keberkahan dan Kesembuhan.

Berdasarkan kisah Imam Al-Bushiri yang sembuh dari penyakit lumpuh setelah membaca qasidah ini, banyak umat Islam yang meyakini bahwa membaca Qasidah Burdah dapat mendatangkan kesembuhan dari berbagai penyakit. Keberkahan ini datang dari ridha Allah SWT atas bentuk kecintaan kepada Rasul-Nya.

Menambah Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.

Setiap bait dalam Qasidah Burdah berisi pujian dan sanjungan yang tinggi terhadap Nabi Muhammad SAW. Dengan membaca dan merenungkan maknanya, hati pembaca akan semakin dipenuhi dengan rasa cinta dan rindu kepada Rasulullah SAW.

Mendapatkan Syafaat di Hari Kiamat.

Ulama meyakini bahwa orang yang mencintai dan memuji Rasulullah SAW akan mendapat syafaatnya di hari akhir. Qasidah Burdah merupakan salah satu bentuk pengungkapan cinta dan penghormatan tertinggi kepada Nabi, sehingga diharapkan dapat menjadi wasilah untuk mendapatkan syafaat beliau.

Perlindungan dari Kejahatan dan Marabahaya.

Banyak ulama dan kaum sufi yang mengamalkan bacaan Qasidah Burdah sebagai wirid untuk perlindungan. Mereka meyakini bahwa keberkahan dari pujian kepada Rasulullah dapat menjadi benteng spiritual dari berbagai gangguan dan marabahaya.

Meningkatkan Ketaqwaan dan Spiritualitas.

Isi Qasidah Burdah tidak hanya berupa pujian, tetapi juga nasihat moral tentang pentingnya menjauhi hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah. Membaca dan memahami maknanya akan meningkatkan kesadaran spiritual dan mendorong untuk beramal lebih baik.

Menenangkan Hati dan Jiwa.

Lantunan Qasidah Burdah memiliki keindahan bahasa dan irama yang khas. Ketika dibaca atau didengarkan, qasidah ini dapat memberikan ketenangan jiwa dan menghilangkan kegelisahan hati.

Menambah Ilmu dan Pemahaman Agama.

Qasidah Burdah mengandung banyak hikmah, kisah kehidupan Nabi, dan ajaran Islam yang mendalam. Dengan mempelajari dan menghafalnya, umat Islam dapat menambah pengetahuan agama dan pemahaman tentang akhlak mulia Rasulullah SAW.

Qasidah Burdah dalam Tradisi Islam di Indonesia

Di Indonesia, Qasidah Burdah memiliki tempat yang sangat istimewa dalam tradisi keagamaan. Karya ini tidak hanya dikenal luas, tetapi juga menjadi bagian integral dari berbagai upacara dan kegiatan keagamaan terutama yang berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Banyak majelis taklim dan kelompok shalawat di Indonesia secara khusus mempelajari dan melantunkan doa burdah lengkap secara rutin. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Qasidah Burdah dalam membentuk spiritualitas dan kecintaan umat Muslim Indonesia kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain dilantunkan dalam bentuk qasidah, beberapa bagian dari Burdah juga sering diadaptasi menjadi lagu-lagu religi modern atau nasyid, sehingga jangkauannya semakin luas. Adaptasi ini memungkinkan karya ini dinikmati oleh berbagai kalangan usia. Popularitas Qasidah Burdah di Indonesia tidak hanya terbatas pada kalangan tradisional, tetapi juga merambah ke generasi muda melalui adaptasi musik dan media digital. 

Adab dan Tata Cara Membaca Qasidah Burdah

Membaca Qasidah Burdah, seperti halnya membaca teks-teks suci lainnya dalam Islam, dianjurkan untuk dilakukan dengan adab dan tata cara tertentu. Hal ini bertujuan agar mendapatkan keberkahan dan kekhusyukan yang maksimal dari bacaan tersebut.

Adab ini mencerminkan penghormatan terhadap isi dan tujuan dari karya tersebut, serta kepada Nabi Muhammad SAW yang dipuji di dalamnya. Mempersiapkan diri secara fisik dan spiritual sangat dianjurkan.

Beberapa adab dan tata cara yang dianjurkan saat membaca doa burdah lengkap meliputi:

  • Bersuci (Berwudhu): Disarankan untuk dalam keadaan suci dari hadas kecil maupun besar, sebagaimana membaca Al-Qur'an.
  • Menghadap Kiblat: Meskipun tidak wajib, menghadap kiblat saat membaca shalawat dapat menambah kekhusyukan dan rasa hormat.
  • Niat yang Tulus: Niatkan pembacaan untuk memuji Nabi Muhammad SAW, mencari ridha Allah, dan mengharapkan syafaat beliau.
  • Membaca dengan Tartil dan Meresapi Makna: Bacalah setiap bait dengan perlahan, jelas, dan berusaha meresapi makna yang terkandung di dalamnya.
  • Menggunakan Pakaian yang Bersih dan Sopan: Kenakan pakaian yang bersih dan sopan sebagai bentuk penghormatan.
  • Membaca di Tempat yang Tenang: Pilihlah tempat yang tenang dan jauh dari gangguan agar dapat fokus dan khusyuk.
  • Berdoa Setelah Membaca: Setelah selesai membaca, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah SWT, memohon keberkahan dan hajat-hajat lainnya.

Tradisi Qasidahan

Dalam tradisi Islam Nusantara, tradisi qasidahan merujuk pada praktik pembacaan syair-syair qasidah (termasuk Kasidah Burdah, Barzanji, dan lainnya), baik dalam bentuk ritual keagamaan maupun budaya sosial. Praktik ini kerap diadakan pada acara maulid Nabi, peringatan Isra’ Mi’raj, pernikahan, sunatan, dan kegiatan pengajian.

Melansir dari Burdah : Antara Kasidah, Mistis & Sejarah juga menjelaskan bahwa syair burdah tidak hanya berfungsi sebagai pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga sebagai sarana pengajaran moral dan kisah kehidupan Nabi yang dijadikan teladan. 

Kedua, tradisi qasidahan di pesantren memegang posisi penting dalam pendidikan keagamaan sebagai bagian dari pengajian kitab‑kitab kuning yang menggabungkan aspek religius dan sastra. 

Tradisi qasidahan tidak hanya sebagai ritual beribadah, tetapi juga memiliki fungsi sosial dan kultural yang memperkuat ikatan komunitas. Di Sera Timur, praktik pembacaan Burdah untuk orang sakit juga berfungsi sebagai media solidaritas sosial, memperkokoh kekeluargaan, dan sebagai alternatif religius ketika pengobatan medis dianggap belum cukup.

FAQ

1. Apa isi utama dari Doa Qasidah Burdah? Doa Qasidah Burdah berisi pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ, kisah hidupnya, pesan moral, dan permohonan syafaat.

2. Mengapa disajikan dalam tiga bentuk: Arab, Latin, dan terjemah? Agar pembaca yang tidak fasih bahasa Arab bisa membaca secara tepat (latin) dan memahami makna (terjemah).

3. Apakah Qasidah Burdah hanya dibaca pada peringatan Maulid saja? Tidak selalu; meskipun sering dibaca saat Maulid, ia juga dibaca dalam acara pengajian, malam Jumat, dan majelis dzikir.

4. Siapa pengarang Qasidah Burdah? Qasidah Burdah dikarang oleh Imam al‑Bushiri, seorang ulama dari Mesir abad ke-7 Hijriyah.

5. Bolehkah membacanya secara solo (sendiri)? Ya, boleh; meskipun sering dibaca berjamaah, membacanya sendiri tetap sah dan bermanfaat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |