Contoh Teks Khutbah Jumat tentang Kesabaran, Bisa Menjadi Penolong dan Kunci Ketenangan Hidup

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Dalam suasana ibadah yang selalu mengajak umat untuk kembali menata hati, contoh khutbah Jumat tentang kesabaran menjadi bahan bacaan yang banyak dicari jamaah maupun para khatib. Tema ini terasa semakin relevan ketika berbagai ujian hidup datang silih berganti, mendorong umat untuk memahami makna sabar bukan sekadar menahan diri, tetapi juga menata langkah dengan penuh keyakinan.

Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang kesabaran yang dapat dijadikan inspirasi bagi para khatib maupun pembaca yang ingin memperdalam makna ketenangan hati dalam menghadapi cobaan. Isi khutbah ini mengulas nilai-nilai ketabahan, kekuatan iman, serta cara menumbuhkan sikap sabar dalam kehidupan sehari-hari agar setiap ujian mampu membawa seseorang pada kedewasaan spiritual.

Khutbah Jumat: Menjadikan Shalat dan Sabar Sebagai Penolong

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى

فياأيها المسلمون . . . . . . .أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا

فقال الله تعالى في كتابه الكريم :أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Maasyral Muslimin Rakhimani wa Rakhimakumullah . . . . .

Marilah bersama-sama kita panjatkan puji serta syukur kita kepada Allah swt, yang senantiasa memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita, kenikmatan yang begitu banyak sehingga tidak ada kemampuan bagi kita untuk menghitungnya.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya (Ibrahim; 34)

Diantara kenikmatan-kenikmatan tersebut, salah satu yang paling utama patut kita syukuri yaitu nikmat iman dan kesehatan. Karena dengan kedua nikmat inilah, Alhamdulillah kita memiliki kemampuan untuk beribadah dan melaksanakan perintah-perintah Allah, sebagaimana nikmat yang saat ini kita peroleh, yakni nikmat melaksanakan ibadah Shalat jumat berjamaah di masjid ini.

Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar, Muhammad saw. Juga kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan juga kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kita semua dimasukkan ke dalam golongan pengikutnya Nabi Muhammad saw yang senantiasa taat dan cinta kepada Allah dan Rosulnya, dan mendapatkan Syafaatnya di yaumil Akhir. Amiiiin . .

Pada kesempatan ini pula kami tidak lupa untuk berwasiat kepada diri kami sendiri khususnya, dan juga kepada para hadirin sekalian, untuk berusaha meningkatkan ketaqwaan kita, dengan cara melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Karena, kelak saat kita menghadap ilahi rabbi, sebaik-baik bekal adalah bekal ketaqwaan yang kita miliki.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Maasyral Muslimin Rakhimani wa Rakhimakumullah . . . . .

Dalam menapaki hidup di dunia ini, tentu kita akan dihadapkan pada berbagai cobaan, mulai dari kesedihan, rasa sakit, kekurangan harta, musibah, dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 155 yang berbunyi;

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Ujian dan musibah yang Allah berikan kepada kita sebagai seorang muslim, hakikatny adalah cermin kecintaan Allah kepada kita. Allah SWT 'tidak rela' menimpakan azab yang tidak terperi sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia menggantinya dengan azab dunia yang 'sangat ringan'. Dalam perspektif seperti ini, musibah berfungsi sebagai penggugur dosa-dosa.

Jadi, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan padanya bisa semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah. Orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya.

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani)

Maasyral Muslimin Rakhimani wa Rakhimakumullah . . . . .

Lalu modal apa yang harus kita miliki agar kita benar-benar menjadi pribadi yang siap dalam menghadapi ujian di kehidupan dunia yang fana ini. Allah SWT melalui Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk agar kita benar-benar tidak salah langkah dalam menghdapi cobaan di kehidupan dunia ini. Salah satu petunjuk yang Allah berikan kepada kita pada saat menghadapi musibah adalah dengan sabar dan shalat.

Sabar dan shalat adalah 2 hal penting, kunci menghadapi berbagai ujian dan untuk menggapai kebahagian dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153).

Sehingga pada saat kita menghadapi musibah yang harus kita lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan shalat. Bahkan Allah SWT menegaskan dalam ayat yang lain;

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah: 45).

Menurut al-Qurthubi dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat 45 ini, bahwa sabar mencakup tiga hal; sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah atau ujian dari Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah

Kedua ayat di atas menjadi bukti konret, bahwa sabar dan shalat adalah petunjuk yang utama bagi seorang muslim dalam menghdapai dan menapaki kehidupan dunia ini. Sabar sebagai bukti metafisik, bukti keimanan kita kepada Allah SWT bahwa, semua yang terjadi ini adalah ketetapan dari Allah SWT. Tentu sabar yang dimaksud disini adalah sabar yang aktif, Sabar yang tidak hanya berdiam diri saja, tapi Sabar yang terus diiringi dengan usaha atau ikhtiar. Misalnya, pada saat kita diuji oleh Allah dengan rasa sakit, maka bentuk kesabaran kita adalah dengan berikhtiar untuk terus berobat, dan kemudian diiringan dengan sikap untuk menerima ketetapan Alllah tersebut.

Adapun Shalat adalah bukti Empirik, bukti nyata ketaatan kita kita kepada Allah SWT, serta bukti bahwa apapun yang yang menimpa kita, baik berupa ujian maupun kebahagian, kita tidak boleh pernah melupakan kewajiban kita untuk mengingat Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah

Selain posisi sabar dan shalat sebagai 2 hal penting dalam menghadapi ujian dan musibah dalam kehidupan. Sabar dan shalat juga memiliki 2 fungsi utama: Pertama; Sabar adalah kunci keberhasilan. Menurut Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Allah memerintahkan agar kita meminta pertolongan dalam setiap hal dengan bersabar. Karena jika seorang hamba bersabar dalam menghadapi setiap musibah atau ujian yang Allah berikan, niscaya masalah atau ujian yang dihadapinya akan menjadi ringan. Hal ini sebagaimana hadis Nabi SAW:

وَاعْلَمْ أَنَّ النَصْرَ مَعَ الصَّبْر، وَأًنَّ الفَرَجَ مَعَ الْكَرْب، وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً

“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan” (HR. Ahmad, sahih)

Kesabaran dalam menghadapi cobaan dapat digolongkan sebagai sebuah sikap untuk menerima ketentuan dari Allah SWT. Sabar menunjukkan sikap bahwa seorang muslim tersebut ridha dengan ketapan Allah SWT. Bahkan Allah juga memberikan pujian yang tinggi kepada orang-orang yang sabar dalam menghadapai setia kesulitan.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [Al-Baqarah/2 : 177]

Bahkan Allah SWT menegaskan bahwa pahala orang-orang yang bersabar tiada batasnya, karena memang sesungguhnya tidak ada batas kesabaran bagi seorang muslim.

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“. [An-Nahl/16 : 96]

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah

Kedua; Salat adalah sebab pertolongan Allah SWT. Menurut Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, salat dapat menjadi penolong dalam setiap urusan dunia maupun agama, sebagaimana hadis Nabi SAW :

أَنَّهُ كَانَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرُ فَزَع إِلَى الصَّلاَةِ

“Bahwa Rasulullah SAW apabila mengalami sesuatu masalah, beliau segera melakukan salat” (HR. Abu Daud)

Dalam Syarh Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi Shalat merupakan benteng jitu menghalau perbuatan buruk (keji dan munkar), shalat merupakan hubungan transenden antara hamba dan Allah SWT, sehingga apa yang dikeluhkan hamba, insyallah didengar olah Allah SWT, dan disitulah pertolongan Allah SWT datang.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah

Shalat juga memiliki kedudukan yang sangat agung disisi Allah SWT, karena ia adalah amal yang paling utama setelah iman. Barangsiapa yang menjaga dan memeliharan shalatnya, sungguh ia telah menjaga agamanya., dan Allah akan selalu menjaga urusan-urusannya di dunia. Sebaliknya, dan barangsiapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap pekerjaan-pekerjaan selain shalat, pastilah ia lebih abai.

Oleh sebab itu, jika menghadapi persoalan di kehidupan dunia ini, maka yang harus kita perbaiki adalah shalat kita. Jika kita mempunyai masalah di kantor, di rumah, bahkan di lingkungan sekitar kita, maka yang seharusnya kita perbaiki adalah shalat kita. Dengan kita memperbaiki shalat kita, maka Allah akan memperbaiki urusan-urusan kita.

Semoga sabar dan shalat ini bisa menjadi kekuatan motivasi kita untuk menapaki kehidupan dunia ini sesuai dengan arahan Allah SWT dan Rasulullah SAW sehingga orientasi bahagia dunia akhirat bisa kita raih. Aamiin.

بارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hadirin yang dirakhmati oleh Allah SWT;

Ada satu sikap yang dilarang oleh Allah SWT untuk kita lakukan pada saat kita menghadapi musibah ataupun cobaan. Sikap itu adalah sikap untuk berandai-andai. Berandai-andai jika kita melakukan hal ini, maka hal ini tidak akan terjadi. Karena sikap yang demikian itu akan membuka pintu setan untuk menggoda kita agar kita mengingkari ketetap Allah SWT. Sikap yang dianjurkan, pada saat kita mendaptkan musibah adalah dengan mengembalikan ketetapan itu kepada Allah SWT.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ; . . . . . . وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. (أخرجه مسلم)

Artinya: Dan apabila kamu tertimpa musibah janganlah berkata: seandainya saya melakukan ini dan itu, niscaya menjadi begini dan begitu, melainkan katakanlah: Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki, Dia kerjakan. Sebab sesungguhnya perkataan ‘lau’ (seandainya) itu membuka perbuatan syaitan”. (Ditakhrijkan oleh Muslim)

Inilah sikap yang harus kita hindari pada saat kita menerima musibah.

Semoga kita selalu senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah untuk menghadap setiap musibah dan cobaan yang menimpa kita, dan kita digolongkan oleh Allah sebagai orang-orang yang sabra. Amiiin . . .

إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار

سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

عبــاد اللّــهِ ! إنّ اللَّــه يأمــر بالعــدل و الإحســـان و إيتـــاءِ ذى القــربى و ينــهى عن الفخشـــاءِ و المنـــــكرِ و البغىِ يعظـــكم لعـــلَّكم تَذَكَّـــرُوْن. فاذكــــــرُوا اللَّــه العظيــم يذكــركم و اشــكروهُ على نِعَمِـــهِ يَزِدْكــــــــمْ و اســـأَلوه من فضـــله يعطــــكُمْ و لِذِكـــرُ اللَّــهِ أكبــــــــرُ

Khutbah Jumat: Sabar Kunci Ketenangan Hidup yang Disebutkan 70 Kali dalam Alquran

السَّلاَ مُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَركَاتُهاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَييِّدُ اْلأَبْرَارِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَدَارِ الْقَرَارِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنوَقَالَ تَعَالَى فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: سَلَـٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَىٰ الدَّارِ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيمْ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin yang berbahagia…

Sabar oleh imam Al-Ghazali, di maknai sebagai suatu proses untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat yang dihasilkan oleh suatu keadaan. Oleh karena itu, sabar merupakan kemampuan menahan diri dari melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak benar, sabar juga merupakan sifat terpuji yang sangat penting bagi setiap individu, karena sabar dapat memberikan manfaat yang sangat besar dalam membina jiwa, menguatkan diri dalam menghadapi ujian, beban hidup, musibah, serta menjadikan individu menjadi pribadi yang tegar dan kokoh keimanannya kepada Allah SWT

Tidak semua orang memiliki rasa sabar, terkadang masalah yang kita hadapi membuat kita tidak sabar. Padahal dengan kesabaran, kita bisa menjalani hidup dengan lebih mudah, lebih bijaksana dan memiliki perasaan yang tenang. Sabar memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti itu tak bisa diusahakan. Dengan menjadi orang yang sabar, akan membuat hidup lebih berkualitas.

Sabar adalah adat kebiasaan para nabi dan rasul. Sabar adalah permata yang menghiasi kehidupan para wali. Sabar adalah mutiara bagi orang-orang saleh. Sabar adalah cahaya penerang bagi siapa pun yang menapaki jalan menuju kebahagiaan abadi di akhirat. Sedangkan Ketenangan merupakan sikap ridha kepada ketentuan Allah Yang Mahamengetahui. Ketenangan bersifat stabilitas dan konsisten. Pusat dari ketenangan ada di dalam hati, bukan materi. bukan di uang, dan bukan di jabatan. Meskipun semua orang memiliki hati, tidak semua mendapatkan ketenangan, karena ketenangan ada di dalam hati orang yang memiliki iman dan kesabaran.

Orang yang tenang ialah orang yang selalu membekali diri di dunia untuk kehidupannya di akhirat dengan ketakwaan dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Mereka akan selalu ridha terhadap ketetapan Allah SWT. Saat senang maupun susah, hati mereka tidak akan terguncang, Mereka selalu mengutamakan kehidupan akhirat yang kekal dan selalu menjalankan amal-amal sholeh, yang akan mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT. Hingga akhirnya mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi serta memperoleh ketenangan hidup.

Hadirin rahimakumullah

Menurut Imam al-Ghazali, kata sabar dan berbagai kata turunannya disebutkan di lebih dari 70 tempat dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُونَ (النحل: ٩٦) Artinya: “... Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl: 96). Juga firman Allah ta’ala: سَلَـٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَىٰ الدَّارِ (الرعد: ٢٤)

Artinya: “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu” (QS ar-Ra’d: 24).

Seseorang yang memiliki sifat sabar bukan berarti ia pengecut, putus asa dan lemah dalam berucap, bertindak, dan mengambil keputusan. Sabar hakikatnya adalah menahan diri dan memaksanya untuk menanggung sesuatu yang tidak disukainya, dan berpisah dengan sesuatu yang disenanginya. Dengan begitu hidupnya senantiasa akan dilimpahi ketenangan di dunia maupun di akhirat.

Sabar itu ada tiga macam :

Pertama, sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Sikap terbaik menempuh ujian cobaan adalah sabar. Sabar bekal utama kita dalam menempuh ujian perjalanan hidup. Jika kita sabar, ketetapan Allah tetap berlaku dan bagi kita pahala. Tetapi jika kita tdk sabar. ketetapan Allah tetap berlaku dan bagi kita dosa. Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Terkadang ketaatan itu berat bagi badan atau jasmani kita. Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta kita.

Ketaatan kepada Allah SWT itu tentu akan di uji. Dan ujian itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk ujian Allah SWT yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. Sedangkan ujian Allah SWT yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dalam menghadapi, dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisan dan hatinya.

Kedua, sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan segala yang Allah SWT haramkan. Segala sesuatu yang haram dan dilarang Allah SWT, hendaknya dijauhi. Sekalipun terasa sangat menyenangkan. Allah SWT menyuruh kita untuk selalu menjaga dan menahan diri dari segala bentuk maksiat dan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan cara itu, Insya Allah, Allah SWT akan melipat gandakan pahala dan mencurahkan ketenangan dalam hidup kita.

Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa. Musibah jika dihadapi dengan sabar akan meninggikan derajat dan menghapus dosa. Musibah banyak macamnya. Perlakukan buruk orang lain pada kita adalah musibah. Begitu juga penyakit yang kita derita, kemiskinan, kecelakaan, kemalingan, kehilangan harta benda, kebakaran, dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللّٰهُ بِهَاا مِنْ خَطَايَاهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa keletihan dan penyakit, kekhawatiran dan kesedihan, gangguan dan kesusahan, bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan sebab itu semua Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari). Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللّٰهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al-Bukhari).

Jadi orang yang dikehendaki baik oleh Allah SWT, ia akan ditimpa musibah dan diberi kekuatan oleh Allah untuk bersikap sabar dalam menanggung dan menghadapi musibah yang menimpanya. Sabar dalam menghadapi musibah artinya musibah yang menimpa tidak menjadikan seseorang melakukan sesuatu yang dilarang dan diharamkan oleh Allah SWT.

Seseorang yang ditimpa kemiskinan, misalkan, jika kemiskinan yang menimpanya tidak menyebabkannya mencari harta dengan jalan mencuri, merampok, korupsi dan perbuatan-perbuatan lain yang diharamkan Allah SWT, maka artinya ia telah bersikap sabar dalam menghadapi musibah kemiskinan yang menimpanya. Musibah yang menimpa, terkadang tidak hanya menyebabkan seseorang melakukan perbuatan haram. Bahkan lebih dari itu, terkadang menjadikannya melakukan atau mengucapkan perkataan yang menjerumuskannya pada kekufuran. Seperti orang yang ketika anggota keluarganya meninggal dunia, ia mengatakan bahwa Allah SWT zalim, Allah SWT tidak adil, Allah SWT bukan tuhan yang berhak disembah, dan perkataan lain yang membatalkan keislaman dan keimanannya. Na’udzu billah min dzalik. Hal yang demikian wajib kita hindari. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Seseorang yang memahami dan memegang teguh ajaran Islam sebagaimana mestinya, maka musibah yang menimpanya tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sikap sabar dan peningkatan ibadah kepada Allah SWT. Bahkan para wali Allah SWT, kegembiraan mereka atas bala’ dan musibah yang menimpa mereka lebih besar daripada kegembiraan mereka atas kelapangan hidup dan keluasan rezeki yang dianugerahkan kepada mereka. Oleh karena itu, sebagian kaum sufi mengatakan:

وُرُوْدُ الْفَاقَاتِ أَعْيَادُ الْمُرِيْدِيْنَ “Datangnya berbagai musibah adalah hari raya bagi para pencari kebahagiaan di akhirat.”

Mereka menganggap bahwa musibah yang menimpa adalah hari raya bagi mereka. Dengan itu, musibah akan meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah ta’ala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا) “Manusia yang paling berat ujian dan musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa ia pegang teguh agamanya.” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Dari uraian diatas, begitu penting dan dahsyatnya sabar dalam menempuh dan mendampingi perjalanan hidup kita. Dengan sabar kita akan memperoleh kekuatan untuk menghadapi segala musibah dan cobaan dari Allah SWT, dan kehidupan kita akan jauh lebih bahagia dari orang orang yang tidak mempunyai kesabaran, karena orang yang tidak sabar dalam menjalani kehidupannya atau bahkan tertimpa musibah akan cenderung mudah stress, menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan tuhan, maka golongan orang seperti ini akan tersiksa dalam menjalani hidup. Sedangkan orang sabar justru akan mendapati dan menikmati ketenangan dalam kehidupannya.

Demikian khutbah singkat pada hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |