Liputan6.com, Jakarta - Menjaga keistiqamahan dalam beribadah selama Ramadhan akan memperbesar peluang untuk meraih Lailatul Qadar, serta mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT.
Di antara banyaknya amal ibadah yang dilakukan selama bulan suci ini, ada satu ibadah yang sangat istimewa dan menjadi kesempatan emas untuk bertemu dengan malam Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan di mana doa-doa yang dipanjatkan pada waktu tersebut berpeluang untuk dikabulkan oleh Allah. Ada banyak cara untuk meraih Lailatul Qadar, dan salah satunya adalah dengan rutin melaksanakan sholat Tarawih.
Salah satu tantangan dalam menjaga konsistensi sholat tarawih adalah waktu yang terkadang terasa panjang, terutama bagi mereka yang bekerja atau memiliki kegiatan lain setelah sholat Isya.
Kunci utama dalam menjaga konsistensi ibadah adalah niat. Jika niat kita untuk melaksanakan sholat tarawih semata-mata karena Allah SWT, maka Insya Allah kita akan diberi kekuatan untuk melaksanakannya dengan baik.
Saksikan Video Pilihan ini:
Cerita Horor Konsumsi Tembakau Gorila, Halusinasi Mati dan Lihat Nisan Bertuliskan Nama Sendiri
Keutamaan Sholat Tarawih
Dikutip dari laman NU Online, keutamaan bagi orang yang melaksanakan sholat tarawih sendiri sangat besar, yaitu mendapat pengampunan dosa. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau”. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Ulama sepakat bahwa kata "qâma ramadana" berarti sholat tarawih. Secara tegas hadis ini memotivasi umat Muslim agar melaksanakan sholat yang boleh dikatakan sebagai ibadah eksklusif di bulan Ramadan. Adapun pahala yang dijanjikan adalah ampunan dosa-dosa, dengan catatan harus yakin akan keutamaannya dan dijalani dengan penuh keikhlasan. (as-Syirbini, Mughnil Muhtaj, tt; juz 1, h. 459).
Maksud dari hadis di atas yaitu bahwasanya sholat tarawih yang hanya terdapat di bulan Ramadan ini akan menjadi penyucian diri bagi umat Muslim dari dosa-dosa yang pernah diperbuat selama berada di muka bumi ini.
Imam Haramain mengatakan bahwa dosa yang bisa dihapus karena sholat tarawih adalah dosa kecil, sebab dosa besar hanya bisa dilebur dengan jalan taubat. Berbeda dengan Imam Ibnul Mundzir yang memaparkan bahwa dosa yang dihapus adalah seluruhnya, baik kecil maupun besar. Sebab, untuk menyebut kata dosa pada redaksi hadis di atas adalah menggunakan lafal “ma” yang dalam diskursus gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu) memiliki arti umum. (al-Ramli, Nihayatul Muhtaj, tt: juz 3, hal. 206).
Menjaga Konsistensi Sholat Tarawih
Kendati demikian, keimanan manusia adakalanya naik dan terkadang juga turun dalam beribadah. Naik turunnya iman sendiri bisa dideteksi melalui semangat ibadah yang dilakukan seseorang. Semakin dia giat beribadah dalam kesehariannya, biasanya semakin naik pula dosis keimanannya. Namun sebaliknya, jika ibadahnya mulai redup, pertanda dosis imannya mengalami penurunan.
Demikian pula dalam realitas pelaksanaan sholat tarawih yang terjadi di masyarakat. Pekan pertama sampai pertengahan Ramadan mungkin volume jamaah masih ramai karena pada saat awal puasa pastinya antusiasme menyambut Ramadan masih sangat besar, akan tapi begitu memasuki separuh bulan terakhir apalagi mendekati Hari Raya Idul Fitri, jumlah jamaah perlahan melandai. Yang tadinya harus dipasang alas terpal di depan mushola untuk menampung jamaah yang membludak, kini bagian dalam mushola saja kadang tidak penuh.
Alasannya pun beragam, mulai dari kesibukan pribadi sampai tradisi yang biasa dilakukan seperti mempersiapkan kedatangan Hari Raya Idul Fitri dengan membuat aneka macam kue lebaran, menghias rumah, dan macam ragam lainnya.
Padahal apabila kita memahami betul tentang betapa besar pahala yang diperoleh umat Muslim dalam menjaga konsistensi sholat tarawih entah itu dikerjakan di masjid secara berjamaah maupun sendiri, tentu seharusnya semakin mendekati lebaran, semakin semangat pula tarawihnya, dan juga ibadah-ibadah lainnya.
Dalam salah satu potongan hadisnya, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya seorang laki-laki yang melaksanakan sholat bersama Imam (berjamaah) sampai selesai, maka baginya dihitung pahala beribadah satu malam penuh.” (HR. Abu Dawud)
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang melaksanakan sholat berjamaah dan tidak bubar sampai imam selesai (ikut membaca dzikir dan berdoa), maka ia akan memperoleh pahala senilai beribadah selama satu malam penuh, terhitung ibadah wajib dan sunnah. Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya mendata hadis di atas dalam bab keutamaan melaksanakan sholat pada bulan Ramadhan. (Abu Thayyib Abadi, ‘Aunul Ma’bûd, 2017; juz 2, h. 168)
Artinya, jika konteks hadis ini diberlakukan dalam sholat tarawih, maka barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih sampai selesai berikut witir beserta dzikir dan doa bersama imam, ia akan memperoleh pahala setara menghidupkan satu malam penuh dengan ibadah. Belum lagi malam Ramadan, pasti pahalanya lebih besar lagi dibanding malam-malam lainnya.
Kesempatan Meraih Malam Lailatul Qadar
Lebih jauh tentang tarawih ini, para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan malam-malam paling potensial datangnya Lailatul Qadar, momen yang paling diimpikan oleh umat Nabi Muhammad SAW.
Artinya, jika kita konsisten menjaga sholat tarawih sampai satu bulan penuh selama Ramadhan, akan banyak sekali pahala yang diperoleh termasuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini.
Pertama, diampuni dosa-dosanya sebagaimana disinggung dalam hadis di atas. Kedua, mendapat pahala senilai menghidupkan satu malam penuh dengan beribadah selama satu bulan Ramadhan. Ketiga, berkesempatan meraih malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir.
Semoga Ramadhan tahun ini kita selalu diberi kekuatan iman dan imun untuk menjalankan puasa satu bulan penuh dan segala amalan-amalan sunnah di dalamnya termasuk sholat tarawih. Sholat tarawih memang sunnah, tapi ia hanya ada satu bulan dalam kurun waktu satu tahun. Wallahu a’lam bishshawab.