Sebagai Ulama Besar, Semewah Apa Rumah Gus Baha? Yuk Intip

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan sederhana kerap menjadi cerminan dari jiwa besar seseorang. Hal ini pula yang tampak jelas dalam keseharian seorang ulama ternama, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Meski dikenal luas sebagai sosok berilmu tinggi dan berpengaruh, keseharian Gus Baha tetap bersahaja.

Gus Baha merupakan salah satu ulama Indonesia yang dikagumi berbagai kalangan, dari santri hingga generasi milenial. Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, pada 29 September 1970 ini adalah murid kesayangan dari almarhum KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), ulama besar yang juga berasal dari Rembang.

Kiprah Gus Baha dalam dunia keilmuan, khususnya dalam bidang tafsir Al-Qur'an, membuat namanya harum hingga ke berbagai penjuru Nusantara. Namun, di balik ketokohannya, gaya hidup Gus Baha tetap jauh dari kemewahan yang sering melekat pada tokoh-tokoh publik lainnya.

Sebagian besar orang mungkin penasaran seperti apa wujud rumah Gus Baha. Menjawab rasa ingin tahu tersebut, kanal YouTube @vlogfayd membagikan potret rumah keseharian Gus Baha dalam salah satu tayangannya. Dari tayangan tersebut, tampak jelas bahwa kesederhanaan menjadi ciri khas utama kediaman ulama ini.

Berlokasi di daerah Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, rumah Gus Baha terlihat sangat sederhana. Tidak ada pagar tinggi, gerbang megah, ataupun desain arsitektur modern yang mencolok. Rumah ini benar-benar mencerminkan karakter pemiliknya yang rendah hati.

Simak Video Pilihan Ini:

Pesawat TNI AU Jatuh di Blora

Desain Rumah Gus Baha

Fasad rumah Gus Baha mengusung kombinasi warna putih dengan sentuhan aquamarine, yaitu campuran biru muda dan hijau muda. Warna-warna ini memberikan kesan sejuk dan damai, selaras dengan suasana khas pedesaan di wilayah tersebut.

Lingkungan di sekitar rumah Gus Baha pun cukup asri. Banyak pepohonan rindang yang mengelilingi kediaman, menghadirkan kesejukan alami yang jarang ditemukan di kawasan perkotaan. Jarak antar rumah penduduk pun tidak terlalu rapat, memberikan kesan tenang dan lapang.

Teras rumah Gus Baha menjadi salah satu spot favorit untuk menerima tamu. Teras ini dirancang secara lesehan, tanpa kursi mewah atau dekorasi berlebihan. Justru kesederhanaan inilah yang membuat suasana terasa lebih akrab dan hangat bagi siapa saja yang datang.

Bukan hanya sekadar tampilan luar, bagian dalam rumah Gus Baha juga mempertahankan konsep kesederhanaan. Tidak ada furnitur mewah, lampu gantung besar, atau ornamen mahal yang menghiasi ruangannya. Segala sesuatu diatur untuk fungsionalitas dan kenyamanan.

Dalam berbagai kesempatan, Gus Baha kerap menerima tamu sambil duduk bersila di lantai, mengenakan sarung hijau, kemeja putih, serta peci hitam yang menjadi ciri khasnya. Sikap ini menegaskan bahwa keramahan lebih utama daripada kemegahan.

Salah satu keunikan rumah Gus Baha adalah kedekatannya dengan Pondok Pesantren LP3IA (Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Alquran). Pesantren ini merupakan lembaga pendidikan Alquran yang diasuh langsung oleh Gus Baha dan keluarganya.

LP3IA menjadi tempat belajar bagi santri dari berbagai penjuru Indonesia. Letak pesantren yang hanya selemparan batu dari rumah Gus Baha membuat interaksi antara kiai dan santri menjadi lebih intens dan akrab.

Pelajaran Penting dari Gus Baha

Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa rumah Gus Baha tidak hanya menjadi tempat tinggal pribadi, melainkan bagian dari pusat dakwah dan pendidikan agama yang terus aktif berkembang. Keberadaan santri di sekitar kediaman memperkuat nuansa religius di lingkungan tersebut.

Tidak sedikit santri dan tamu dari luar daerah yang menginap di sekitar rumah Gus Baha, sekadar untuk bisa belajar langsung atau sekadar mencicipi kesejukan suasana pondok. Kesederhanaan yang ditampilkan Gus Baha justru menjadi daya tarik utama bagi banyak orang.

Bagi sebagian kalangan, mungkin keberhasilan seseorang diukur dari seberapa mewah rumah yang dimiliki. Namun Gus Baha mengajarkan bahwa nilai sejati seseorang terletak pada ilmu, akhlak, dan manfaatnya bagi umat, bukan pada kemewahan fisik.

Potret keseharian Gus Baha ini menjadi bukti nyata bahwa kemuliaan sejati tidak harus diiringi oleh kemegahan materi. Kesederhanaan justru menjadi cermin ketulusan seorang ulama besar.

Dalam suasana rumah yang sederhana itu pula, Gus Baha menulis, membaca, mengkaji kitab-kitab klasik, serta berbagi ilmu dengan para tamu dan santrinya. Ruang-ruang kecil di rumahnya menjadi saksi perjalanan intelektual yang luar biasa.

Banyak orang yang datang ke rumah Gus Baha merasa betah berlama-lama. Suasana yang teduh, keramahan tuan rumah, serta atmosfer keilmuan yang kuat, membuat rumah sederhana itu terasa seperti oase di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.

Pada akhirnya, rumah Gus Baha mengajarkan kita satu nilai penting: bahwa dalam kesederhanaanlah sering kali tersimpan kemuliaan. Sebuah pelajaran hidup yang pantas untuk kita renungkan di tengah zaman yang kerap mengagungkan gemerlap dunia.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |