Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam disunnahkan melaksanakan puasa Dzulhijjah 2025. Kesunnahan ini berdasarkan hadis nabi tentang keistimewaan melaksanakan ibadah pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Artinya, “Tidak ada hari di mana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.”
Puasa Dzulhijjah yang dianjurkan dilaksanakan ialah tanggal 1 hingga 9. Puasa 1-7 Dzulhijjah boleh dilakukan bagi umat Islam yang melaksanakan ibadah haji maupun tidak. Akan tetapi, khusus puasa Tarwiyah dan Arafah (8-9 Dzulhijjah) dilakukan bagi muslim yang tidak berangkat haji.
Tanggal 3 Dzulhijah 1446 H bertepatan dengan Jumat, 30 Mei 2025. Pertanyaannya, bolehkah puasa Dzulhijjah hanya dilakukan pada hari Jumat?
Simak penjelasan dua pendakwah kondang, yakni Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ustadz Adi Hidayat (UAH) di bawah ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Banjir dan Longsor Terjang Cilacap, 1 Orang Tewas Belasan Rumah Rusak
Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Boleh atau tidaknya puasa Dzulhijjah hanya hari Jumat berpedoman pada hukum mengerjakan puasa sunnah pada umumnya di hari Jumat. UAS menegaskan puasa hanya Jumat tidak boleh, harus disertai dengan hari lainnya.
“Tidak boleh berpuasa Jumat tunggal sendirian. Maka, kalau berpuasa di hari Jumat dahului hari Kamis. Kamis-Jumat. Atau didahulukan hari Jumat, besok ditambah dengan hari Sabtu. Jumat-Sabtu. Kamis-Jumat boleh, Jumat-Sabtu boleh,” jelas UAS dikutip dari YouTube Ummum Haniya, Jumat (30/5/2025).
Beda halnya dengan puasa Dawud. Jika Jumat jadwalnya puasa Dawud, maka boleh puasa di hari tersebut meski tidak didahului atau ditambah satu hari setelahnya.
“Kalau bertepatan dengan puasa Dawud, maka boleh puasa sendirian. Begitu juga dengan puasa qadha. Mepet sudah dekat Ramadhan, maka dia ganti (pada hari Jumat), boleh,” kata UAS.
UAS mengungkapkan alasan tidak boleh berpuasa hanya di hari Jumat. Sebab, Jumat adalah hari raya umat Islam, sama halnya seperti Idulfitri dan Iduladha yang diharamkan berpuasa.
“Mengkhususkan Jumat satu hari takzimat karena mengagungkan hari Jumat dengan puasa, maka dilarang Nabi Muhammad SAW,” tutur UAS.
Penjelasan Ustadz Adi Hidayat
Penjelasan UAS senada dengan Ustadz Adi Hidayat. UAH mengatakan bahwa puasa di hari Jumat boleh dilakukan jika ada sebab tertentu. Misalnya, sebab yang mewajibkan harus berpuasa, baik karena puasa Ramadhan, puasa nazar, atau puasa Dawud.
“Tapi kalau menyengaja puasa di hari Jumat tanpa ada alasan, itu tidak dibenarkan. Gak boleh hukumnya karena Jumat itu hari raya untuk umat Islam yang khusus datang setiap pekan. Maka, tidak boleh menyengaja puasa di hari itu tanpa ada keterkaitan dengan puasa-puasa yang lainnya,” jelas UAH dikutip dari YouTube Ummum Haniya.
Dengan demikian, muslim tidak boleh puasa Rajab hanya di hari Jumat saja tanpa didahului sehari sebelumnya atau ditambah dengan hari berikutnya. Jika Kamis kemarin tidak berpuasa, maka Sabtu harus berpuasa.
Wallahu a’lam.