Keutamaan Istighfar di Bulan Rajab bagi Kehidupan Muslim, Lengkap Bacaannya

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Keutamaan istighfar di bulan Rajab bagi kehidupan muslim sangat besar mengingat kedudukan bulan ini yang termasuk Asyhurul Hurum (bulan yang dimuliakan). Pada bulan yang dimuliakan, setiap amal dan ibadah dilipatgandakan pahalanya.

Istighfar merupakan perintah Allah SWT yang diamalkan di waktu kapanpun. Salah satunya termaktub dalam Surah Al-Imran ayat 133, yang artinya: Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Sementara itu, Rajab adalah bulan yang dimuliakan. Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma’arif mengutip pernyataan Imam Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi bahwa Rajab adalah bulan untuk menanam benih (syahrul zar'i), Sya'ban bulan untuk menyiram atau mrawat tanaman (syahrus saqyi) dan Ramadhan untuk memanen hasil (syahrul hashadi).

Istighfar adalah proses membersihkan diri lahir dan batin. Dilihat dari momentum, istighfar di bulan Rajab berfungsi mempersiapkan diri menjelang datangnya Ramadhan.

Jurnal Amalan-Amalan di Bulan Rajab, Sunnah dan Bid'ah, oleh Muhammad Tohir Ritonga dan Optimalisasi Istighfar Dalam Meraih Keberkahan Bulan Rajab, oleh Dr. H. Sugeng Wanto, S.Ag., M.Ag, berikut ini adalah rangkuman keutamaan istighfar di bulan Rajab:

1. Sebagai Instrumen "Pembersih Hati" (Tazkiyatun Nafs)

Bulan Rajab diibaratkan sebagai bulan untuk menanam benih. Istighfar di bulan ini berfungsi sebagai pembersih "lahan" batin dari semak belukar dosa. Dengan hati yang bersih melalui istighfar, seorang Muslim akan lebih siap dan ringan dalam menjalankan ibadah di bulan Sya'ban dan menuai hasilnya di bulan Ramadhan.

2. Pembuka Pintu Rezeki dan Keberkahan Hidup

Merujuk pada QS. Nuh ayat 10-12, istighfar yang dilakukan secara konsisten, termasuk di bulan mulia seperti Rajab, memiliki keutamaan material dan spiritual. Allah menjanjikan kelimpahan harta, keturunan, serta keberkahan hidup berupa jalan keluar dari setiap kesempitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

3. Penghapus Dosa di Bulan Haram

Rajab adalah salah satu Asyhurul Hurum (bulan haram) di mana Allah melarang manusia menzalimi diri sendiri. Memperbanyak istighfar di bulan ini menjadi sangat utama sebagai bentuk taubat nasuha untuk menghapus dosa-dosa masa lalu dan meminimalisir kegelisahan hati, sehingga mendatangkan ketenangan batin.

4. Pengabulan Doa dan Kedamaian

Jiwa Istighfar dipercayai dapat menghilangkan penghalang antara hamba dan Tuhannya. Dengan bertaubat di bulan Rajab, doa-doa seorang mukmin lebih mudah diijabah. Selain itu, istighfar membantu menjaga kestabilan emosi dan kesehatan mental dengan cara melepaskan beban rasa bersalah akibat khilaf dan dosa.

5. Bentuk Pengamalan Sunnah Mutlak

Walaupun sebagian ulama mendiskusikan keshahihan hadis spesifik tentang lafal istighfar tertentu di bulan Rajab, namun beristighfar secara umum di bulan ini merupakan pengamalan Sunnah Mutlak yang sangat dianjurkan. Istighfar merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah untuk "bersegera memohon ampunan" (QS. Ali-Imran: 133).

6. Keutamaan Istighfar Multidimensi

Merujuk pada tadabbur Surat Ali-Imran (133-134) dan Surat Nuh (10-12), istighfar bukan sekadar aktivitas lisan, melainkan memiliki dampak multidimensi:

  • Problem Solving: Sesuai hadis Nabi SAW, istighfar adalah kunci bagi setiap kesempitan. Bagi Muslim yang menghadapi himpitan ekonomi atau keruwetan pikiran, istighfar di bulan Rajab dijanjikan sebagai jalan keluar yang tidak disangka-sangka.
  • Rezeki dan Keberkahan: Allah menjanjikan "hujan yang lebat" (simbol kemakmuran) dan kelimpahan harta serta keturunan bagi mereka yang mendawamkan istighfar.
  • Kesehatan Mental dan Ketenangan Hati: Dosa seringkali menjadi akar kegelisahan. Dengan beristighfar, beban spiritual terangkat, digantikan dengan rasa damai yang memperkuat daya tahan mental dalam menghadapi ujian hidup.

Perintah Istighfar dan Tips Pengamalannya

Perintah untuk beristighfar dan bertaubat bersifat mutlak (umum) dan sangat dianjurkan di bulan-bulan haram.

Meskipun ada hadis-hadis spesifik tentang fadhilah Rajab yang dinilai lemah (dhaif) oleh sebagian ulama, secara prinsip fadhailul a’mal (keutamaan amal), memperbanyak istighfar tetap memiliki legitimasi syar'i yang kuat.

Praktik terbaik menurut jumhur ulama adalah mengamalkan Sayyidul Istighfar setiap pagi dan petang, yang menjamin kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Apabila tidak memungkinkan (karena kemampuan hafalan dan pemahaman), maka istighfar umum yang relatif singkat juga bisa diamalkan.

Namun begitu, istighfar yang efektif harus memenuhi kriteria tertentu agar memberikan dampak nyata pada kehidupan. Di antaranya adalah kesesuaian lisan dan hati: Menghindari menjadi "pendusta" (beristighfar lisan tapi tetap bermaksiat).

Orang yang benar-benar beristighfar akan memiliki sifat pemaaf (Al-Afwu dan Al-Shafhu). Keutamaan Rajab tidak akan sempurna jika seseorang memohon ampun kepada Allah namun tetap menyimpan dendam kepada sesama.

Ragam Bacaan Istighfar

Istighfar Umum

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ

Latin: Astaghfirullahal 'adzim.

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."

Seseorang juga bisa menggunakan lafal yang lebih lengkap sebagaimana disebutkan dalam hadis:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

Latin: Astaghfirullahal ladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih.

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi Terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya."

Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar)

Sayyidul Istighfar ditekankan sebagai bacaan yang paling utama. Rasulullah SAW menyebutnya sebagai tingkatan tertinggi dalam memohon ampunan karena mengandung pengakuan tauhid, pengakuan atas nikmat Allah, dan pengakuan atas dosa diri sendiri.

Bacaan Sayyidul Istighfar:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِقْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana 'abduka wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika masta-tha'tu. A'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya wa abuu-u bidzanbii faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta.

Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu dan aku terikat dengan janji-Mu sekadar kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau."

Opsi: Bacaan Istighfar Rajab

Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab Kanzun Najah was Surur fil Ad’iyah al-Lati Tasyrohus Shudur mencatat istighfar bulan Rajab yang disusun oleh Sayyid Hasan bin Sayyid Abdullah Ba Alawi al-Haddad.

Berikut adalah bacaan istighfar Rajab yang disusun Sayyid Hasan bin Sayyid Abdullah Ba Alawi al-Haddad.

اَسْتَغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْمَ ،اَلَّذِيْ لآاِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ اْلمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ، وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَاكَرِهَ اللهُ قَوْلاً وَفِعْلاً وَسَمْعًا وَبَصَرًا وَّحَاصِرًا، اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَااَخَرْتُ وَمَااَسْرَفْتُ وَمَااَسْرَرْتُ وَمَااَعْلَنْتُ وَمَااَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مَنِّيْ اَنْتَ اْلمُقَدِّمُ وَاَنْتَ اْلمُؤَخِّرُ وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ اِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ، اَسْتَغْفِرُكَ بِمَااَرَدْتُ بِه وَجْهَكَ اْلكَرِيْمَ فَخَالَطْتُهُ بِمَالَيْسَ لَكَ بِه رِضًىوَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَا وَعَدْتُكَ بِه نَفْسِيْ ثُمَّ اَخْلَفْتُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَادَعَالِيْ اِلَيْهِ اْلهَوَى مِنْ قَبْلِ اْلرُّخَصِ مِمَّااشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهَوَعِنْدَكَ مَحْظُوْرٌ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ اَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيَّ فَصَرَفْتُهَا وَتَقَوَّيْتُ بِهَاعَلَى اْلمَعَاصِيْ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لاَيَغْفِرُهَا غَيْرُكَ وَلاَيَطَّلِعُ عَلَيْهَااَحَدٌ سِوَاكَ وَلاَيَسَعُهَا اِلاَّ رَحْمَتُكَ وَحِلْمُكَ وَلاَيُنْجِيْ مِنْهَااِلاَّ عَفْوُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنِ حَلَفْتُ بِهَا فَحَنَثْتُ فِيْهَا وَاَنَاعِنْدَكَ مَأْخُوْذٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَوَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ عَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مِنْ كُلِّ شَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا فِى بَيَاضِ النَّهَارِوَسَوَادِ الَّيْلِ فِى اْلمَلاَءٍ وَّخَلاَءٍ وَسِرٍّ وَعَلاَنِيَةٍ اِلَيَّ وَاظِرٌ اِذَاارْتَكَبْتُهَا تَرَى مَآاَتَيْتُه مِنَ اْلعِصْيَانِ بِهِ عَمَدًا اَوْ خَطَأً اَوْنِسِيَانًا يَاحَلِيْمُ يَاكَرِيْمُ، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَوَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِى آنَآءِ اللَّيْلِ وَاَطْرَافِ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا عَمَدًا اَوْ خَطَأً اَوْنِسِيَانًا اَوْ تَهَاوُنًا وَاَنَا مَسْئُوْلٌ بِهَا وَمِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِنْ سُنَنِ سَيَّدِاْلمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيَّيْنَ مُحَمَّدٍ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً اَوْسَهْوًا اَوْ جَهْلاً اَوْ تَهَاوُنًا قَلَّتْ اَوْكَثُرَتْ وَاَنَا عَائِدٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ سُبْحَانَكَ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ لَكَ اْلمُلْكُ وَلَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ وَاَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ اْلمَوْلى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ، وَلاَحَوْلَ وَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

Latin: Astaghfirullāhal ‘azhīm, alladzī lā ilāha illā huwal hayyul qayyūmu wa atūbu ilaihi min jamī‘il ma‘āshī wadz-dzunūb. Wa atūbu ilaihi min jamī‘i mā karihallāhu qaulan wa fi‘lan wa sam‘an wa basharan wa hāshiran.

Allāhumma innī astaghfiruka limā qaddamtu wa mā akhkhartu wa mā asraftu wa mā asrartu wa mā a‘lantu wa mā anta a‘lamu bihi minnī, antal muqaddimu wa antal mu-akhkhiru wa anta ‘alā kulli syai-in qadīr.

Allāhumma innī astaghfiruka min kulli dzanbin tubtu ilaika minhu tsumma ‘udtu fīh. Wa astaghfiruka bimā aradtu bihi wajhakal karīma fakhālath-tuhu bimā laisa laka bihi ridhan. Wa astaghfiruka bimā wa‘adtuka bihi nafsī tsumma akhlaftuka.

Wa astaghfiruka bimā da‘ā lī ilaihil hawā min qablir-rukhashi mimmā-sy-tabaha ‘alayya wa huwa ‘indaka mahzhūr. Wa astaghfiruka minan-ni‘amillatī an‘amta bihā ‘alayya fasharaftuhā wa taqawwaitu bihā ‘alal ma‘āshī.

Wa astaghfiruka minadz-dzunūbillatī lā yaghfiruhā ghairuka walā yath-thali‘u ‘alaihā ahadun siwāka walā yasa‘uhā illā rahmatuka wa hilmuka walā yunjī minhā illā ‘afwuka.

Wa astaghfiruka min kulli yamīnin halaftu bihā fahanatstu fīhā wa ana ‘indaka ma’khūdzun bihā. Wa astaghfiruka yā lā ilāha illā anta subhānaka innī kuntu minazh-zhālimīn.

Wa astaghfiruka yā lā ilāha illā anta ‘ālimul ghaibi wasy-syahādati min kulli sayyi-atin ‘amiltuhā fī bayādhin-nahāri wa sawādil-laili fil mala-in wa khalā-in wa sirrin wa ‘alāniyatin ilayya nāzhirun idzartakabtuhā tarā mā ataituhu minal ‘ishyāni bihi ‘amdan au khatha-an au nisyānan, yā halīmu yā karīm. Wa astaghfiruka yā lā ilāha illā anta subhānaka innī kuntu minazh-zhālimīn. Rabbighfir lī warhamnī watub ‘alayya wa anta khairur-rāhimīn.

Wa astaghfiruka min kulli farīdhatin wajabat ‘alayya fī ā-nā-il-laili wa athrāfin-nahāri fataraktuhā ‘amdan au khatha-an au nisyānan au tahāunan wa ana mas-ūlun bihā. Wa min kulli sunnatin min sunani sayyidil mursalīna wa khātamin-nabiyyīna muhammadin shallallāhu ‘alaihi wa sallama fataraktuhā ghaflatan au sahwan au jahlan au tahāunan qallat au katsurat wa ana ‘ā-idun bihā.

Wa astaghfiruka yā lā ilāha illā anta wahdaka lā syarīka laka subhānaka rabbal ‘ālamīn. Lakal mulku wa lakal hamdu wa lakasy-syukru wa anta hasbunā wa ni‘mal wakīl, ni‘mal maulā wa ni‘man-nashīr. Walā haula walā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīm. Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallama taslīman katsīrā. Walhamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn.

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertaubat kepada-Nya dari segala sesuatu yang dibenci Allah, baik berupa ucapan, perbuatan, pendengaran, penglihatan, maupun lintasan hati.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa yang telah lalu maupun yang akan datang, dosa yang aku lakukan berlebihan, dosa yang aku sembunyikan maupun yang aku nampakkan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkaulah yang Maha Mendahulukan dan Engkaulah yang Maha Mengakhirkan, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dari setiap dosa yang aku telah bertaubat kepada-Mu darinya namun kemudian aku mengulanginya kembali. Aku memohon ampun kepada-Mu atas amal yang semula aku niatkan untuk mencari keridaan-Mu yang mulia, namun kemudian tercampur dengan sesuatu yang tidak Engkau ridai. Aku memohon ampun kepada-Mu atas janji yang telah aku ucapkan kepada-Mu, namun kemudian aku menyalahinya.

Aku memohon ampun kepada-Mu atas dorongan hawa nafsu yang mengajakku mengambil keringanan (rukhsah) pada hal-hal yang syubhat (samar), padahal hal itu terlarang di sisi-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku, namun aku justru menggunakannya untuk kemaksiatan dan menguatkan diriku untuk berbuat dosa.

Aku memohon ampun kepada-Mu dari dosa-dosa yang tidak ada yang dapat mengampuninya kecuali Engkau, tidak ada yang melihatnya kecuali Engkau, tidak ada yang sanggup menampungnya kecuali rahmat dan kesantunan-Mu, dan tidak ada yang bisa menyelamatkan darinya kecuali maaf-Mu.

Aku memohon ampun kepada-Mu dari setiap sumpah yang aku ucapkan lalu aku melanggarnya, padahal aku akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu, wahai Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.

Aku memohon ampun kepada-Mu, wahai Tiada Tuhan selain Engkau, Yang Mengetahui hal gaib dan yang nyata, dari setiap keburukan yang aku lakukan di siang yang terang maupun di malam yang gelap, di tengah keramaian maupun saat sendirian, secara rahasia maupun terang-terangan, sedangkan Engkau selalu melihatku saat aku melakukannya. Engkau melihat kemaksiatan yang aku lakukan, baik secara sengaja, keliru, maupun lupa, wahai Yang Maha Santun lagi Maha Mulia. Aku memohon ampun kepada-Mu, wahai Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Wahai Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.

Aku memohon ampun kepada-Mu dari setiap kewajiban yang diwajibkan atasku di waktu malam maupun siang, namun aku meninggalkannya baik sengaja, keliru, lupa, maupun meremehkannya, padahal aku akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Dan (aku mohon ampun) dari setiap sunnah dari sunnah-sunnah pemimpin para Rasul dan penutup para Nabi, Muhammad SAW, yang aku tinggalkan karena lalai, lupa, tidak tahu, atau meremehkannya, baik sedikit maupun banyak, dan aku akan kembali mengerjakannya.

Aku memohon ampun kepada-Mu, wahai Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu, Maha Suci Engkau Tuhan semesta alam. Milik-Mu segala kerajaan, bagi-Mu segala puji, dan bagi-Mu segala syukur. Engkaulah pencukup kami dan sebaik-baik pelindung, sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik penolong. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya, dengan keselamatan yang berlimpah. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

People also Ask:

Apa keutamaan istighfar Rajab?

Rajab dikenal sebagai bulan pengampunan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan, dan memulai lembaran baru dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Kapan sebaiknya membaca istighfar Rajab?

Dzikir tersebut dibaca pada pagi dan sore sebanyak 70 kali. Selama bulan Rajab, umat muslim dianjurkan membaca istigfar. Dengan beristighfar Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Kehadiran Isra Miraj adalah salah satu keistimewaan dari bulan Rajab.

Apa arti istighfar Rajab?

Istilah “Rajab bulan istighfar” adalah ungkapan yang sering digunakan oleh sebagian orang Muslim untuk merujuk pada bulan Rajab sebagai waktu yang baik untuk meningkatkan aktivitas istighfar, yaitu memohon ampun kepada Allah.

Apa saja keajaiban istighfar?

Keajaiban istighfar adalah janji Allah SWT akan limpahan rahmat dan kemudahan bagi hamba-Nya yang memperbanyak memohon ampun, seperti datangnya rezeki tak terduga, jalan keluar dari kesulitan, ketenangan hati, penghapusan dosa, serta perlindungan dari musibah dan azab, menjadikannya amalan dahsyat untuk mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki kualitas hidup dunia-akhirat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |