Liputan6.com, Jakarta - Guru menempati posisi terhormat dalam khazanah Islam. Guru dianggap sebagai pewaris para nabi, yang membawa misi profetik, kebaikan untuk manusia.
Kisah teladan guru dalam sejarah Islam tak sekadar sebagai pendidik dalam perspektif kognisi, sebagaimana kini banyak jadi ukuran. Guru adalah pembimbing spiritual, intelektual, dan moral bagi umat.
Mereka bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menanamkan akhlak, mempraktikkan nilai-nilai yang diajarkan, serta membimbing manusia menuju kedalaman iman dan kematangan berpikir.
Sosok seperti Nabi Muhammad SAW menjadi teladan puncak seorang pendidik: lembut dalam bimbingan, sabar dalam mendidik, dan penuh kasih dalam menyampaikan wahyu. Keteladanan beliau dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in, ulama, hingga para guru ngaji di kampung-kampung yang mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan umat tanpa pamrih.
Mereka mewariskan tradisi keilmuan yang kuat sekaligus membangun peradaban berbasis ilmu dan akhlak.
Dalam perjalanan sejarah Islam, figur-figur guru teladan seperti Mus‘ab bin ‘Umair, Imam Syafi’i, hingga KH As’ad Humam menjadi bukti betapa peran guru bukan sekadar pemberi instruksi, tetapi pembentuk karakter dan penuntun kehidupan.
Inilah kisah 4 guru teladan dalam sejarah Islam.
1. Nabi Muhammad SAW: Guru Terbaik Sepanjang Sejarah
Guru pertama dan yang menjadi teladan sempurna adalah Nabi Muhammad SAW, nabi akhiruzzaman.
Nabi Muhammad bin Abdullah lahir pada ± 570 M di Makkah, Jazirah Arab dan Wafat pada 632 M di Madinah. Muhammad SAW adalah nabi, rasul, pemimpin umat Islam, dan pendidik utama dalam Islam.
Nabi Muhammad SAW adalah figur sentral dalam Islam, yang tidak hanya diutus sebagai penyampai wahyu, tetapi juga sebagai guru teladan bagi umat manusia. Menurut catatan sejarah pendidikan Islam.
Pada usia sekitar 40 tahun beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira, saat malaikat Jibril mewahyukan ayat-ayat awal al-Qur’an yang menekankan kewajiban membaca dan mengajarkan ilmu, yakni Surah Al-'Alaq ayat 1-5.
Perjalanan Nabi sebagai pendidik tidak terbatas pada menyampaikan wahyu. Selama masa dakwah di Makkah, beliau mengajar secara sembunyi-sembunyi di rumah Al-Arqam, mendidik sahabat-sahabat terdekat dalam aspek keimanan, akhlak, dan ibadah.
Setelah hijrah ke Madinah, beliau mendirikan masjid yang menjadi pusat pendidikan dan komunitas: masjid itu dipakai tidak hanya untuk salat tetapi juga sebagai tempat belajar dan musyawarah. (detikcom)
Sebagai guru, Nabi Muhammad menunjukkan kelembutan dan kesabaran tinggi. Dalam sebuah hadits beliau menyatakan bahwa ia diutus bukan untuk menyulitkan, melainkan sebagai pendidik yang memudahkan.
Sahabat Mu’awiyah bin al-Hakam pun pernah menyampaikan bahwa dia tidak pernah dicaci, dipukul, atau dihardik oleh Nabi ketika belajar, menunjukkan gaya mengajarnya yang lembut dan penuh kasih sayang.
Nabi juga mendidik umatnya melalui teladan hidupny; dalam cara berbicara, berinteraksi, menghadapi tantangan, hingga dalam ibadah . Nabi Muhammad SAW membentuk generasi sahabat yang bukan hanya paham agama secara intelektual, tetapi juga menginternalisasi ajaran Islam dalam perilaku sehari-hari.
Perannya sebagai pendidik selama 23 tahun (13 tahun di Makkah, 10 tahun di Madinah) menunjukkan betapa pendidikan dan pengajaran merupakan bagian integral dari misi kenabiannya.
Nilai Teladan:
- Kepemimpinan melalui keteladanan: ilmu disampaikan lewat ucapan sekaligus praktik.
- Pendidikan dengan kasih sayang, kesabaran, dan kemudahan.
- Memberi kepercayaan kepada muridnya: para sahabat yang sudah menguasai ilmu dipercaya untuk mengajar.
- Mengajarkan pentingnya ilmu sebagai fondasi pembangunan masyarakat.
2. Musʿab bin Umair: Duta dan Dai Islam Pertama
Musʿab bin Umair (sejarah tidak mencatat tahun kelahirannya secara pasti) adalah sosok sahabat Nabi SAW yang cerdas. Muda, pemberani dan penuh strategi,
Mus'ab tercatat sejarah sebagai sahabat Nabi SAW, duta Islam pertama ke Madinah, pembawa bendera, pengajar al-Qur’an.
Kisah Musʿab bin Umair dikenal dalam literatur Islam sebagai sosok yang penuh kontras: dulu ia hidup dalam kemewahan Makkah, kemudian menjadi simbol pengorbanan dan kebijaksanaan dalam dakwah.
Sebelum memeluk Islam, Musʿab adalah pemuda paling tampan dan kaya di Makkah, dikenal karena gaya hidup glamor, pakaian sutra, wewangian, dan kemewahan lainnya.
Ketika dakwah Islam mulai merambah, hatinya tersentuh, dan Musʿab dengan diam-diam menerima Islam. Tantangan datang ketika ibunya mengetahui keislamanny. Meski demikian, dia tidak mundur.
Dia a memilih meninggalkan gaya hidup mewahnya dan bahkan hijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama kaum Muslim lainnya.
Salah satu peran paling penting Musʿab adalah ketika Nabi Muhammad SAW menunjuknya sebagai duta pertama Islam, sekaligus berdakwah ke Madinah (Yatsrib).
Mus'ab dikenal karena kecerdasan, ketenangan, dan kapasitas intelektualnya. Ini terlihat ketika Rasulullah SAW memilihnya untuk sebuah tugas yang sangat berat dan penting: menjadi duta pertama dalam Islam untuk penduduk Yatsrib (Madinah).
Tugas Mus'ab begitu berat, yakni mengajarkan Al-Qur'an dan Islam kepada kaum Anshar yang telah berbaiat. Memimpin mereka dalam shalat. Mempersiapkan tanah dan masyarakat untuk menyambut Hijrah Nabi.
Mus'ab, dengan akhlak dan diplomasinya yang luar biasa, berhasil mengislamkan tokoh-tokoh kunci Madinah seperti Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin Hudhair. Keberhasilannya ini adalah fondasi dari Piagam Madinah.
Keberhasilan dakwah Islam di Madinah tidak lepas dari peran besar Mus'ab bin Umair. Ia adalah "arsitek" masyarakat muslim pertama di luar Mekah.
Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Raḫîqul Makhtûm menggambarkan diplomasi Mus'ab bin Umair dengan sebutan 'diplomatis dan cantik', menggambarkan kesantunan dan ketenangannya saat berhadapan dengan para penguasa Yatsrib yang masih musyrik. Berkat caranya inilah sejumlah penduduk Yatsrib menjadi muallaf.
Wafatnya
Pada Perang Uhud, Musʿab mengambil tanggung jawab besar sebagai pembawa bendera pasukan Muslim. Saat medan pertempuran semakin genting dan musuh menyerang, dia tetap berdiri memegang bendera, bahkan setelah kedua lengannya dipotong, dia tetap menggenggam bendera dengan penuh keberanian sebelum syahid.
Setelah kematiannya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa hormat yang mendalam: beliau berdiri di depan jasad Musʿab dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, menandai betapa tinggi posisi Musʿab di mata Nabi.
Keteladan:
- Keberanian meninggalkan kenyamanan dunia demi keyakinan
- Diplomasi dakwah: mengajak dengan hikmah, bukan paksaan.
- Komitmen dan pengorbanan dalam menyebarkan Islam — bahkan sampai titik darah penghabisan.
- Tanggung jawab tinggi: seorang guru-dai juga harus siap menghadapi risiko besar demi umat.
3. Imam Syafi’i: Ulama Ilmuwan dan Faqih
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’i al-Muththalibi al-Qurashi. Beliau lahir lahir pada 150 H / 767 M (Gaza / Palestina) dan wafat: 204 H / 820 M (Kairo, Mesir).
Imam Syafii adalah sosok di balik Mazhab Syafi’i yang menjadi panduan ratusan jutaan muslim seluruh dunia. Dia juga dikenal sebagai mufti, ulama besar dalam fiqh dan ushul fiqh.
Imam al-Syafi’i lahir dalam garis keturunan Quraisy Bani Muththalib dan memiliki nasab yang bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil, ia telah menunjukkan kecerdasan luar biasa dan semangat ilmu yang tinggi.
Ibunya membawanya ke Makkah setelah ayahnya wafat, dan di sanalah ia mulai menuntut ilmu secara intens, menghafal Al-Qur’an dan mempelajari sastra Arab.
Di usia remaja, al-Syafi’i merantau ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik, salah satu ulama fiqh terkemuka. Hubungan ilmiah ini sangat menentukan pemikiran dan metodologinya. Kemudian, ia juga mengembara ke Irak, berguru kepada para ahli fiqh di Kufah, dan menyerap berbagai tradisi keilmuan.
Salah satu kontribusi terbesar Imam Syafi’i adalah dalam pengembangan metodologi hukum Islam (ushul fiqh), terutama melalui karya-karyanya seperti Al-Risalah. Ia menekankan pentingnya Al-Qur’an, Sunnah, ijma’ (konsensus), dan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum.
Cukup banyak karya-karyanya yang lantas dikaji oleh para murid dan ulama kontemporer. Namun, paling fenomenal adalah Al-Umm, yang secara garis besar menjadi panduan fiqih madzhab Syafi'i.
Kepribadian Syafi’i tak hanya dikenal karena kecerdasannya, tetapi juga kerendahan hati dan akhlak yang mulia. Meskipun berasal dari garis bangsawan, hidupnya sederhana dan ia sangat menghargai nilai keilmuan serta etika dalam berdiskusi dan mengajar.
Warisan pemikirannya sangat besar, yakni Mazhab Syafi’i menjadi salah satu mazhab yang paling berpengaruh hingga saat ini, terutama di dunia Muslim Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Keteladanan:
- Pentingnya menuntut ilmu dari banyak sumber dan melalui perjalanan panjang.
- Ilmu syariah harus didasarkan pada fondasi kuat (Qur’an dan Sunnah) dan metodologi dalam menyimpulkan hukum.
- Seorang ulama sejati menyeimbangkan kepandaian intelektual dengan etika dan moral.
- Pendidikan bukan semata untuk diri sendiri, tetapi untuk diwariskan kepada generasi berikutnya di masyarakat.
4. KH As’ad Humam: Pionir Metode Iqro'
Nama lengkap KH As’ad Humam, lahir pada 1933, Yogyakarta, Indonesia dan wafat Februari 1996. Beliau dikenal sebagai praktisi guru ngaji, inovator pendidikan Al-Qur’an dan pencipta Metode Iqro.
KH As’ad Humam lahir di Yogyakarta dan tumbuh dalam keluarga Muhammadiyah. Meskipun menghadapi tantangan fisik yang besa, mengalami kecelakaan di usia muda yang menyebabkan gangguan mobilitas seumur hidup, semangatnya untuk mengajar dan mendidik tidak pernah padam.
Kecintaannya pada pendidikan Al-Qur’an mendorongnya untuk berpikir kreatif. Saat melihat metode mengajarkan huruf hijaiyah yang konvensional terasa lambat dan kurang efektif untuk anak-anak, As’ad Humam menciptakan Metode Iqro’, sebuah inovasi revolusioner.
Metode ini memperkenalkan huruf dan tanda baca Arab melalui kata-kata sederhana (seperti “ba-ta”) agar murid bisa langsung membangun bacaan, tanpa harus mengeja huruf satu per satu.
Inspirasi Metode Iqro’ ini konon lahir dari renungan di bawah pohon jambu di sekitar tempat tinggalnya selama dua tahun. Pproses ini adalah wujud dedikasi tinggi As’ad Humam dalam menciptakan cara terbaik agar anak-anak dapat belajar Al-Qur’an dengan cepat dan mudah.
Metode tersebut akhirnya dikemas dalam buku Iqro’ berwarna (6 jilid), yang diterima secara luas di Indonesia. Buku dan metode ini digunakan oleh banyak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan lembaga pendidikan Islam, bahkan menyebar ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Salah satu aspek paling mulia dari karya As’ad Humam adalah niat sosialnya. Dia tidak mengambil keuntungan besar dari penjualan buku Iqro’. Bahkan, kekinian, buku Iqra' banyak dicetak dan diperjual belikan tanpa legalitas yang jelas.
Sebagian besar pendapatan digunakan untuk pengembangan pusat pengajian dan kemaslahatan umat. Warisan pengajarannya, metode, dan semangatnya tetap hidup meskipun beliau wafat pada tahun 1996.
Keteladanan:
- Keterbatasan fisik tidak menghalangi kontribusi besar; bahkan bisa menjadi pemicu kreativitas.
- Inovasi dalam pendidikan sangat penting agar proses belajar menjadi lebih cepat, menarik, dan efektif.
- Dedikasi pengajar sejati meliputi semangat sosial: hasil usaha pendidikan digunakan untuk kebaikan bersama.
- Warisan pendidikan (seperti metode iqro’) adalah salah satu cara terbaik untuk menyebarkan ilmu dan memperkuat baca Al-Qur’an dalam masyarakat.
Hikmah Kisah Guru Teladan dalam Islam
1. Ilmu Harus Dibagikan dengan Ketulusan
Para guru teladan mengajarkan bahwa ilmu tidak boleh disampaikan untuk mencari pujian atau kedudukan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa ilmu adalah amanah, sedangkan Mus‘ab bin ‘Umair meninggalkan kemewahan demi menyebarkan risalah. Ketulusan inilah yang membuat pengajaran mereka mengubah hati manusia.
2. Pendidikan Dimulai dari Keteladanan Akhlak
Sebelum mengajar dengan lisan, para guru teladan mengajar dengan tindakan. Rasulullah SAW dikenal sebagai uswah hasanah, teladan dalam tutur kata, kesabaran, dan kejujuran. Imam Syafi‘i menunjukkan bahwa kedalaman ilmu harus disertai kerendahan hati, sehingga murid menghormati sebelum mereka memahami.
3. Kesabaran Adalah Kunci Keberhasilan Pendidikan
Proses mendidik membutuhkan kesabaran menghadapi karakter murid yang berbeda-beda. Para ulama besar tidak pernah tergesa-gesa dalam menyampaikan ilmu, dan para pendidik modern seperti KH As'ad Humam menunjukkan kesabaran bertahun-tahun untuk membangun metode belajar Al-Qur’an hingga diterima secara luas.
4. Pengorbanan Melahirkan Kebaikan yang Luas
Mus‘ab bin ‘Umair meninggalkan kenyamanan hidup demi menjadi guru pertama di Madinah. Imam Syafi‘i mengembara dari satu kota ke kota lain demi mencari hadis dan ilmu fikih. KH As’ad Humam mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan umat melalui metode Iqra’. Pengorbanan mereka membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan pengabdian.
5. Guru Adalah Pembentuk Peradaban
Sejarah Islam menunjukkan bahwa kemajuan umat sangat bergantung pada kualitas pendidiknya. Para sahabat yang dibimbing Rasulullah membangun masyarakat Madinah. Imam Syafi‘i membentuk tradisi hukum Islam yang bertahan lebih dari seribu tahun. Guru-guru masa kini membentuk karakter generasi Qur’ani. Setiap guru berkontribusi membangun peradaban.
6. Ilmu Mengangkat Derajat Manusia
Kisah para guru teladan menunjukkan bahwa Allah mengangkat derajat orang berilmu. Mereka dikenang bukan karena pangkat, tetapi karena manfaat ilmunya. Pengajaran yang baik menjadikan guru tetap hidup dalam hati umat, meski mereka telah tiada.
7. Dakwah dan Pendidikan Harus Disampaikan dengan Hikmah
Para guru teladan tidak hanya menyampaikan ilmu secara kognitif, tetapi memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan psikologis muridnya. Mus‘ab bin ‘Umair berdakwah dengan kelembutan kepada penduduk Madinah, sementara Imam Syafi‘i menyesuaikan fatwa sesuai konteks masyarakat Irak dan Mesir. Ini menunjukkan bahwa pendidikan harus fleksibel dan penuh hikmah.
Pertanyaan Seputar Topik
1. Siapa guru Islam terbaik?
Umat Islam meyakini beliau sebagai penutup para nabi, dan bersama Al-Qur'an, ajaran dan teladan normatifnya membentuk dasar keyakinan agama Islam. Menurut riwayat tradisional, Muhammad lahir di Mekah dari keluarga bangsawan Bani Hasyim dari suku Quraisy.
2. Bagaimana Imam Syafi'i berbakti kepada gurunya?
Imam Syafi'i berbakti kepada gurunya dengan menunjukkan penghormatan yang mendalam, seperti menjaga agar tidak mengganggu mereka dengan suara halus, mencium tangan gurunya sebagai bentuk adab, dan memuliakan gurunya meskipun ilmu yang diberikan dianggap remeh. Ia juga menunjukkan kesungguhan dan ketawadhuan dalam belajar, termasuk dengan mencatat semua yang dipelajari dan rela menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan ilmu.
3. Apa kutipan guru terbaik dalam Islam?
Hal ini jelas terlihat dari sabda Hazrat Ali (semoga Allah memberkahinya): “Barangsiapa mengajariku satu kalimat saja, maka ia telah menjadikanku hambanya seumur hidup.” Lebih lanjut, Nabi Muhammad (saw) memiliki sebuah hadis yang terkenal tentang belajar dan mengajarkan Al-Quran.
4. Keistimewaan guru dalam Islam?
Guru memiliki keutamaan yang sangat tinggi dalam Islam karena dianggap sebagai pewaris para nabi yang membawa cahaya ilmu untuk membentuk generasi penerus dan menjadi bapak rohani. Keutamaan ini tercermin dari kedudukan tinggi di sisi Allah, pahala yang terus mengalir bahkan setelah meninggal dunia, serta kemuliaan untuk dihormati melebihi banyak hal lain.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5451303/original/043791400_1766271284-ini-penjelasan-ilmiah-mukjizat-tongkat-nabi-musa-membelah-laut-merah-lzj.webp)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3381448/original/032968300_1613719892-wooden-spoon-fork-as-clock-hands-white-plate_49149-1007.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4573773/original/021416200_1694591354-20230913111830__fpdl.in__quran-being-held-hands-close-up_23-2148444089_normal.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5417338/original/087225200_1763529762-Buka_Puasa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3190057/original/069392400_1595662626-muslim-woman-praying_23-2147794180.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450229/original/030945800_1766134797-unnamed__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285555/original/006582100_1752712046-IMG-20250709-WA0026.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3141976/original/029125200_1591094091-ramadan-3384043_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365523/original/042845000_1759199598-Dua_wanita_muslimah_membaca_buku.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4270292/original/089440700_1671764205-masjid-pogung-dalangan-DdMZbKFFbaU-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450038/original/011940800_1766126206-Gemini_Generated_Image_n0zy6on0zy6on0zy.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4273163/original/088837000_1672056349-teenage-girl-with-praying-sunny-nature_1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4213817/original/036215300_1667476717-bacaan-sholat-dari-awal-sampai-akhir-lengkap-dengan-niatnya.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4174191/original/099991100_1664358430-bacaan-doa-setelah-adzan-beserta-arti-dan-keutamaannya.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3097912/original/049390200_1586407817-photo-of-a-person-kneeling-in-front-of-book-2608353.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4243646/original/000555100_1669712732-029349200_1648524463-masjid-maba-QhzQfD0ihnI-unsplash_1___1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4403644/original/020818300_1682064463-Bacaan_istighfar_beserta_terjemahan_dan_artinya.jpg)





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316291/original/015050100_1755231247-5.jpg)







