Liputan6.com, Jakarta - Ibadah haji sering disebut sebagai puncak perjalanan spiritual seorang Muslim. Di antara istilah yang sering terdengar adalah "Haji Mabrur" yang menjadi dambaan setiap jamaah, termasuk pada musim haji 2025.
Secara umum, Haji Mabrur sering dipahami sebagai bentuk haji yang diterima oleh Allah, namun tidak semua orang memahami makna mendalam dari istilah tersebut.
Dai muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan bahwa Haji Mabrur adalah bentuk perubahan diri setelah menunaikan rukun dan kewajiban haji. Ia bukan sekadar sah secara syariat, tapi juga membawa transformasi pribadi.
Definisi resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa Haji Mabrur adalah ibadah haji yang sah dan sempurna, dengan semua rukun serta syarat yang terpenuhi dengan baik.
Dikutip Jumat (26/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @nafassubuhtv, Ustadz Adi Hidayat memperdalam makna Haji Mabrur dengan membahas hubungan antara ritual haji dan perubahan akhlak.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, haji disebut mabrur karena saat berada di Arafah, seorang jamaah beristighfar, mengenali keburukan dirinya, lalu bertekad meninggalkannya. Ini menjadi titik awal perubahan yang sangat penting.
Simak Video Pilihan Ini:
Ribuan Penganut Kejawen Ikuti Tradisi Punggahan Jelang Ramadhan di Banyumas
Membuang Sifat Hewani
Di Muzdalifah, jamaah mengambil batu sebagai simbol persiapan untuk melontar jumrah. Sebelum berangkat haji, dianjurkan untuk mencatat dan mengenali sifat buruk diri sendiri.
Jamaah tidak perlu bertanya pada orang lain tentang kekurangannya. Cukup melakukan introspeksi dan mengenali sendiri apa saja yang harus diperbaiki.
Saat melontar jumrah, sebenarnya yang dilempar adalah simbolisasi dari sifat-sifat buruk dalam diri. Setiap lemparan menjadi bentuk perlawanan terhadap nafsu yang menghambat kebaikan.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa di saat yang sama, di tempat lain, orang-orang juga melakukan penyembelihan hewan kurban. Kalimat yang diucapkan saat melontar dan menyembelih pun sama, yaitu "Bismillah Allahu Akbar."
Apa yang dilontar dalam ritual jumrah adalah representasi sifat hewani dalam diri manusia. Sedangkan hewan yang disembelih melambangkan penundukan nafsu.
Sifat hewani yang disebut berasal dari kata "basyar" ini adalah dorongan hawa nafsu yang harus dikendalikan oleh setiap manusia.
Inilah yang Disebut Haji Mabrur
Ketika seseorang berhasil melontar semua sifat buruknya, maka ia pulang dari haji dalam keadaan bersih, membawa hanya kebaikan.
Inilah yang disebut Haji Mabrur, yaitu haji yang membuat seseorang mampu menepikan sifat buruk dan memunculkan karakter baik yang berkelanjutan.
Nabi Muhammad juga mengingatkan bahwa setelah berhaji, seorang Muslim tidak boleh lagi menukar semua jerih payah fisik, harta, tenaga, dan waktu yang telah dikorbankan dengan perilaku maksiat.
Allah telah memberikan ganjaran surga kepada orang yang hajinya mabrur, sehingga penting menjaga hasil tersebut dengan terus berbuat kebaikan.
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa perubahan itu harus nyata dalam kehidupan sehari-hari setelah pulang dari tanah suci.
Bukan hanya sekadar status sosial atau kebanggaan, haji harus tercermin dalam sikap, tutur kata, serta amal perbuatan.
Dengan demikian, Haji Mabrur bukan hanya tentang ritual yang sah, tapi lebih kepada kesungguhan memperbaiki diri dan menjaga komitmen kepada Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul