Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan tentang busana Muslimah kerap menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Banyak yang mempertanyakan apakah model pakaian harus selalu berbentuk gamis tanpa potongan.
Berbagai pandangan berkembang, termasuk di kalangan para ulama yang berupaya memberikan penjelasan berdasarkan tuntunan agama. Salah satunya disampaikan oleh KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya.
Buya Yahya menegaskan bahwa pada dasarnya, busana seorang Muslimah tidak harus selalu berbentuk gamis terusan tanpa potongan. Yang terpenting adalah memenuhi dua syarat utama dalam menutup aurat.
Menurut Buya Yahya, syarat pertama adalah pakaian harus menutup seluruh aurat yang diharamkan untuk dilihat. Syarat kedua, pakaian tidak boleh menampakkan lekuk tubuh.
Dikutip Minggu (27/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan bahwa model baju, apakah dipotong atau tidak, bukanlah inti dari ketentuan berpakaian dalam Islam.
Buya Yahya melanjutkan, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pakaian tersebut tidak memperlihatkan bentuk tubuh. Bahkan, pakaian model potongan pun diperbolehkan asalkan tetap memenuhi dua syarat utama tersebut.
Simak Video Pilihan Ini:
Lakalantas: Pajero Seruduk Truk Box di Banyumas
Prinsipnya Seperti Ini
Dalam penjelasannya, Buya Yahya menambahkan bahwa anjuran tambahan adalah memilih pakaian yang lebih aman dari kemungkinan tersingkap, namun ini bukan keharusan mutlak.
Jika pakaian gamis atau terusan ternyata ketat dan memperlihatkan lekuk tubuh, maka pakaian tersebut tetap tidak memenuhi syarat meski tanpa potongan. Sebaliknya, pakaian potongan yang longgar dan menutupi lekuk tubuh lebih sesuai.
Buya Yahya juga menyoroti adanya kebiasaan di beberapa sekolah yang mewajibkan pakaian gamis terusan. Menurutnya, kebijakan semacam itu sah saja, asalkan tetap memenuhi prinsip menutup aurat dan tidak menampakkan lekuk tubuh.
Dalam konteks sosial, Buya Yahya mengingatkan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan tergoda oleh bentuk tubuh perempuan, terutama jika pakaian yang dikenakan ketat.
"Karena itu, perempuan Muslimah diimbau untuk benar-benar memperhatikan kelonggaran pakaian, agar tidak menjadi sebab timbulnya syahwat bagi kaum pria." katanya.
Buya Yahya mengapresiasi perempuan-perempuan yang telah berhijrah dan mulai memakai pakaian yang menutup aurat. Namun, tetap diingatkan untuk memperbaiki kelonggaran pakaian agar lebih sempurna.
Pakaian yang longgar dan tidak membentuk tubuh akan menghindarkan perempuan dari fitnah serta menjaga kehormatan diri di hadapan Allah.
Jaga Konsistensi Bagi yang Sudah Menutup Aurat
Lebih jauh, Buya Yahya menjelaskan bahwa kewajiban menutup aurat bukan sekadar budaya atau kebiasaan, melainkan bentuk ketaatan yang bernilai pahala setiap detiknya.
Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya menanggung dosa bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga atas pandangan-pandangan yang melihatnya.
Buya Yahya mengajak seluruh umat Islam untuk mendoakan saudari-saudari yang belum sempurna dalam menutup aurat, agar Allah memberikan ampunan dan hidayah kepada mereka.
Ia juga mengingatkan agar tidak merendahkan perempuan yang belum bisa menutup aurat secara sempurna, karena bisa jadi ada banyak halangan yang dihadapinya.
Kepada perempuan yang sudah dimudahkan untuk menutup aurat, Buya Yahya berpesan untuk menjaga konsistensi, bahkan di rumah, ketika hanya bersama keluarga atau pekerja laki-laki.
Setiap detik perempuan menjaga auratnya, lanjut Buya Yahya, akan menjadi tabungan pahala yang terus mengalir, menjadi bukti kecintaan kepada Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul