Liputan6.com, Jakarta - Kisah keteladanan ulama besar selalu menjadi inspirasi bagi banyak orang. Salah satu sosok yang meninggalkan jejak mendalam dalam dunia Islam adalah KH Maimoen Zubair atau yang akrab disebut Mbah Moen.
Keulamaan dan kezuhudan Mbah Moen membuat banyak tokoh kagum, termasuk Ustadz Adi Hidayat (UAH).
Dalam berbagai kesempatan, UAH kerap mengisahkan keteladanan Mbah Moen yang sepanjang hidupnya istiqamah dalam beribadah dan berdakwah. Sosok yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah ini dikenal sebagai ulama yang memiliki keluasan ilmu, ketajaman spiritual, serta kelembutan dalam berdakwah.
Salah satu hal yang membuat UAH kagum adalah keteladanan Mbah Moen dalam mengamalkan dzikir yang dilakukan oleh Sayyidah Khadijah, istri Rasulullah SAW. Dzikir ini bukan sekadar bacaan biasa, melainkan doa yang dipanjatkan dengan penuh penghayatan serta harapan kepada Allah.
"Ibu tahu Mbah Maimun? KH Maimoen Zubair yang dari Rembang itu selama hidupnya meneladani dzikirnya Sayyidah Khadijah," ujar UAH dalam salah satu ceramahnya.
Dalam tayangan video di kanal YouTube @laizu_cerc77, UAH menjelaskan bahwa Sayyidah Khadijah adalah salah satu sosok yang paling dikagumi oleh Mbah Moen. Ia bukan hanya mengagumi keutamaan Sayyidah Khadijah, tetapi juga berusaha meneladani akhlak dan amalan beliau.
Simak Video Pilihan Ini:
Kurangi Sampah Plastik, Gerakan Pasti Gandeng APPSI Gelar Program Hijaukan Pasar Kita
Begini Bukti yang Diungkap UAH
Hal ini terbukti dari cara hidup Mbah Moen yang penuh dengan ketakwaan dan kesederhanaan. Bahkan, ada satu doa yang selalu dipanjatkannya, yaitu ingin wafat di Makkah, tempat Sayyidah Khadijah dimakamkan.
Permohonan ini bukan sekadar harapan biasa. Makkah, sebagai kota suci umat Islam, memiliki keterbatasan dalam hal pemakaman. Lokasi pemakaman Ma'la, tempat makam Sayyidah Khadijah berada, sudah penuh dan hampir tidak mungkin mendapatkan tempat baru.
Namun, atas izin Allah, harapan Mbah Moen dikabulkan. Ia wafat saat berada di Makkah dan mendapatkan tempat pemakaman yang tidak jauh dari makam Sayyidah Khadijah. Kejadian ini menjadi salah satu bukti bagaimana ketulusan doa dapat dikabulkan dengan cara yang tidak terduga.
"Sudah ziarah ke sana? Sudah tahu ini Sayyidah Khadijah, ini Mbah Moen, ada Kiai Mukhlis Yahya, dan seterusnya. Orang luar biasa, termasuk Syekh Nawawi Al-Bantani ada di situ," ujar UAH dengan penuh kekaguman.
Kepergian Mbah Moen di tanah suci semakin memperkuat keyakinan umat Islam bahwa doa yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan akan dikabulkan pada waktu yang paling tepat.
Selain dikenal sebagai ulama yang alim, Mbah Moen juga memiliki keistiqamahan dalam mengajarkan nilai-nilai Islam yang penuh kelembutan. Dakwahnya selalu mengutamakan keteduhan dan kesejukan, sehingga diterima oleh berbagai kalangan.
Ketokohan Mbah Moen tidak hanya dihormati di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Banyak ulama internasional yang menaruh rasa hormat kepada sosoknya dan menjadikannya sebagai panutan.
Selama hidupnya, Mbah Moen selalu mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam beribadah. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mencontohkan bagaimana seorang muslim seharusnya menjalani hidupnya dengan penuh ketundukan kepada Allah.
Keteladanan Mbah Moen
Keteladanan Mbah Moen juga terlihat dalam kebiasaannya yang selalu memperbanyak doa untuk kebaikan umat. Ia tidak pernah berhenti mendoakan kesejahteraan dan keselamatan bagi masyarakat, terutama bangsa Indonesia.
Kesederhanaannya dalam berpenampilan dan gaya hidup juga menjadi bukti bahwa ia benar-benar mengamalkan nilai-nilai Islam secara nyata. Hidupnya jauh dari kemewahan, tetapi penuh dengan keberkahan.
UAH juga menekankan bahwa kisah Mbah Moen adalah pengingat bagi semua orang bahwa hidup ini sementara, dan yang terpenting adalah bagaimana seseorang meninggalkan jejak kebaikan sebelum kembali kepada Allah.
Kematian Mbah Moen di Makkah mengajarkan bahwa Allah akan memberikan tempat terbaik bagi hamba-hamba yang mencintai-Nya. Ini adalah salah satu bukti bahwa doa yang dipanjatkan dengan tulus akan menemukan jalannya.
Banyak orang yang menginginkan husnul khatimah, tetapi tidak semua mendapatkannya. Kisah Mbah Moen mengajarkan bahwa istiqamah dalam beribadah dan mencintai Allah adalah kunci agar mendapatkan akhir hidup yang baik.
UAH berharap agar umat Islam dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup Mbah Moen dan menjadikannya sebagai inspirasi dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Keteladanan ulama seperti Mbah Moen menjadi pengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Yang paling utama adalah bagaimana seseorang mengisi hidupnya dengan amal kebaikan dan ketakwaan kepada Allah.
Pada akhirnya, setiap muslim diharapkan dapat meneladani jejak para ulama dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ibadah, ilmu, dan pengabdian kepada Allah serta sesama manusia.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul