Liputan6.com, Jakarta - Dalam riwayat, ada tiga doa malaikat Jibril yang diaminkan Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan betapa Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW begitu memperhatikan hal tersebut.
Diketahui Malaikat Jibril adalah pemimpin para malaikat sekaligus penyampai wahyu. Sementara, Rasulullah SAW adalah sosok manusia terbaik dan nabi akhir zaman yang begitu menyayangi umatnya. Namun, dalam doa ini Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW memberikan peringatan keras kepada manusia.
Doa malaikat Jibril ini sangat populer dan banyak dikisahkan sebagai tarbiyah untuk generasi selanjutnya. Berikut ini adalah penjelasan 3 doa malaikat Jibril yang diaminkan Rasulullah SAW serta hikmah yang bisa diambil.
Doa Malaikat Jibril Sesuai Hadits
Diriwayatkan dalam Buku Al-Mu‘jam ash-Shaghir karya Imam al-Ṭabarānī, penerjemah Anshari Taslim, doa malaikat Jibril yang diaminkan Nabi Muhammad SAW ini diriwayatkan dalam hadis riwayat Jabir. Berikut ini bacaannya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ رَقِيَ الْمِنْبَرَ، فَلَمَّا رَقِيَ الدَّرَجَةَ الْأُولَى قَالَ: «آمِينَ». ثُمَّ رَقِيَ الثَّانِيَةَ فَقَالَ: «آمِينَ».
ثُمَّ رَقِيَ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: «آمِينَ».
فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَمِعْنَاكَ تَقُولُ آمِينَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ؟ قَالَ: «لَمَّا رَقِيتُ الدَّرَجَةَ الْأُولَى جَاءَنِي جِبْرِيلُ ﷺ فَقَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ
رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ». فَقُلْتُ: «آمِينَ».
ثُمَّ قَالَ: «شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاهُ الْجَنَّةَ». فَقُلْتُ: «آمِينَ».
ثُمَّ قَالَ: «شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ». فَقُلْتُ: «آمِينَ».
(أخرجه ابن خزيمة، وصححه الألباني في "صحيح الترمذي")
Latin: ‘An Jābir bin ‘Abdillāh raḍiyallāhu ‘anhumā, anna an-Nabiyya ﷺ raqiya al-minbara, falammā raqiya ad-darajata al-ūlā qāla: “Āmīn.” Thumma raqiya ats-tsāniyah faqāla: “Āmīn.” Thumma raqiya ats-tsālithah faqāla: “Āmīn.”
Faqālū: “Yā Rasūlallāh, sami‘ nāka taqūlu Āmīn thalātha marrāt?” Qāla: “Lammā raqītu ad-darajata al-ūlā jā’anī Jibrīlu ﷺ faqāla: shaqiya ‘abdun adraka Ramaḍāna fansalakha minhu wa lam yughfar lah.” Faqultu: “Āmīn.”
Thumma qāla: “Shaqiya ‘abdun adraka wālidayhi aw aḥadahumā fa lam yudkhilāhu al-jannah.” Faqultu: “Āmīn.”
Thumma qāla: “Shaqiya ‘abdun dhukirta ‘indahu wa lam yuṣalli ‘alaika.” Faqultu: “Āmīn.”
Artinya: Dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin.
Beliau menjawab, ”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin. (HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi).
Berikut ini penjelasan ketiga doa Malaikat Jibril yang diaminkan Rasulullah SAW tersebut.
1. Celaka Orang yang Jumpa Ramadhan tapi Dosanya Tidak Diampuni
Doa pertama malaikat Jibril yang diaminkan Nabi Muhammad SAw adalah bagi orang yang berjumpa dengan Ramadhan akan tetapi dosa-dosanya tidak diampuni.
Dinukil dari Naskah Khutbah berjudul Khutbah Jumat: Menapaki Keutamaan Ramadhan karya Moch. Adnan Al Ghafiqi, dikisahkan ketika Nabi menaiki mimbar, pada tangga pertama beliau berucap âmîn.
Pada tangga kedua dan ketiga beliau juga berucap âmîn.
Para sahabat akhirnya bertanya, “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan âmîn tiga kali.” Nabi menjelaskan, “Pada tangga pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan,
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
Artinya: “Celaka orang yang menjumpai Ramadhan dan melewatinya tapi dosa-dosanya tidak diampuni.” Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.
2. Celaka Bagi yang Tidak Berbakti kepada Orangtua
Sementara, doa kedua malaikat Jibril yang diamini Rasulullah SAW adalah orang yang masih memiliki kedua orangtua namun tidak berbakti. Dalam arti, mereka tidak bisa menjadikan keduanya sebagai wasilah masuk surg.
Pada tangga kedua Jibril berkata,
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
Artinya: “Celaka orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya tapi hal itu tidak bisa memasukkannya ke surga.” Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.
3. Celaka bagi Orang yang Tak Bersholawat
Doa ketiga malaikat Jibril yang diaminkan Nabi SAW adalah celaka bagi orang 'pelit dan sombong' yakni tidak bersholawat dan tidak menjawab sholawat ketika nama Nabi Muhammad SAW diucapkan.
Pada tangga ketiga Jibril berkata,
شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ
Artinya: “Celaka orang yang ketika namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak bershalawat padamu.” Maka aku mengucapkan ‘âmîn’. (Imam al-Bukhari, al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira ‘Indahu an-Nabiyyu Falam Yushalli ‘Alaihi).
Doa tersebut disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh manusia sekaligus makhluk terbaik. Maka sungguh rugi orang beriman yang dosanya tidak diampuni oleh Allah setelah berlalunya Ramadhan. Nau’udzubillahi min dzalik.
Hikmah Doa Malaikat Jibril yang Diaminkan Nabi Muhammad SAW
Berikut ini adalah pelajaran dan hikmah dari ketiga doa Malaikat Jibril yang diaminkan Malaikat Jibril tersebut.
1. Ramadhan
Soal Ramadhan, agar memperoleh keutamaan Ramadhan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:
- Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.
- Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain.
- Menjalani puasa Ramadhan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama.
Jika kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah
ﷺ, كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus" (Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam)
2. Berbakti kepada Orang Tua
Imam al-Nawawī dalam Riyāḍ al-Ṣāliḥīn (Bab Birr al-Wālidayn) menjelaskan, hadis ini sebagai peringatan keras bagi siapa yang tidak mampu masuk surga melalui bakti kepada orang tua padahal keduanya hidup, berarti ia telah menyia-nyiakan peluang terbesar.
Pelajaran & Hikmah:
1. Berbakti kepada orang tua adalah jalan utama menuju surga
2. Jika seseorang masih mendapati orang tuanya dalam keadaan hidup, maka itu kesempatan besar untuk berbakti. Ketaatan dan pelayanan kepada orang tua menjadi sebab diampuninya dosa-dosa dan diganjar surga. Tapi seringkali kesempatan emas itu sering disia-siakan
3. Orang yang masih punya orang tua, namun tidak berbakti, disebut oleh Nabi SAW sebagai orang celaka (shaqiya). Kata shaqiya dalam hadis berarti “orang yang merugi, jauh dari rahmat Allah. ”Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua"
Hadis lain menyebutkan: “Riḍā Allāh fī riḍā al-wālidayn, wa sakhaṭullāh fī sakhaṭihimā”. Artinya: “Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya.” (HR. al-Tirmiżī no. 1899).
4. Orang tua sebagai pintu surga
Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda: “Al-wālidu awsatu abwābi al-jannah, fa in shi’ta fa ḍayya‘ dzālika al-bāb aw iḥfaẓhu.” Artinya: “Ayah adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau, sia-siakanlah pintu itu; dan jika engkau mau, jagalah ia.” (HR. al-Tirmiżī, no. 1900).
3. Memuliakan Nabi SAW dengan Bersholawat
Imam al-Nawawī dalam al-Adzkār menjelaskan, bahwa ketika mendengar nama Nabi disebut, minimal sunnah muakkadah adalah mengucapkan ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam. Beliau juga menyebut sebagian fuqaha yang mewajibkan. Maka celaka bagi yang tidak mengamalkannya.
Pelajaran & Hikmah Wajibnya memuliakan Nabi SAW:
1. Ketika nama Nabi disebut, seorang muslim dianjurkan bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk bershalawat. Tidak melakukannya menunjukkan kelalaian hati dari menghormati Rasulullah SAW. Shalawat sebagai bentuk syukur dan cinta
2. Nabi SAW adalah sebab sampainya hidayah. Bershalawat berarti mengakui jasa beliau, sekaligus doa untuk beliau. Orang yang tidak bershalawat seolah menutup diri dari rasa syukur.
3. Kata شَقِيَ (celaka/merugi) dalam hadis menunjukkan betapa besar keutamaan shalawat, hingga meninggalkannya di saat nama Nabi SAW disebut digolongkan sebagai kerugian besar. Shalawat sebagai penghapus dosa dan jalan menuju rahmat Allah.
Nabi SAW bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408). Maka, meninggalkannya berarti kehilangan limpahan rahmat besar.
People also Ask:
1. Qs apa yang dibacakan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad?
Surat Al Alaq ayat 1 - 5 adalah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW atas perantara Malaikat Jibril. Surat Al Alaq ayat 1 - 5 turun di Gua Hira pada 17 Ramadan sekitar tahun 610 masehi atau 13 tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah.
2. Siapakah orang yang celaka yang didoakan Malaikat Jibril?
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga.
3. Bacaan apa yang digunakan Malaikat Jibril ketika meruqyah nabi?
Doa yang dibaca Malaikat Jibril saat meruqyah Nabi Muhammad SAW adalah doa memohon kesembuhan, yang juga sering diamalkan ketika seseorang sakit. Bunyinya adalah: "Bismillaahi arqiik, min kulli shay'in yu'dziik, wa min syarri kulli nafsin aw 'aynin hasid. Allahu yasyfiik, bismillaahi arqiik.".
4. Apa kata pertama yang diucapkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad?
Pada saat itu, Rasulullah sedang berada dalam meditasi dan merenung, ketika Malaikat Jibril mendatanginya dan mengucapkan kata pertama wahyu, yaitu "Iqra" (bacalah). Ini adalah awal dari misionaris Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dan Nabi terakhir dalam ajaran Islam.