Berbahagialah, Menurut Gus Baha Orang Miskin Lebih Mudah jadi Dermawan Dibanding yang Kaya, Kok Bisa?

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Pandangan unik KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha kerap menghadirkan cara berpikir segar bagi umat Islam. Salah satunya adalah tentang kemiskinan dan kedermawanan, di mana ia menyebut bahwa menjadi miskin justru membuka peluang lebih besar untuk menjadi dermawan.

Hal ini disampaikan Gus Baha dalam sebuah pengajian yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Pengaosangusbaha. Dengan gaya penyampaian yang santai, Gus Baha mengajak para pendengarnya untuk melihat sisi positif dari kondisi hidup yang sering dianggap sebagai kekurangan.

“Kalau kamu sekarang masih miskin, berbahagialah. Karena jadi dermawan itu lebih gampang saat miskin,” kata Gus Baha dengan senyuman khasnya.

Ia mencontohkan situasi yang sering terjadi di lingkungan pesantren.

Dalam ilustrasinya, Gus Baha menjelaskan bahwa seorang santri yang hanya memiliki dua ekor ayam akan dengan mudah memberikan salah satunya jika diminta oleh kiainya.

Hal yang sama juga berlaku jika santri itu memiliki uang Rp100.000 dan diminta Rp50.000, ia cenderung akan memberikan atau sedekah tanpa keberatan.

“Padahal, itu 50 persen dari hartanya,” ujar Gus Baha sambil tertawa. Ia kemudian membandingkannya dengan orang kaya.

Simak Video Pilihan Ini:

Toleransi Bergaung dari Prosesi Hamerti Kirti Pucung Pandak Wonosobo

Pesan Mendalam Gus Baha

“Kalau kamu punya uang Rp1 miliar, terus saya minta Rp500 juta, kira-kira mau nggak? Padahal itu juga 50 persen,” lanjutnya.

Gus Baha menekankan bahwa secara hitungan persentase, orang miskin sebenarnya lebih mudah berderma dibandingkan orang kaya. Hal ini karena orang miskin tidak terlalu terikat pada harta yang dimilikinya, sedangkan orang kaya sering kali merasa sulit melepas sebagian besar hartanya.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mencontohkan mahasiswa yang sering kali memiliki keterbatasan finansial.

“Mahasiswa yang cuma punya uang Rp100.000, kalau traktir temannya habis semua juga nggak masalah. Itu berarti 100 persen,” kata Gus Baha disambut tawa jamaah yang mendengarnya.

Pesan yang ingin disampaikan Gus Baha adalah bahwa ukuran kedermawanan tidak ditentukan oleh jumlah yang diberikan, tetapi oleh kerelaan hati untuk berbagi. Menjadi dermawan bukan soal kaya atau miskin, melainkan soal kemauan untuk memberi.

Menurut Gus Baha, kondisi miskin justru memberikan kesempatan besar untuk meraih pahala kedermawanan. “Kalau miskin itu gampang dermawan, kalau kaya, ribet. Jadi, kalau masih miskin, berbahagialah,” ungkapnya.

Berbuat Baik Jangan Tunggu Sempurna

Pandangan ini menggugah banyak orang untuk merenungkan kembali makna kedermawanan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali orang menunggu kaya untuk berbuat baik. Padahal, menurut Gus Baha, kesempatan itu bisa dilakukan kapan saja, bahkan dalam keadaan kekurangan sekalipun.

Ceramah Gus Baha tidak hanya menyentuh sisi teologis, tetapi juga membahas aspek psikologis dan sosial. Dengan contoh-contoh sederhana, ia ingin menanamkan pemahaman bahwa berbagi itu adalah kebahagiaan, bukan beban.

Gaya penyampaian Gus Baha yang santai namun penuh makna membuat setiap ceramahnya mudah dipahami oleh semua kalangan. Pesan ini juga menjadi pengingat bahwa kemiskinan bukanlah hal yang harus disesali, tetapi dapat menjadi peluang untuk berbuat kebaikan.

Pandangan Gus Baha ini sejalan dengan ajaran Islam yang menempatkan niat dan keikhlasan sebagai dasar dari setiap amal. Harta yang sedikit namun diberikan dengan tulus akan lebih bermakna dibandingkan harta melimpah yang disertai keberatan.

Gus Baha juga mengajak umat untuk tidak terlalu khawatir dengan kondisi finansial, karena rezeki adalah pemberian Allah yang telah diatur dengan adil. Tugas manusia adalah menjalani hidup dengan baik, termasuk berbagi dengan sesama.

Ceramah ini menjadi pengingat bahwa kebaikan tidak menunggu kondisi sempurna. Justru dalam keterbatasan, seseorang dapat menunjukkan ketulusan yang lebih murni. Gus Baha mengajak umat untuk menjalani hidup dengan penuh syukur, sekaligus membangun kebiasaan berbagi tanpa menunda.

Pandangan ini tidak hanya relevan untuk umat Islam, tetapi juga menjadi inspirasi universal tentang bagaimana melihat kondisi hidup dengan sudut pandang yang positif. Kedermawanan adalah cermin dari hati yang kaya, bukan dari dompet yang penuh.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |