Liputan6.com, Cilacap - Hafal Al-Qur’an, seluruhnya atau hafal sebagian dari Al-Qur’an merupakan kebanggan dan tentu saja mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
Tak hanya di dunia keutamaan yang diperoleh oleh para penghafal Al-Qur’an. Di hari kiamat, ia memperoleh keutamaan berupa Al-Qur’an tersebut akan menjadi penolong atau syafaat bagi dirinya
Namun perihal hafal Al-Qur’an, Ustadz Adi Hidayat (UAH) wanti-wanti kepada pelakunya perihal bahayanya jika tidak mengamalkan isinya.
Berkaitan dengan hal ini, UAH dalam sebuah kesempatan tausiyahnya mengingatkan hal penting ini kepada para penghafal Al-Qur’an agartidak terjerumus ke dalam jurang kehinaan.
Simak Video Pilihan Ini:
Krisis Identitas dan Maraknya Geng Motor di Kalangan Remaja, Salah Siapa?
Ini Bahayanya
UAH menyebutkan bahwa jikalau seseorang hafal Al-Qur’an termasuk hafal sebagian kecil surah-surah dalam Al-Qur’an, hendaknya juga berusaha mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab jika tidak atau dengan kata lain tindakannya bertolak belakang dengan sesuatu yang dihafalnya maka orang tersebut terkategori ke dalam orang yang zalim.
“Anda hafal Quran, hafal qulhuallahu ahad, hafal misalnya surah At-Takatsur, hafal Al-Qariah tapi tidak mengamalkan isinya,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @ummuhaniya dengan tajuk ‘Kezaliman yang Sering Terlupa’, Jumat (18/10/2024).
“Katanya qulhuallahu ahad, Anda hafal, Allah itu Esa, Tuhan satu-satunya tapi dalam perilaku sehari-hari Anda, bahkan mengatakan semua agama sama, menuju pada Tuhan yang sama, cuma caranya beda-beda, orang itu zalim,” tandasnya.
Kisah Penghafal Al-Quran
Merangkum Republika, dikisahkan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhillah Amal, bahwa ketika itu Abu Hurairah sedang dikelilingi banyak orang lalu di dekati oleh tabiin Syekh Syafi Rah.a dan berkata.
"Aku ingin mendengar darimu hadits yang engkau pahami benar dari Rasulullah SAW."
Abu Hurairah mengangguk tanda menerima permintaannya. "Baiklah, aku akan memperdengarkan kepadamu hadis yang aku pahami dari Rasulullah SAW dan aku mengetahuinya dengan pasti."
Namun, baru saja akan membacakan haditsnya, Abu Hurairah menjerit dan menangis sehingga ia hampir pingsan. Beberapa lama kemudian, setelah agar tenang, ia berkata:
"Aku akan memperdengarkan kepadamu hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepadaku di rumah ini. Pada waktu itu hanya ada Rasulullah SAW dan diriku, tidak ada orang ketiga." Setelah mengucapkan demikian ia kembali menjerit dan menangis sehingga hampir pingsan.
Kemudian setelah agak tenang, sambil mengusap mukanya, ia berkata. "Ya, aku memperdengarkan kepadamu hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepadaku di rumah ini dan waktu itu hanya ada Rasulullah SAW dan tidak ada orang ketiga."
Sampai di sini dia menjerit dan menangis lebih parah dari sebelumnya, sehingga ia jatuh tersungkur karena pingsan. Lama sekali aku (Syekh Syafi) memegangnya.
Setelah itu, ketika siuman, ia berkata "Rasulullah SAW bersabda, pada hari kiamat, ketika Allah SWT hendak menghisab hamba-hambanya dan setiap orang, karena ketakutan, mereka berdiri di atas lututnya. Maka pertama kali, tiga orang akan dipanggil.
Pertama adalah orang yang hafal Alquran akan ditanya. Aku telah memberimu apa yang telah aku turunkan ke atas Rasulullah SAW. Ia menjawab, "Benar Engkau telah memberikan itu kepada kami kemudian ia akan ditanya, apa yang kamu kerjakan dengan ilmu?" Ia akan menjawab. "Aku membacanya siang dan malam karena engkau."
Maka Allah SWT akan berfirman, "Kamu dusta." Dan semua malaikat pun serentak mengatakan itu dusta, itu dusta,". Kemudian Allah SWT akan berfirman. "Kamu membacanya supaya kamu disebut sebagai qori dan itu telah kamu dapatkan."
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul