Liputan6.com, Jakarta - Di tengah dinamika kehidupan yang semakin kompleks, banyak orang merasa terjebak dalam tindakan maksiat. Penyesalan sering kali datang setelah mereka melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, menimbulkan rasa sedih dan berat di hati.
Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya) memberikan pandangan mendalam mengenai makna penyesalan dan hubungannya dengan penghapus dosa.
Penyesalan adalah emosi yang sering kali dirasakan ketika seseorang menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Hal ini bisa berkaitan dengan kehilangan sesuatu yang berharga, seperti uang, yang membuat seseorang merasa menyesal dan bersedih.
Namun, penyesalan ini tidak hanya terbatas pada hal duniawi. Ketika seseorang melakukan maksiat, penyesalan tersebut bisa menjadi bentuk siksaan batin yang lebih mendalam.
KH Yahya Zainul Ma'arif, pengasuh Ponpes Al Bahjah Cirebon, menjelaskan bahwa penyesalan atas dosa yang telah dilakukan bisa menjadi penghapus dosa itu sendiri.
Dalam pandangannya, penyesalan yang dirasakan oleh seseorang akan menjadi sesuatu yang mengangkat derajatnya di hadapan Allah.
Simak Video Pilihan Ini:
Sekeluarga Tercebur di Sungai Brantas Megaluh Jombang, Orangtua Tewas Anak Selamat
Penyesalan Bisa Jadi Penghapus Dosa
Ia menekankan pentingnya memiliki harapan setelah penyesalan, agar bisa beranjak menuju perbaikan diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
“Menyesal itu adalah siksa, tetapi di dalamnya terdapat harapan,” ungkapnya.
Penyesalan yang dibarengi dengan harapan dapat mendorong seseorang untuk tidak hanya mengingat kesalahan yang telah dilakukan, tetapi juga untuk bangkit dan berusaha lebih baik di masa depan.
Ini adalah sikap yang terpuji dan menjadi langkah awal menuju jalan yang lebih baik.
Mereka yang menyadari kesalahan dan merasakannya dengan tulus akan mendapatkan anugerah dari Allah. Penyesalan ini bisa dianggap sebagai sinyal untuk kembali kepada jalan yang benar.
“Penyesalan yang Allah rasakan tanpa hukuman di dunia adalah penghapus dosa,” tambahnya. Dengan demikian, penyesalan menjadi instrumen penting dalam perjalanan spiritual seseorang.
Jangan Remehkan Penyesalan
Dalam Al-Qur'an, orang-orang yang mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri disebut sebagai orang-orang mulia.
Mereka ini adalah contoh bagi umat manusia untuk tidak hanya merasa sedih atas dosa, tetapi juga untuk mencari jalan kembali kepada Allah. Penyesalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi justru merupakan awal dari perjalanan menuju ketenangan dan kedamaian.
Masyarakat diingatkan untuk tidak meremehkan penyesalan. Hal ini karena penyesalan yang mendalam dan tulus bisa menjadi penghapus dosa, membuka pintu rahmat Allah.
Melalui penyesalan, seseorang bisa mendapatkan pengalaman berharga yang membentuk kepribadian dan meningkatkan kualitas diri.
Dalam menjalani hidup, setiap orang tentu pernah mengalami kesalahan. Penyesalan adalah bagian dari proses belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Buya Yahya, penyesalan adalah langkah menuju perbaikan. Dengan menyesal, seseorang bisa lebih berhati-hati dan introspektif di masa mendatang.
Bagi mereka yang merasa terpuruk akibat kesalahan, penting untuk tidak putus asa. Ada jalan untuk kembali, dan penyesalan bisa menjadi jembatan menuju pengampunan.
Dalam pandangannya, harapan akan masa depan yang lebih baik adalah hal yang harus terus dipupuk, meski dalam keadaan terburuk sekalipun.
Akhirnya, penting untuk mengingat bahwa penyesalan adalah bagian dari kehidupan. Dalam setiap penyesalan terdapat potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Harapan yang menyertai penyesalan itu adalah anugerah yang tak ternilai, mendorong kita untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan demikian, setiap individu diharapkan mampu mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah dibuat. Penyesalan yang disertai harapan adalah kekuatan yang dapat membawa kita menuju jalan yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul