Liputan6.com, Jakarta - Setiap insan pasti pernah memanjatkan doa, berharap agar permohonannya dikabulkan oleh Sang Pencipta. Pertanyaan tentang cara Allah mengabulkan doa seringkali muncul, terutama ketika harapan tak kunjung terwujud.
Dalam bukunya Segala Sesuatu Pasti Ada Waktunya: Seni Menikmati Hidup Dan Dan Berdamai Dengan Takdir, A.R. Shohibul Ulum menjelaskan bahwa Allah SWT mengabulkan doa dalam tiga bentuk utama: disegerakan di dunia, disimpan untuk akhirat, atau dijauhkan dari keburukan yang setara.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (3/10/2025).
Tiga Cara Utama Allah Mengabulkan Doa
Allah SWT, dengan segala kebijaksanaan dan kemurahan-Nya, memiliki berbagai cara Allah mengabulkan doa hamba-Nya. Tidak semua doa dikabulkan secara langsung sesuai dengan keinginan kita, namun setiap doa pasti mendapatkan respons dari-Nya.
Konsep ini dijelaskan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW, memberikan gambaran jelas tentang cara Allah mengabulkan doa.
- Disegerakan Pengabulannya di Dunia: Ini adalah bentuk pengabulan doa yang paling sering diharapkan, di mana permohonan langsung terwujud dalam kehidupan nyata. Contohnya, seseorang berdoa untuk kesembuhan penyakit, lalu ia sembuh, atau berdoa untuk kelancaran rezeki, lalu rezekinya dimudahkan.
- Disimpan sebagai Pahala di Akhirat: Terkadang, doa yang dipanjatkan tidak langsung dikabulkan di dunia, melainkan disimpan oleh Allah sebagai pahala atau ganjaran yang akan diberikan di akhirat kelak. Bentuk pengabulan ini seringkali lebih baik dan kekal dibandingkan dengan apa yang diminta di dunia.
- Dijauhkan dari Keburukan yang Setara: Allah SWT juga dapat mengabulkan doa dengan cara menjauhkan hamba-Nya dari musibah atau keburukan yang sebanding dengan apa yang ia doakan. Ini adalah bentuk perlindungan ilahi yang seringkali tidak disadari oleh manusia, misalnya, Allah menghindarkannya dari bahaya yang lebih besar.
Konsep tiga cara Allah mengabulkan doa ini diperkuat oleh hadis dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, yang diriwayatkan dalam Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi. Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap doa seorang muslim akan dikabulkan dalam salah satu dari tiga bentuk ini, selama doa tersebut tidak mengandung dosa atau memutuskan silaturahim.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id, dengan tambahan bahwa Allah juga dapat menyimpan pahala yang sebanding dengan doa tersebut untuk hamba-Nya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tidak ada doa yang sia-sia di sisi Allah SWT, dan setiap munajat memiliki nilai yang pasti.
Memahami Makna Doa dan Janji Allah
Doa merupakan inti ibadah dan bentuk pengakuan seorang hamba atas kelemahan serta ketergantungannya kepada Allah SWT. Melalui doa, manusia mengungkapkan segala harapan, kekhawatiran, dan kebutuhannya kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Allah SWT sendiri telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya, yang merupakan bagian penting dari pemahaman kita tentang cara Allah mengabulkan doa.
Ayat dari Surah Ghafir ayat 60, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu," menegaskan bahwa Allah akan memperkenankan permohonan hamba-Nya yang berdoa.
Janji ini adalah bentuk kasih sayang dan kemurahan Allah yang tak terbatas, seperti yang juga dikutip oleh Haerawati Idris dalam bukunya Seni Menjadi Mahasiswa Unggul sebagai pengingat akan janji Allah untuk mengabulkan doa-doa hamba-Nya.
Lebih lanjut, dalam Surah Al-Baqarah ayat 186, Allah SWT menyatakan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya dan kesediaan-Nya untuk mengabulkan doa. Ayat ini juga menyiratkan adanya syarat yang harus dipenuhi, yaitu memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya, agar mereka senantiasa berada dalam kebenaran dan doa mereka didengar. Ini juga bagian dari cara Allah mengabulkan doa yang bersyarat.
Menurut Tafsir Tahlili dari Kementerian Agama, ayat ini menekankan bahwa janji Allah untuk mengabulkan doa terkait erat dengan ketaatan dan keimanan hamba.
Muhammad Muhyidin dalam bukunya Hidup di Pusaran Al-Fatihah juga menggarisbawahi bahwa berdoa tidak cukup hanya dengan kesungguhan, tetapi juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar doa tersebut dapat diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Hikmah di Balik Penundaan dan Penggantian Doa
Seringkali, manusia merasa kecewa ketika doa-doanya belum juga terkabul sesuai dengan waktu dan keinginannya. Namun, di balik penundaan atau penggantian doa, terdapat hikmah dan kebijaksanaan Allah SWT yang menjelaskan cara Allah mengabulkan doa yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh akal manusia.
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan lebih dari apa yang hamba itu sendiri ketahui.
Penundaan pengabulan doa bisa jadi merupakan ujian kesabaran dan keimanan seorang hamba. Dengan menunda, Allah ingin melihat seberapa besar keteguhan hati dan keyakinan hamba-Nya dalam terus memohon. Proses menunggu ini juga dapat menjadi sarana bagi hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak ibadah, dan merenungkan kembali tujuan hidupnya.
Selain itu, Allah SWT mungkin mengganti doa dengan sesuatu yang lebih baik. Apa yang kita anggap baik belum tentu benar-benar baik di mata Allah, dan sebaliknya.
Sebagai contoh, seseorang mungkin berdoa untuk mendapatkan pekerjaan tertentu, namun Allah justru memberinya pekerjaan lain yang ternyata lebih sesuai dengan bakatnya, lebih berkah, atau membawanya pada kebaikan yang lebih besar di masa depan. Ini adalah salah satu cara Allah mengabulkan doa yang penuh kasih sayang.
Tafsir Tahlili pada Surah Al-Baqarah ayat 186 menjelaskan bahwa Allah tidak selalu memberikan persis seperti yang diminta, melainkan bisa menggantinya dengan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.
Syarat dan Adab Berdoa agar Dikabulkan
Agar doa lebih berpeluang untuk dikabulkan, ada beberapa syarat dan adab yang sebaiknya diperhatikan oleh seorang muslim. Memenuhi syarat-syarat ini menunjukkan kesungguhan dan penghormatan kita kepada Allah SWT dalam setiap cara Allah mengabulkan doa.
- Ikhlas Hanya kepada Allah: Doa harus dipanjatkan dengan niat tulus hanya kepada Allah, tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun.
- Yakin akan Dikabulkan: Berdoa dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Keraguan dapat mengurangi kekuatan doa.
- Tidak Tergesa-gesa: Bersabar dalam menunggu pengabulan doa dan tidak berputus asa jika belum terkabul. Rasulullah SAW melarang hamba-Nya tergesa-gesa dalam berdoa.
- Tidak Mendoakan Dosa atau Memutus Silaturahim: Doa yang mengandung unsur dosa atau bertujuan memutus tali silaturahim tidak akan dikabulkan.
- Makan dan Minum dari Rezeki Halal: Rezeki yang haram dapat menjadi penghalang terkabulnya doa, sehingga penting untuk memastikan kehalalannya.
- Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan: Meskipun tidak wajib, ini adalah adab yang dianjurkan untuk menunjukkan kerendahan hati dan kesungguhan dalam memohon.
- Memuji Allah dan Bersalawat kepada Nabi: Memulai doa dengan memuji Allah dan bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW dapat menjadi pembuka yang baik dan memperbesar peluang doa diterima.
- Mengakui Dosa dan Memohon Ampunan: Sebelum meminta, sebaiknya mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada Allah, sebagai bentuk kerendahan diri.
- Berdoa di Waktu Mustajab: Ada beberapa waktu yang diyakini lebih mustajab untuk berdoa, seperti sepertiga malam terakhir, antara azan dan ikamah, saat sujud, atau pada hari Jumat.
- Berdoa dengan Hati yang Hadir: Berdoa dengan fokus dan khusyuk, bukan sekadar lisan, agar koneksi spiritual lebih kuat.
Muhammad Muhyidin dalam bukunya Hidup di Pusaran Al-Fatihah menekankan bahwa doa yang baik tidak hanya memerlukan kesungguhan, tetapi juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar dapat diterima oleh Allah SWT. Ini adalah bagian integral dari pemahaman kita tentang cara Allah mengabulkan doa secara efektif.
Hal-Hal yang Dapat Menghalangi Terkabulnya Doa
Meskipun Allah SWT telah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penghalang terkabulnya doa. Memahami hal-hal ini penting agar kita dapat introspeksi dan memperbaiki diri dalam upaya memahami cara Allah mengabulkan doa.
- Mendoakan Dosa atau Memutus Silaturahim: Doa yang berisi permohonan untuk melakukan kejahatan atau merusak hubungan kekeluargaan tidak akan diterima oleh Allah SWT.
- Tergesa-gesa dan Berputus Asa: Seseorang yang berdoa lalu merasa doanya tidak dikabulkan dan akhirnya berhenti berdoa, termasuk dalam golongan yang tergesa-gesa. Sikap ini dapat menghalangi terkabulnya doa.
- Mengkonsumsi Rezeki Haram: Makanan, minuman, atau pakaian yang berasal dari sumber haram dapat menjadi penghalang besar antara hamba dan doanya, mengurangi keberkahan.
- Tidak Memenuhi Perintah Allah dan Tidak Beriman: Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 186, Allah mengaitkan pengabulan doa dengan ketaatan dan keimanan hamba-Nya.
- Hati yang Lalai dan Tidak Khusyuk: Doa yang dipanjatkan dengan hati yang tidak hadir, tidak fokus, dan penuh kelalaian cenderung sulit untuk dikabulkan karena kurangnya koneksi spiritual.
- Melakukan Kemaksiatan Secara Terus-menerus: Dosa-dosa yang terus-menerus dilakukan tanpa taubat dapat menjadi hijab antara hamba dan Tuhannya, sehingga doa sulit menembus.
- Tidak Beramar Ma'ruf Nahi Munkar: Meninggalkan kewajiban menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran juga dapat menjadi penghalang doa, karena ini adalah bagian dari tanggung jawab muslim.
Tafsir Tahlili pada Surah Al-Baqarah ayat 186 menjelaskan bahwa jika doa belum dikabulkan, ada dua kemungkinan penyebabnya:
- pertama, doa tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang semestinya;
- kedua, Allah memiliki cara lain untuk mengabulkan, yaitu dengan menggantinya dengan yang lebih baik.
Pentingnya Berprasangka Baik kepada Allah
Dalam setiap kondisi, baik saat doa dikabulkan secara langsung, ditunda, atau diganti, seorang muslim wajib untuk senantiasa berprasangka baik kepada Allah (husnuzan).
Keyakinan bahwa segala ketetapan Allah adalah yang terbaik merupakan pilar penting dalam keimanan, terutama saat memahami cara Allah mengabulkan doa.
Allah SWT adalah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan ketika hamba itu sendiri tidak menyadarinya. Apa yang terlihat buruk di mata manusia, bisa jadi mengandung kebaikan yang besar di masa depan, dan sebaliknya, karena pandangan Allah jauh melampaui pemahaman kita.
Berprasangka baik kepada Allah juga berarti menerima setiap takdir dengan lapang dada. Dalam buku Segala Sesuatu Pasti Ada Waktunya: Seni Menikmati Hidup Dan Dan Berdamai Dengan Takdir, A.R. Shohibul Ulum mengajak pembaca untuk belajar menerima takdir dan mensyukuri segala nikmat. Sikap ini membantu kita melihat hikmah di balik setiap kejadian dan memahami berbagai cara Allah mengabulkan doa.
Sikap husnuzan akan menumbuhkan ketenangan jiwa dan menjauhkan dari rasa putus asa. Ketika doa belum terkabul, seorang hamba yang berprasangka baik akan meyakini bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik atau menghindarkannya dari keburukan.
FAQ
- Apa saja cara Allah mengabulkan doa? Allah mengabulkan doa dalam tiga cara utama: disegerakan pengabulannya di dunia, disimpan sebagai pahala yang lebih baik di akhirat, atau dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan doa tersebut. Setiap doa pasti mendapatkan respons dari Allah SWT.
- Mengapa terkadang doa tidak langsung dikabulkan? Doa yang tidak langsung dikabulkan bisa jadi karena Allah menundanya untuk waktu yang lebih tepat, menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik, atau sebagai ujian kesabaran bagi hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.
- Apakah ada doa yang tidak akan dikabulkan? Ya, doa yang mengandung unsur dosa, bertujuan memutus silaturahim, atau dipanjatkan dengan hati yang lalai dan tidak yakin, cenderung tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT.
- Apa saja adab berdoa agar doa lebih mudah dikabulkan? Beberapa adab penting antara lain berdoa dengan ikhlas, yakin akan dikabulkan, tidak tergesa-gesa, memulai dengan memuji Allah dan bersalawat kepada Nabi, serta memohon ampunan atas dosa-dosa.
- Bagaimana sikap yang benar jika doa belum terkabul? Sikap yang benar adalah tetap berprasangka baik kepada Allah (husnuzan), bersabar, dan terus berdoa. Yakinlah bahwa Allah memiliki rencana terbaik dan setiap ketetapan-Nya adalah kebaikan.
- Apakah rezeki haram mempengaruhi terkabulnya doa? Ya, mengkonsumsi rezeki yang haram dapat menjadi salah satu penghalang utama terkabulnya doa. Penting untuk memastikan bahwa sumber rezeki kita adalah halal dan baik.
- Apakah ada waktu-waktu tertentu yang mustajab untuk berdoa? Beberapa waktu yang diyakini lebih mustajab untuk berdoa antara lain sepertiga malam terakhir, antara azan dan ikamah, saat sujud dalam salat, pada hari Jumat, dan saat hujan turun.

1 month ago
24
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4830372/original/038035000_1715592365-quran-being-held-hands-close-up.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4262146/original/085381500_1671090332-pexels-alena-darmel-8164382.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401581/original/012152300_1762216664-ular_oiton.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401601/original/001087400_1762219862-Mengeluarkan_uang_dari_dompet.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5313792/original/040263100_1755055409-images__58_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3343034/original/050137400_1610018331-asian-muslim-woman-praying_8595-14770.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1316154/original/029416400_1471011949-IMG_20160812_080042.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4939593/original/027085900_1725806729-Imam_an-Nawawi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3433076/original/095580500_1618813744-close-up-islamic-new-year-with-quran-book_23-2148611710__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401335/original/050061800_1762163848-Sholawat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4588921/original/076033400_1695712009-muhammad-7571024_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5003571/original/099304000_1731479241-jin-adalah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2593228/original/008517700_1546693457-20180105-Cicak.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3119457/original/075717600_1588607022-shutterstock_650518888.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5095573/original/012538800_1736934827-pexels-helloaesthe-15707485.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393639/original/014086000_1761564726-76bfeb1a-9ad5-49ad-bbf0-2bbfba586a46.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3098127/original/085622900_1586415856-photo-of-a-person-kneeling-in-front-of-book-2608353__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5165346/original/086610700_1742183992-cd9e6f09dddc797bbc48fde0b17ab2f2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395424/original/066921600_1761708920-doa_nurbuat.jpg)





























