Liputan6.com, Jakarta - Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 185: "Kullu nafsin dzā’iqatul maut" – "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati." Namun, bagaimana dengan iblis? Makhluk pembangkang yang ditangguhkan ajalnya hingga waktu yang ditentukan?
Pertanyaan ini telah menjadi topik yang menarik dalam literatur Islam klasik. Sebab meskipun disebutkan bahwa iblis ditangguhkan hingga "waktu yang telah ditentukan", tetap saja ia akan menghadapi sakaratul maut seperti makhluk lainnya.
Riwayat tentang kematian iblis memang tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis shahih yang populer. Namun, terdapat beberapa atsar dari para ulama salaf yang menjelaskan tentang akhir hidup iblis secara detail.
Menjawab pertanyaan tersebut, mengutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah – KTB (www.piss-ktb.com), sebuah sumber informasi tanya-jawab Islam yang merujuk pada pemahaman ulama salaf Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Dalam referensinya, disebutkan bahwa kisah kematian iblis diriwayatkan dalam kitab Tambihul Ghofilin karya al-Faqih Abul Laits as-Samarqandi.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Bus Budiman Jurusan Tasik-Solo Terbakar di Kebumen
Kisah Nabi Adam AS
Dalam kitab tersebut, al-Faqih meriwayatkan dari ayahnya, dari Muhammad bin Musa bin Roja’, yang meriwayatkan hingga kepada Ahnaf bin Qais. Ia berkata bahwa dirinya pernah berharap bisa bertemu dengan Umar bin Khattab RA.
Namun, sesampainya di Madinah, ia justru menjumpai sebuah halaqah besar. Ternyata di tengah halaqah itu, Ka’bul Akhbar sedang berbicara kepada banyak orang, menyampaikan kisah yang mengguncangkan jiwa.
Ka’b menyebutkan bahwa ketika Nabi Adam AS menjelang wafat, ia berdoa kepada Allah SWT. “Ya Tuhanku, musuhku iblis akan mengejekku ketika melihat aku mati, sementara dia ditangguhkan kematiannya sampai waktu yang ditentukan.”
Allah kemudian menjawab, “Wahai Adam, engkau akan masuk surga. Adapun iblis yang terkutuk itu akan ditangguhkan kematiannya hingga hari yang dijanjikan. Ia akan merasakan sakitnya maut sebanyak jumlah umat terdahulu dan umat terakhir.”
Nabi Adam AS kemudian berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat, ceritakan kepadaku bagaimana kau mencabut nyawa iblis kelak.” Setelah dijelaskan panjang lebar, Nabi Adam hanya mampu berkata, “Cukup… cukup…”
Para pendengar halaqah pun memohon kepada Ka’bul Akhbar agar ia menceritakan secara utuh bagaimana iblis menemui ajalnya. Awalnya ia enggan, tetapi akhirnya ia luluh karena desakan jamaah.
Ka’b menjelaskan bahwa ketika dunia telah berada di ambang akhir, manusia masih berada di pasar-pasar, berdiskusi, bertransaksi, dan bercakap-cakap seperti biasa.
Tiba-tiba terdengar suara sangat keras dari langit. Suara itu membuat separuh makhluk pingsan selama tiga hari. Sementara sisanya kebingungan, berdiri tanpa sadar bagaikan kambing ketakutan melihat hewan buas.
Tak lama, suara menggelegar kembali terdengar, menghantam bumi dan langit. Suaranya seperti petir yang menyambar tanpa henti. Maka binasalah seluruh makhluk: manusia, jin, setan, hewan buas, dan semua makhluk melata pun musnah.
Inilah Waktu yang Ditentukan Allah SWT
Inilah waktu yang telah dijanjikan oleh Allah kepada iblis. Hari yang disebut sebagai “waktu yang ditentukan” dalam Al-Qur’an, hari di mana semua penangguhan berakhir.
Allah kemudian memerintahkan Malaikat Maut, “Hari ini Aku pakaikan padamu pakaian kemurkaan-Ku. Bersamamu 70.000 malaikat Zabaniyah yang penuh kemarahan. Tiap malaikat membawa belenggu dari neraka Ladha.”
Allah juga memerintahkan Malaikat Malik agar membuka pintu-pintu neraka. Bahkan, 70.000 anjing dari neraka Ladha pun ikut dikerahkan untuk mengiringi Malaikat Maut dalam tugas paling mengerikan ini.
Malaikat Maut kemudian turun dalam bentuk yang luar biasa menakutkan. Seandainya penduduk langit dan bumi melihatnya, mereka akan lebur karena dahsyatnya wujud tersebut.
Ketika Malaikat Maut sampai kepada iblis dan membentaknya sekali, iblis langsung pingsan karena ketakutan. Ia menjerit sangat keras, hingga jika manusia di timur dan barat mendengarnya, niscaya mereka akan pingsan karena ketakutan yang sama.
Demikianlah akhir kehidupan iblis. Meskipun diberi penangguhan, maut tetap datang menjemputnya dengan siksaan yang tidak pernah dibayangkan makhluk manapun.
Kisah ini bukan hanya menggetarkan, tetapi juga menjadi pelajaran bahwa tidak ada makhluk yang kekal. Bahkan iblis, musuh utama anak Adam, akhirnya harus menyerah pada takdir ilahi, kematian. Wallahu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul