Liputan6.com, Jakarta - Musibah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ada yang datang berupa kehilangan orang tercinta, sakit, bencana alam, hingga kesempitan rezeki. Semua itu adalah ujian dari Allah SWT yang menuntut kesabaran dan keteguhan iman.
Dalam Islam, setiap musibah selalu memiliki hikmah tersembunyi. Ujian yang datang bisa menjadi penghapus dosa, pengangkat derajat, sekaligus jalan untuk lebih dekat kepada Allah. Oleh sebab itu, diperlukan doa ketika kena musibah, doa menjadi kunci utama dalam menghadapi setiap ujian yang menimpa seorang muslim.
Rasulullah SAW mengajarkan doa khusus ketika musibah datang, agar hati seorang hamba tetap tegar dan tidak larut dalam kesedihan. Doa tersebut adalah bacaan istirja’ dan doa permohonan ganti yang lebih baik.
إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها
Latin: Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ.
Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”
Makna Doa dan Keutamaannya
Doa istirja’ adalah bentuk pengakuan penuh bahwa manusia hanyalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kalimat ini bukan sekadar ucapan, melainkan pengingat bahwa apa pun yang hilang hanyalah titipan. Dalam Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka dijelaskan bahwa istirja’ adalah benteng iman yang mengajarkan seorang muslim untuk tidak terlampau larut dalam kesedihan.
Buku Doa Menghadapi Musibah karya Arif Munandar Riswanto juga menekankan bahwa doa tersebut adalah cara seorang hamba mengalihkan kesedihan menjadi ibadah. Dengan mengucapkannya, hati menjadi tenang karena yakin Allah akan memberikan ganti yang lebih baik.
Keutamaan doa ini sangat besar. Rasulullah SAW pernah bersabda, tidak ada seorang muslim ditimpa musibah kemudian mengucapkan doa istirja’ kecuali Allah akan memberikan pahala dan ganti yang lebih baik. Ini menegaskan bahwa doa bukan hanya menenangkan jiwa, tapi juga mendatangkan karunia Allah.
Kitab Mukhtarul Ahadis mencatat pula beberapa hadis tentang pahala sabar dalam musibah. Hadis tersebut menjelaskan bahwa kesabaran bukan hanya menahan diri dari keluh kesah, melainkan juga memperbanyak doa yang mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan memahami makna doa, seorang muslim akan lebih mudah ikhlas menerima takdir. Musibah tidak lagi dilihat sebagai akhir dari segalanya, melainkan permulaan menuju jalan yang lebih baik. Inilah hikmah terbesar dari doa yang diajarkan Rasulullah SAW.
Doa-Doa Lain Saat Tertimpa Musibah
Selain doa istirja’, ada doa-doa lain yang juga dianjurkan saat musibah menimpa. Salah satunya adalah doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk menenangkan hati yang resah. Doa tersebut berbunyi:
أعُوذُ بِكَلِماتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
Latin: A‘ūdzu bikalimātillāhit-tāmmāti min ghadlabihī wa ‘iqābihī wa sharri ‘ibādihī wa min hamazātisy-syayāthīn wa an yahdhurūn.
Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, keburukan hamba-Nya, gangguan setan, dan dari kehadiran mereka di sisiku.”
Dalam kitab ash-Shabr Dhiyaa-un dijelaskan bahwa doa ini meneguhkan hati seorang muslim agar tidak mudah terguncang saat musibah datang. Ia bukan hanya meminta ketenangan, tetapi juga perlindungan dari gangguan yang bisa memperparah keadaan.
Buku saku Ketika Wanita Mendapat Musibah (Pustaka Ibnu Umar) menambahkan bahwa doa ini sangat bermanfaat bagi perempuan yang menghadapi duka mendalam, agar mereka tetap kuat mendampingi keluarga. Doa bukan sekadar ungkapan, tetapi juga terapi hati yang menuntun pada kesabaran.
Doa-doa Lainnya
Ada pula doa Nabi Yunus AS ketika berada dalam perut ikan:
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minadz-zālimīn.
Artinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Doa ini menjadi senjata ampuh setiap muslim saat merasa terhimpit. Dalam hadis disebutkan, siapa saja yang membacanya ketika kesulitan maka Allah akan membebaskannya, sebagaimana Dia menyelamatkan Nabi Yunus.
Selain doa istirja’, ada pula doa-doa lain yang bisa dibaca agar hati tetap tenang:
Doa Menenangkan Hati Ketika Masalah Berat
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَائُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ القُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي وَنُوْرَ صَدْرِي وَجِلَاءَ غَمِّي وَذَهَابَ حُزْنِي وَهَمِّي
Latin: Allāhumma innī 'abduka, wabnu 'abdika, wabnu amatika. Nāshiyatī bi yadika mādhin fiyya hukmuka, 'adlun fiyya qadhā'uka. As'aluka bi kulli ismin huwa laka sammayta bihī nafsaka, wa anzaltahū fī kitābika, aw 'allamtahū ahadan min khalqika, awista'tsarta bihī fī ilmil ghaybi 'indaka, an taj'alal qur'āna rabī'a qalbī, wa nūra shadrī, wa jilā'a ghammī, wa dzahāba huznī wa hammī.
Artinya: "Ya Allah, sungguh aku hamba-Mu, putra hamba-Mu (laki-laki), putra hamba-Mu (perempuan). Nasibku di tangan-Mu, berlaku padaku ketentuan-Mu, adil padaku putusan-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama-Mu yang Kau sebut untuk diri-Mu, (nama) yang Kau turunkan dalam kitab-Mu, (nama) yang Kau ajarkan pada segelintir hamba-Mu, atau (nama) yang hanya Kau sendiri yang mengetahuinya dalam pengetahuan ghaib agar Kau menjadikan Al-Qur'an sebagai musim semi (di) hatiku, cahaya batinku, pelenyap kebingunganku, dan penghilang kesedihan serta kebimbanganku."
Doa agar Menerima Kenyataan
حَسْبِىَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Latin: Hasbiyallāhu wa ni'mal wakīl.Artinya: "Cukuplah Allah bagiku dan Ia sebaik-baik wakil."
Doa agar Dijauhkan dari Masalah
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرَفَةَ عَيْنٍ
Latin: yaa hayyu ya qayyum birahmatika astaghiitsu, ashlih lii syaknii kullahu, wa laa takilnii ila nafsii tarafata 'aini
Artinya: "Wahai Zat yang Maha Hidup. Wahai Zat yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku dan janganlah Engkau serahkan kepadaku meski hanya sekejap mata."
Doa Nabi Yunus AS dalam Perut Ikan
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minadz-zālimīn.
Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."
Ayat Kursi (QS Al-Baqarah: 255)
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Latin: Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm
Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
Musibah sebagai Jalan Introspeksi
Musibah dalam Islam bukan sekadar penderitaan, tetapi juga peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ujian hidup adalah cara Allah membersihkan dosa hamba-Nya. Semakin berat ujian yang diterima, semakin besar pula pahala kesabaran yang dijanjikan.
Buku Doa Mengatasi Bencana Alam juga menekankan bahwa doa dalam musibah tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga menumbuhkan sikap peduli sosial. Musibah yang menimpa suatu daerah seharusnya mendorong kaum muslimin untuk saling membantu, bukan sekadar berduka.
Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, lalu orang-orang beriman sesuai kadar imannya. Hal ini menunjukkan bahwa musibah adalah tanda cinta Allah, bukan kebencian-Nya.
Dengan demikian, musibah adalah sarana introspeksi agar manusia tidak lalai. Doa menjadi pengikat hati, sementara kesabaran menjadi benteng diri. Keduanya berjalan beriringan untuk menuntun seorang muslim menghadapi setiap ujian.
Dalam kitab Tasliyyatu Ahlil Mashaa-ib, disebutkan bahwa setiap musibah harus disikapi dengan dzikir, doa, dan syukur. Tanpa itu, musibah hanya akan melahirkan keluhan. Tetapi dengan doa, musibah bisa berubah menjadi ladang pahala.
Introspeksi ini penting, sebab manusia sering lupa ketika dalam kelapangan, namun sadar saat musibah datang. Doa menjadi pengingat bahwa hanya kepada Allah lah seorang hamba bisa kembali.
Doa Benteng Utama Menghadapi Masalah
Musibah adalah kepastian hidup yang tidak bisa dihindari. Namun doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW menjadi penyejuk hati yang menuntun setiap muslim agar tetap tegar. Doa istirja’, doa Nabi Yunus, hingga doa perlindungan adalah warisan spiritual yang patut dijaga.
Referensi dari kitab klasik seperti Tafsir al-Azhar dan Tafsir Ibnu Katsir, maupun buku-buku modern seperti Doa Menghadapi Musibah dan Doa Mengatasi Bencana Alam, semuanya menegaskan satu hal: doa adalah benteng utama dalam menghadapi cobaan.
Dengan doa, hati tidak dikuasai putus asa. Dengan doa, seorang hamba yakin bahwa Allah akan mengganti kesedihan dengan kebahagiaan. Inilah ajaran Islam yang penuh rahmat, agar umatnya tetap kuat dalam menghadapi badai kehidupan.
People Also Ask
1. Apa doa utama saat menghadapi musibah?Doa utamanya adalah istirja’: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ.
2. Mengapa doa istirja’ begitu penting?Karena doa ini menegaskan pengakuan bahwa manusia adalah milik Allah, sekaligus permohonan agar musibah diganti dengan sesuatu yang lebih baik.
3. Apakah ada doa lain selain istirja’?Ada, di antaranya doa Nabi Yunus AS, doa perlindungan dengan kalimat Allah, dan doa untuk ketenangan hati saat menghadapi duka.
4. Bagaimana musibah bisa menjadi penghapus dosa?Dalam hadis disebutkan bahwa setiap musibah yang menimpa seorang muslim akan menggugurkan dosa-dosanya, asalkan ia bersabar.