Liputan6.com, Jakarta - Doa Nabi Luth menjadi salah satu doa Nabi yang populer untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya dan kezaliman. Doa ini dibaca saat Nabi Luth AS begitu teranam oleh perilaku kaumnya yang durhaka.
Mengutip Buku Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul Disertai Pengetahuan Aqidah Islam karya Cecep Ihsani, Nabi Luth AS merupakan salah satu Rasul yang diutus Allah SWT kepada kaum sadum atau Sodom yang begitu durhaka. Kaum Sadum menyukai sesama jenis (homoseksual dan lesbian) dan menyamun demi memenuhi keinginannya.
Nabi Luth berlindung kepada Allah agar keluarganya terhindar dari maksiat dari ancaman kaumnya yang kejam dengan bedoa. Doa ini juga bisa diamalkan dan relevan dalam konteks zaman sekarang untuk melindungi diri dan keluarga dari perbuatan maksiat, bahaya dan kezaliman.
Doa Nabi Luth Meminta Perlindungan dari Kaum yang Fasik
Doa-Doa Nabi Luth dalam Al-Qur’an:
Doa Meminta Perlindungan dari Kaum yang Fasik
رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ
Latin: Rabbi najjini wa ahli mimma ya‘malun
Artinya: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” (QS. Asy-Syu’ara: 169)
Dalam Buku Tafsir Al-Mishbah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab relevansi doa Nabi Luth di masa kini. Menurut Quraish Shihab, doa Nabi Luth pada ayat ini adalah bentuk permohonan perlindungan kepada Allah dari pengaruh buruk dan azab akibat perbuatan keji kaumnya.
Nabi Luth sadar bahwa dirinya dan keluarganya tidak akan mampu menyelamatkan diri tanpa pertolongan Allah. Permohonan ini juga menunjukkan perhatian Nabi Luth terhadap keluarganya agar tidak terpengaruh oleh lingkungan yang penuh kemaksiatan.
Quraish Shihab menekankan bahwa doa ini menjadi teladan bagi siapa pun yang hidup di tengah masyarakat yang rusak moralnya, agar senantiasa memohon perlindungan Allah. Selain itu, doa ini mengajarkan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari pengaruh negatif lingkungan, serta menunjukkan bahwa pertolongan Allah adalah kunci keselamatan sejati.
Doa Nabi Luth: Memohon Pertolongan
Berikut ini adalah doa memohon pertolongan yang diucapkan Nabi Luth AS saat kondisinya sudah begitu mengkhawatirkan.
رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ
Latin: Rabbi unsur-ni ‘alal-qaumil-mufsidin
Artinya: “Ya Tuhanku, tolonglah aku terhadap kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al-Ankabut: 30)
Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan bahwa doa Nabi Luth adalah bentuk permohonan perlindungan dan keselamatan dari azab Allah yang akan ditimpakan kepada kaumnya yang ingkar. Doa tersebut juga menunjukkan kelemahan seorang hamba di hadapan Allah dan keteguhan iman Nabi Luth dalam menghadapi ujian berat.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menekankan bahwa doa Nabi Luth menjadi teladan bagi umat Islam agar selalu memohon pertolongan Allah dalam menghadapi lingkungan yang penuh kemaksiatan. Doa ini juga menegaskan pentingnya menjaga keluarga dari pengaruh buruk masyarakat.
Relevansi Doa Nabi Luth Zaman Sekarang
M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menekankan bahwa doa Nabi Luth relevan sebagai teladan bagi siapa pun yang hidup di tengah masyarakat yang rusak. Beliau menulis bahwa doa ini adalah bentuk penyerahan diri dan permohonan agar Allah menjaga diri dan keluarga dari pengaruh buruk lingkungan.
Dalam konteks kekinian, umat Islam harus tetap optimis, sabar, dan tidak putus asa dalam berdoa dan berikhtiar, serta selalu memohon perlindungan Allah dari segala bentuk kemaksiatan yang marak di masyarakat.
Doa Nabi Luth, khususnya sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Ankabut: 30, “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu,” memiliki makna dan relevansi yang sangat kuat dalam kehidupan modern.
Dalam konteks kekinian, doa ini menjadi simbol permohonan perlindungan dan pertolongan kepada Allah ketika menghadapi lingkungan yang penuh kemaksiatan, penyimpangan moral, dan tekanan sosial yang menguji keimanan seseorang.
Hal ini sangat relevan di era modern, di mana tantangan moral dan sosial semakin kompleks. Doa Nabi Luth mengajarkan agar umat Islam tidak hanya berusaha secara lahiriah, tetapi juga selalu bergantung kepada Allah dalam menghadapi kemungkaran.
Pesan Moral dari Kisah Nabi Luth dan Pelajaran yang Bisa Diambil
Berdasarkan analisis dari skripsi karya Fitrah Amaliah berjudul "Pesan Moral dari Kisah Nabi Luth dan Kaumnya (Kajian Surah al-A'raf Ayat 80-84)", berikut adalah pesan moral dan pelajaran utama yang dapat diambil dari kisah Nabi Luth:
1. Teguh dalam Kebenaran
Nabi Luth tetap konsisten dan tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang perbuatan keji (homoseksual) yang dilakukan kaumnya, meski dihadapkan pada penolakan keras dan bahkan ancaman pengusiran. Sikap ini mengajarkan pentingnya keteguhan dan keberanian dalam mempertahankan kebenaran serta tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk (hlm. 44, 46-47).
2. Memuliakan Lawan Jenis sebagai Pasangan
Kisah Nabi Luth menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan) agar saling melengkapi dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan. Perbuatan kaumnya yang menyukai sesama jenis adalah bentuk penolakan terhadap fitrah manusia dan nikmat Allah. Ini menjadi pelajaran untuk mensyukuri dan memuliakan pasangan lawan jenis sebagaimana fitrah penciptaan manusia (hlm. 47-49).
3. Kesepakatan dalam Kemungkaran Penyebab Murka Allah
Ketika suatu masyarakat sepakat dalam melakukan kemungkaran dan menolak ajaran kebenaran, maka murka Allah akan turun. Kisah Nabi Luth memperlihatkan bahwa azab Allah sangat nyata bagi kaum yang menentang syariat dan melakukan dosa secara kolektif. Ini menjadi peringatan agar tidak mengikuti arus keburukan yang disepakati bersama (hlm. 49-50).
4. Manusia Bertanggung Jawab atas Pilihannya
Setiap individu bertanggung jawab atas pilihan hidupnya, sebagaimana istri Nabi Luth yang memilih membangkang dan akhirnya termasuk golongan yang dibinasakan. Kedekatan dengan orang saleh (bahkan seorang nabi) tidak menjamin keselamatan jika tetap memilih jalan yang salah. Ini menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi atas setiap keputusan (hlm. 50-53).
5. Optimisme terhadap Pertolongan Allah
Nabi Luth selalu optimis dan terus berdoa memohon pertolongan Allah di tengah kesulitan dan ancaman dari kaumnya. Doa dan tawakal menjadi kunci menghadapi tantangan hidup, dengan keyakinan bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang bersabar dan beriman (hlm. 53-55).
Inti Doa-Doa Nabi dalam Al-Qur'an
Skripsi berjudul "Pesan Moral dari Kisah Nabi Luth dan Kaumnya (Kajian Surah al-A'raf Ayat 80-84)", karya Fitrah Amaliah menyimpulkan Semua doa nabi berfokus pada aspek spiritual, keselamatan, ampunan, petunjuk, perlindungan, keturunan yang baik, diterimanya amal, dan kebaikan dunia-akhirat. Doa-doa ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk lebih mengutamakan nilai-nilai immaterial dan spiritual dalam berdoa, serta menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan akan kebutuhan mutlak kepada Allah:
Inti doa-doa nabi dalam Al-Qur’an mengandung permohonan yang bersifat immaterial (tidak materialistis), yang utamanya berfokus pada aspek-aspek berikut:
1. Permohonan Ampunan dan Rahmat Para nabi sering memohon ampun atas dosa diri sendiri, keluarga, maupun umat mereka, serta rahmat dari Allah. Contohnya doa Nabi Adam (QS. Al-A'raf: 23): “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”
2. Permohonan Perlindungan Nabi-nabi memohon perlindungan dari keburukan, kezaliman, dan segala bentuk bahaya, baik dari musuh maupun dari godaan setan. Contoh: Nabi Nuh (QS. Hud: 47): “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu...”Nabi Luth (QS. Al-Ankabut: 30): “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.”
3. Permohonan Petunjuk dan Keteguhan Hati Doa para nabi juga berisi permohonan agar diberikan keteguhan hati, petunjuk, dan kemampuan menjalankan perintah Allah dengan baik, seperti doa Nabi Musa: “Ya Rabb, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.” (QS. Thaha: 25-26)
4. Permohonan Keturunan yang Saleh Nabi-nabi memohon agar diberikan keturunan yang baik dan saleh, seperti doa Nabi Ibrahim (QS. As-Shaffat: 100) dan Nabi Zakariya.
5. Permohonan Diterimanya Amal Ibadah Para nabi berdoa agar amal ibadah mereka diterima oleh Allah, seperti doa Nabi Ibrahim dan Ismail (QS. Al-Baqarah: 127-128).
6. Permohonan Kebaikan Dunia dan Akhirat Doa para nabi mencakup permohonan kebaikan di dunia dan akhirat, bukan sekadar kenikmatan duniawi, seperti dalam QS. Al-Baqarah: 201: “Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat...”
7. Permohonan Keselamatan dan Pertolongan Mereka juga memohon keselamatan dari berbagai bencana dan pertolongan dalam menghadapi musuh atau kesulitan.
Kisah Kaum Sodom yang Dizab karena Perilaku Menyimpang
Kaum Sodom, yang merupakan kaum Nabi Luth a.s., dikenal dalam Al-Qur’an sebagai masyarakat yang pertama kali secara kolektif melakukan perbuatan homoseksual (faahisyah) yang sangat dilarang dan belum pernah dilakukan oleh kaum mana pun sebelumnya.
Selain perilaku homoseksual, mereka juga dikenal suka melakukan kejahatan lain seperti mencuri, merampok, dan melakukan maksiat secara terang-terangan di tempat umum (Fitrah Amaliah, Pesan Moral dari Kisah Nabi Luth dan Kaumnya, hlm. 7, 33-34).
Nabi Luth diutus Allah untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan perbuatan keji tersebut. Namun, mereka menolak seruan Nabi Luth, bahkan dengan sombong menantang dan mengusir beliau serta para pengikutnya dari kota mereka.
Puncaknya, ketika Nabi Luth kedatangan tamu (malaikat yang menyamar sebagai pemuda tampan), kaum Sodom berbondong-bondong mendatangi rumah Nabi Luth dengan niat buruk, sehingga Nabi Luth pun berdoa memohon pertolongan dan azab atas kaumnya (QS. Al-Ankabut: 30).
Allah kemudian mengabulkan doa Nabi Luth. Pada malam hari, malaikat memerintahkan Nabi Luth dan pengikutnya untuk meninggalkan kota Sodom, kecuali istrinya yang memilih tetap bersama kaum tersebut.
Setelah Nabi Luth dan pengikutnya selamat, Allah menurunkan azab yang sangat dahsyat: negeri Sodom dibalikkan dan dihujani batu-batu dari tanah yang terbakar, membinasakan seluruh kaum yang durhaka tersebut (QS. Al-A’raf: 80-84, QS. Asy-Syu’ara: 173).
Kisah ini menjadi peringatan keras tentang akibat dari perilaku menyimpang dan pembangkangan terhadap ajaran Allah.
People also Ask:
1. Apa doa Nabi Luth?
رَبِّ نَجِّنِى وَأَهْلِى مِمَّا يَعْمَلُونَ
(Luth berdoa): “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. Kezholiman dan kemaksiatan yang dilakukan seperti kaum nabi Luth seakan terulang pada saat-saat ini dengan kondisi yang lebih modern tentunya.
2. Bagaimana isi doa Nabi Luth setelah terus diejek oleh kaumnya?
(Luth berdo'a): “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua,kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal.
3. Apa mukjizat Nabi Luth?
Mukjizat Nabi Luth AS yang utama adalah keselamatan beliau dan keluarganya dari azab dahsyat yang menimpa kaum Sodom yang durhaka. Setelah memohon perlindungan, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Luth, dan beliau beserta kaum salehnya diselamatkan dari kehancuran kota dan bencana hujan batu serta petir yang melanda kaum yang menyalahi perintah-Nya.
4. Surah yang manakah yang di baca Nabi Luth?
Kisah Nabi Luth (diucapkan "Lot") disebutkan dalam beberapa surah Al-Qur'an, termasuk Surah Al-A'raf . Nabi Luth diutus sebagai utusan kepada kaum Sodom dan Gomora untuk membimbing mereka menuju kebenaran dan memperingatkan mereka terhadap perilaku amoral mereka.

4 weeks ago
29
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5095573/original/012538800_1736934827-pexels-helloaesthe-15707485.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393639/original/014086000_1761564726-76bfeb1a-9ad5-49ad-bbf0-2bbfba586a46.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3098127/original/085622900_1586415856-photo-of-a-person-kneeling-in-front-of-book-2608353__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5165346/original/086610700_1742183992-cd9e6f09dddc797bbc48fde0b17ab2f2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395424/original/066921600_1761708920-doa_nurbuat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400504/original/082953500_1762135176-doa_menghilangkan_pikiran_kotor.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380779/original/021538300_1760432736-Pria_muslim_membaca_Al-Qur_an__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/904568/original/070887100_1434622909-imagepemimpinresized.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381630/original/058311500_1760512958-Dua_orang_muslim_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365522/original/031085600_1759199598-Wanita_berdoa_menengadahkan_kedua_tangan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2223459/original/090937300_1526989466-iStock-483807056.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3349760/original/068310500_1610683254-muslim-woman-pray-with-beads-read-quran_73740-667__4_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2816698/original/011383300_1558943066-shutterstock_1104214622.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380435/original/008084100_1760424585-Pria_berdoa_setelah_sholat__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/813545/original/080167000_1424263004-neraka.jpg)





























