Liputan6.com, Jakarta Menjelang Idul Fitri, tradisi memberi dan menerima THR (Tunjangan Hari Raya) kembali ramai dibicarakan. Bagi banyak keluarga di Indonesia, THR bukan sekadar uang, melainkan simbol kebersamaan dan berbagi kebahagiaan. Namun, di balik tradisi ini, terdapat pertanyaan penting: bagaimana hukum meminta THR dalam Islam?
Pemberian THR, baik untuk karyawan maupun sebagai angpau Lebaran, memiliki landasan hukum dan etika dalam Islam. Memberi THR merupakan bentuk sedekah yang dianjurkan, mencerminkan nilai-nilai kedermawanan dan kepedulian. Sebaliknya, meminta THR, terutama dengan paksaan, tidak sesuai dengan ajaran agama. Memahami hal ini penting agar perayaan Idul Fitri tetap penuh berkah dan tidak menimbulkan permasalahan.
Artikel ini akan menguraikan secara rinci hukum meminta THR Lebaran dalam Islam, merujuk pada Al-Quran dan Hadits. Kita akan membahas berbagai perspektif, termasuk perbedaan pendapat ulama mengenai kepemilikan THR anak, serta memberikan panduan praktis tentang sikap yang dianjurkan dalam tradisi ini. Tujuannya adalah agar kita dapat merayakan Idul Fitri dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan ajaran agama.
Simak pembahasan selengkapnya mengenai kebolehan meminta THR lebaran, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (21/3/2025).
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani membeberkan bahwa Tunjangan Hari Raya (THR) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) senilai Rp 29,328 triliun, akan cari pada Jumat pekan ini senilai Rp 29,328 triliun.
Tradisi Memberi Uang saat Lebaran di Indonesia
Tradisi memberi uang saat Lebaran, atau yang dikenal sebagai THR atau angpau, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia. Tradisi ini dipercaya berasal dari kebiasaan berbagi kebahagiaan dan rasa syukur atas nikmat yang diterima. Awalnya, pemberian uang ini mungkin bersifat simbolis, namun seiring waktu berkembang menjadi tradisi yang umum dilakukan.
THR untuk karyawan diatur secara hukum oleh pemerintah, memastikan hak pekerja untuk mendapatkan tunjangan hari raya. Namun, THR yang diberikan kepada keluarga dan kerabat memiliki konteks yang berbeda. Ini lebih merupakan bentuk kasih sayang, mempererat silaturahmi, dan berbagi rezeki. Nominalnya pun bervariasi, tergantung kemampuan dan kedekatan hubungan.
Pemberian THR kepada anak-anak seringkali diartikan sebagai bentuk pendidikan karakter, mengajarkan mereka tentang berbagi dan menghargai nilai-nilai sosial. Tradisi ini juga memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan suasana hangat di hari raya. Namun, penting diingat bahwa pemberian THR harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih atau niat pamer.
Perbedaan antara THR karyawan dan THR Lebaran untuk keluarga terletak pada landasan hukum dan tujuannya. THR karyawan merupakan hak yang diatur oleh undang-undang, sementara THR Lebaran untuk keluarga lebih bersifat sosial dan budaya, didasarkan pada nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
Hukum Memberi THR Lebaran dalam Islam
Dalam Islam, memberi THR Lebaran merupakan bentuk sedekah yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 3:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Ayat ini menunjukkan keutamaan bersedekah sebagai bagian dari keimanan. Memberi THR kepada orang lain, terutama kerabat dan yang membutuhkan, termasuk dalam kategori ini. Selain itu, dalam surat Al-Baqarah ayat 271, Allah SWT juga menjelaskan tentang keutamaan bersedekah, baik yang ditampakkan maupun disembunyikan.
Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bersedekah dan berbagi rezeki. Banyak hadits yang menjelaskan keutamaan sedekah dan pahala yang besar yang akan diterima. Memberi THR dengan ikhlas, tanpa pamrih dan niat riya, akan mendatangkan pahala dan keberkahan.
Perlu dibedakan antara THR sebagai hadiah dan sedekah. Meskipun keduanya memiliki kemiripan, pemberian THR kepada keluarga lebih tepat disebut sebagai hadiah atau pemberian yang menunjukkan kasih sayang. Namun, nilai sedekah tetap ada di dalamnya, terutama jika diberikan kepada yang membutuhkan.
Keutamaan Memberi THR kepada Kerabat
Memberi THR kepada kerabat memiliki keutamaan ganda. Selain mendapatkan pahala sedekah, juga mempererat silaturahmi. Rasulullah SAW bersabda: 'Sedekah kepada orang miskin bernilai satu sedekah, dan sedekah kepada kerabat bernilai dua sedekah, yaitu pahala sedekah dan pahala silaturrahim.' (HR An-Nasai dan At-Tirmidzi).
Prioritas pemberian THR dalam Islam menekankan pentingnya membantu keluarga dan kerabat terdekat yang membutuhkan. Ini sesuai dengan ajaran untuk saling membantu dan meringankan beban sesama. Namun, pemberian THR tidak terbatas pada kerabat saja, tetapi juga dapat diberikan kepada tetangga, orang yang membutuhkan, dan lainnya.
Anjuran untuk bersedekah dengan niat ikhlas sangat penting. Hindari sikap riya' atau pamer dalam memberi THR. Niat yang tulus semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT akan membuat amalan tersebut lebih bernilai.
Memberi THR kepada keluarga juga mencerminkan nilai tanggung jawab sosial dan kepedulian. Dengan berbagi rezeki, kita ikut menciptakan kebahagiaan dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.
Hukum Meminta THR dalam Islam
Secara umum, Islam tidak menganjurkan meminta-minta, kecuali dalam kondisi tertentu. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang meminta sementara dia memiliki sesuatu yang mencukupinya maka ia telah memperbanyak api neraka." Hadits ini menunjukkan bahwa meminta-minta bagi orang yang mampu adalah perbuatan yang tidak terpuji.
Hadits Qabishah menyebutkan tiga golongan yang diperbolehkan meminta-minta: 1) yang menanggung hutang orang lain; 2) yang ditimpa musibah; 3) yang benar-benar dalam kesengsaraan. Meminta di luar ketiga kondisi ini adalah haram.
Meminta THR Lebaran, terutama dengan paksaan, tidak termasuk dalam tiga golongan tersebut. Jika seseorang mampu memenuhi kebutuhannya, meminta THR kepada orang lain adalah perbuatan yang tidak dianjurkan. Ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengurangi keberkahan Idul Fitri.
Dalam konteks meminta THR, penting untuk memahami bahwa THR lebih bersifat hadiah atau pemberian sukarela. Meminta dengan paksaan dapat dianggap sebagai bentuk pemaksaan dan melanggar etika.
Meminta THR Secara Paksa: Hukum dan Risikonya
Meminta THR secara paksa adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Ini termasuk dalam kategori meminta-minta yang tidak dihalalkan kecuali dalam kondisi tertentu sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Dampak spiritual meminta THR secara paksa dapat mengurangi keberkahan Idul Fitri dan bahkan mendatangkan dosa. Sikap memaksa dapat melukai hati pemberi dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Risiko hilangnya keberkahan Idul Fitri sangat besar jika kita meminta THR dengan paksaan. Idul Fitri seharusnya dirayakan dengan penuh kegembiraan, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan.
Sikap yang tepat adalah menghindari meminta THR secara paksa. Jika memang membutuhkan bantuan, sampaikan dengan cara yang santun dan tidak memaksa. Terimalah pemberian dengan rasa syukur jika ada yang memberikan THR kepada kita.
Status Kepemilikan THR Lebaran untuk Anak-anak
Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai status kepemilikan THR anak-anak. Sebagian berpendapat bahwa THR sepenuhnya menjadi hak anak, karena merupakan pemberian yang ditujukan langsung kepada mereka.
Pandangan lain menyatakan bahwa orang tua berhak mengatur THR anak, karena orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengelola keuangan dan kebutuhan anak. Ini didasarkan pada wewenang orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak.
Dalil-dalil dari kedua pendapat dapat ditemukan dalam berbagai kitab fiqih dan hadits. Tidak ada satu pendapat yang mutlak benar, sehingga diperlukan pemahaman yang komprehensif dan bijaksana.
Rekomendasi praktis adalah dengan melibatkan anak dalam pengelolaan THR mereka. Ajak mereka berdiskusi tentang cara menggunakan THR, misalnya sebagian untuk ditabung dan sebagian untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan.
Sikap yang Dianjurkan dalam Tradisi THR Lebaran
Sikap yang dianjurkan dalam tradisi THR Lebaran adalah menjadi pemberi yang ikhlas dan dermawan. Berbagi rezeki merupakan bentuk ibadah yang mulia dan mendatangkan pahala.
Tidak menolak pemberian yang diberikan tanpa diminta juga merupakan sikap yang terpuji. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menerima pemberian yang diberikan dengan ikhlas.
Mengajarkan anak-anak tentang etika menerima dan memberi THR juga penting. Ajarkan mereka untuk bersyukur atas pemberian dan tidak meminta-minta dengan paksaan.
Menjaga niat dalam memberi dan menerima THR sangat penting. Hindari sikap riya' dan hanya mengharapkan pujian dari manusia.
Mengajarkan Nilai-Nilai Islam melalui Tradisi THR Lebaran
Tradisi THR Lebaran dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak, seperti pentingnya konsep 'tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah'.
Membangun karakter dermawan pada anak-anak sejak dini sangat penting. Ajarkan mereka untuk berbagi rezeki dengan orang lain yang membutuhkan.
Menerapkan prinsip syukur dan berbagi di hari kemenangan Idul Fitri akan menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak.
Hindari sikap berlebihan dalam memberi atau mengharapkan THR. Jadikan tradisi THR sebagai sarana penguatan tali silaturahmi dan berbagi kebahagiaan.
Tradisi THR Lebaran memiliki nilai positif dalam mempererat silaturahmi dan berbagi kebahagiaan. Namun, penting untuk memahami hukum meminta THR dalam Islam agar perayaan Idul Fitri tetap penuh berkah. Memberi lebih utama daripada meminta. Mari kita jadikan momen Idul Fitri sebagai waktu untuk berbagi kebahagiaan dan keberkahan.
Dengan memahami hukum memberi dan meminta THR dalam Islam, kita dapat menjalankan tradisi ini dengan bijak dan sesuai dengan ajaran agama. Semoga Idul Fitri membawa kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan bagi kita semua.