Inspirasi Tahun 2025, Tips Pencahayaan Ruang Belajar dan Ngaji di Rumah Lebih Nyaman

6 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital dan serba cepat tahun 2025 ini, rumah bukan hanya tempat beristirahat. Ia telah menjelma menjadi sekolah, tempat mengaji, ruang kerja, hingga pusat refleksi spiritual.

Liputan6.com, Minggu (04/05/2025), mencoba merangkum berbagai inspirasi pencahayaan di rumah, khususnya untuk ruang belajar dan mengaji, agar setiap sudut rumah menjadi tempat yang nyaman, sehat untuk mata, dan mendukung aktivitas spiritual maupun intelektual.

Di tengah padatnya aktivitas, satu hal kerap terlupakan, pencahayaan yang tepat. Padahal, cahaya adalah elemen utama yang menopang kenyamanan belajar dan mendalami Al-Qur’an.

Pencahayaan yang baik tak sekadar memperjelas huruf di buku atau mushaf. Ia mempengaruhi fokus, ketenangan, hingga kesehatan mata. Organisasi kesehatan dunia menganjurkan tingkat pencahayaan ideal untuk aktivitas membaca dan menulis berada di kisaran 500 hingga 750 lux. Tapi bagaimana mengatur pencahayaan rumah agar mendukung aktivitas belajar dan mengaji?

Semuanya dimulai dari cahaya alami. Letakkan ruang belajar atau tempat ngaji sedekat mungkin dengan jendela. Paparan sinar matahari di pagi dan siang hari bukan hanya hemat energi, tetapi juga memberikan efek psikologis yang menenangkan.

Namun, tidak semua rumah mendapat sinar alami maksimal. Untuk itu, pencahayaan buatan harus menjadi pelengkap yang cerdas. Pilihlah lampu utama yang mampu menyebarkan cahaya merata di seluruh ruangan. Lampu LED dengan daya sekitar 500 lumen bisa menjadi pilihan hemat dan terang.

Tak cukup hanya lampu utama. Kehadiran lampu belajar sangat penting, apalagi jika anak-anak belajar atau mengaji di malam hari. Pilih lampu yang bisa disesuaikan intensitas cahayanya agar nyaman di mata.

Simak Video Pilihan Ini:

Hilang 4 Hari di Hutan Kedungurang Gumelar Banyumas, Kakek 78 Tahun Ditemukan Selamat

Cahaya di Meja Belajar

Lampu meja pun perlu dipertimbangkan. Cahaya terfokus dari lampu meja bisa menghindari bayangan saat menulis atau membaca. Letakkan di sisi kiri jika pengguna dominan tangan kanan, dan di kanan untuk yang kidal.

Terkadang, yang sering diabaikan adalah warna cahaya. Warna biru, misalnya, sangat baik untuk merangsang otak dan meningkatkan konsentrasi. Ideal digunakan saat belajar di pagi hingga sore hari.

Sementara itu, cahaya kuning lebih bersifat relaksatif. Cocok digunakan menjelang malam atau untuk aktivitas mengaji, karena menciptakan suasana hangat dan menenangkan. Bagi ruang belajar yang menyatu dengan ruang keluarga, gunakan warm white agar atmosfer tetap nyaman.

Hindari pencahayaan yang terlalu terang. Silau bisa membuat mata cepat lelah dan menurunkan produktivitas. Sebaliknya, pencahayaan yang terlalu redup justru membuat mata bekerja lebih keras, memicu ketegangan otot mata.

Arah datangnya cahaya juga menentukan kenyamanan. Jangan biarkan cahaya datang langsung ke mata atau memantul ke permukaan mengilap seperti meja kaca. Gunakan pelindung lampu atau pilih sudut pantulan cahaya yang lembut.

Salah satu kesalahan umum adalah penempatan lampu yang menciptakan bayangan di atas buku. Bayangan ini mengganggu dan membuat aktivitas membaca tak nyaman. Posisi lampu harus mampu menerangi tanpa menciptakan siluet.

Menurut arsitek interior Siska Anjani, pencahayaan ruang belajar yang baik tak harus mahal. "Kuncinya adalah distribusi cahaya yang merata dan pemilihan warna cahaya yang sesuai waktu aktivitas," ujarnya dalam kanal YouTube Rumah & Cahaya.

Tempat Ngaji, Jangan Sampai Cahaya Membuat Kantuk

Di sisi lain, pencahayaan ruang ngaji juga perlu memperhatikan spiritualitas. Cahaya yang terlalu dingin bisa terasa kaku, sementara cahaya yang terlalu kuning pun bisa membuat mengantuk. Kombinasi keduanya dalam pencahayaan ganda bisa jadi solusi cerdas.

Khusus untuk anak-anak, penting memastikan lampu tidak berkedip. Flicker yang tak terlihat kasat mata bisa membuat mata tegang dan kepala pusing jika digunakan berjam-jam.

Bagi rumah yang sering digunakan untuk pengajian kecil, pastikan cahaya ruangan mampu menjangkau semua sudut. Hindari sudut-sudut gelap yang bisa mengganggu kenyamanan jemaah.

Tak hanya teknis, pencahayaan juga mempengaruhi suasana batin. Ruang yang terang cenderung meningkatkan semangat, sedangkan ruang redup memberi kesan intim dan personal. Keduanya bisa dikombinasikan sesuai kebutuhan.

Pencahayaan juga erat dengan konsep keberkahan. Dalam Islam, cahaya kerap disimbolkan sebagai petunjuk. Dalam Al-Qur’an disebut: "Allahu nuru alssamawati waal-ardh" — Allah adalah cahaya langit dan bumi (QS. An-Nur: 35). Maka, cahaya bukan hanya soal optik, tetapi juga energi spiritual.

Memiliki ruang belajar dan ruang ngaji yang nyaman dan terang bukan hal mewah. Ini bagian dari ikhtiar orang tua agar anak-anak tumbuh dalam ilmu dan iman yang seimbang.

Saat dunia luar penuh distraksi, rumah dengan pencahayaan yang tepat bisa menjadi tempat terbaik untuk menuntut ilmu dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Dengan memperhatikan pencahayaan, kita tak hanya menjaga kesehatan mata, tapi juga membuka pintu-pintu ilmu dan keberkahan. Karena sejatinya, setiap cahaya yang menerangi lembar kitab atau Al-Qur’an, adalah cahaya yang juga menerangi hati.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |