Kisah Mengharukan Abu Dujanah, Integritas yang Membuat Rasulullah Menangis

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak kenal Rasulullah SAW? Nabi mulia yang penuh kasih sayang ini juga pernah meneteskan air mata karena terharu oleh kisah seorang sahabatnya, Abu Dujanah. Abu Dujanah, atau bernama asli Simak bin Kharasha, berasal dari kabilah Khazraj. Ia dikenal sebagai sahabat yang setia, pejuang yang berani, namun juga sosok sederhana yang kesehariannya penuh dengan keteladanan. Kisah ini terjadi di Madinah, sekitar abad ke-7 Masehi, dan mengajarkan kita banyak hal tentang kejujuran, kasih sayang keluarga, dan kepedulian sosial.

Kehidupan Abu Dujanah penuh ujian. Ia hidup dalam kemiskinan, namun keimanannya tetap teguh. Suatu pagi, setelah salat subuh berjamaah, Rasulullah SAW memperhatikan Abu Dujanah yang selalu bergegas pulang tanpa menunggu doa selesai. Rasulullah SAW pun memanggilnya dan bertanya tentang alasannya. Jawaban Abu Dujanah sungguh mengharukan, sebuah kejujuran yang terpatri dalam kesederhanaan.

Dari jawaban Abu Dujanah terungkap betapa ia sangat menjaga keluarganya dari hal-hal yang haram. Meskipun hidup dalam kekurangan, ia rela menahan lapar demi memastikan keluarganya tidak memakan kurma tetangga yang jatuh di halaman rumahnya. Kisah ini bukan sekadar tentang kemiskinan, melainkan tentang keteguhan hati dalam memegang prinsip agama di tengah keterbatasan.

Simak kisah selengkapnya yang penuh makna ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (10/3/2025).

Sebagian muslim dunia berkesempatan menjalankan ibadah bulan suci ramadahan di kota Makah Arab Saudi. Suasana khusyuk pun nampak saat mereka beribadah depan kabah.

Promosi 1

Pejuang Setia yang Hidup Sederhana

Abu Dujanah dikenal sebagai sahabat Nabi yang setia dan berani di medan perang. Ia selalu siap membela agama Islam dengan segenap jiwa dan raganya. Namun di balik keteguhannya sebagai pejuang, tersimpan kisah sederhana yang penuh makna tentang kehidupan keluarganya yang serba kekurangan. Ia berasal dari suku Khazraj, salah satu suku yang berperan penting dalam sejarah Islam.

Keluarga Abu Dujanah hidup dalam kemiskinan. Mereka seringkali kekurangan makanan, dan anak-anaknya seringkali merasa lapar. Kondisi ini tidak membuat Abu Dujanah putus asa. Justru, ia semakin giat berusaha mencari nafkah dan menjaga keluarganya dari hal-hal yang haram.

Abu Dujanah adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama meskipun hidup dalam keterbatasan. Ia tidak hanya berjuang di medan perang, tetapi juga berjuang melawan kemiskinan dan godaan untuk mengambil harta yang bukan haknya.

Kejujuran yang Menyentuh Hati Rasulullah

Suatu hari, Rasulullah SAW memperhatikan Abu Dujanah yang selalu bergegas pulang setelah salat subuh. Rasulullah SAW pun memanggilnya dan bertanya, “Wahai Abu Dujanah, mengapa engkau selalu terburu-buru pulang setelah salat subuh? Apakah engkau tidak memiliki permohonan yang ingin disampaikan kepada Allah SWT sehingga engkau tidak menunggu aku selesai berdoa?”

Abu Dujanah menjawab, “Ya Rasulullah, rumah kami bersebelahan dengan rumah seseorang yang memiliki pohon kurma yang rindang. Kurma-kurma yang jatuh seringkali berada di depan rumah kami. Keluarga kami sangat miskin, anak-anakku sering kelaparan. Aku khawatir mereka akan memakan kurma tersebut, yang bukan hak kami, maka aku selalu bergegas membersihkannya dan mengembalikannya kepada pemiliknya.”

Rasulullah SAW kemudian bertanya lebih lanjut, “Apakah pernah terjadi sesuatu yang lain?” Abu Dujanah menceritakan bahwa suatu pagi ia mendapati anaknya telah memakan beberapa kurma tersebut, dan ia terpaksa mengambilnya kembali dari mulut anaknya yang kelaparan, meskipun hal itu membuat anaknya menangis. Ia berkata kepada anaknya, “Jangan permalukan ayahmu di akhirat nanti.”

Menjaga Keluarga dari yang Haram

Kisah Abu Dujanah menunjukkan betapa besarnya ujian yang dihadapi seorang muslim dalam menjaga keimanannya, terutama dalam kondisi serba kekurangan. Ia harus berjuang melawan hawa nafsu dan godaan untuk mengambil harta yang bukan haknya, demi menjaga keluarganya dari hal-hal yang haram.

Bayangkan betapa sulitnya bagi Abu Dujanah untuk mengambil kurma dari mulut anaknya yang kelaparan. Namun, ia tetap melakukannya karena ia lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT daripada memenuhi kebutuhan duniawi keluarganya. Sikap ini menunjukkan keteguhan iman dan kasih sayang yang luar biasa.

Sikap Abu Dujanah mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga diri dan keluarga dari harta yang haram. Meskipun hidup dalam kemiskinan, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama dan moral. Kejujuran dan ketaatan kepada Allah SWT harus diutamakan di atas segalanya.

Air Mata Haru atas Kejujuran Abu Dujanah

Mendengar penjelasan Abu Dujanah, Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq terharu hingga meneteskan air mata. Mereka tergerak oleh kesungguhan Abu Dujanah dalam menjaga keluarganya dari hal-hal yang haram, meskipun dalam kondisi serba kekurangan.

Rasulullah SAW sangat terkesan dengan kejujuran dan ketaatan Abu Dujanah. Beliau kemudian mencari pemilik pohon kurma tersebut dan menawarkan harga tinggi untuk membelinya. Hal ini menunjukkan kepedulian Rasulullah SAW terhadap kesulitan yang dialami sahabatnya.

Air mata Rasulullah SAW bukanlah sekadar air mata haru, tetapi juga merupakan manifestasi dari kasih sayang dan penghargaan atas keteguhan iman Abu Dujanah. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT senantiasa memperhatikan dan memberikan ganjaran kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

Bantuan Nyata untuk Abu Dujanah

Mendengar kisah Abu Dujanah, Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung tergerak untuk membantu. Ia membeli pohon kurma tersebut dengan harga yang tinggi dan memberikannya kepada Abu Dujanah.

Tindakan Abu Bakar Ash-Shiddiq menunjukkan kepedulian dan solidaritas sesama muslim. Ia tidak hanya bersimpati, tetapi juga bertindak nyata untuk meringankan beban Abu Dujanah dan keluarganya.

Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya kepedulian sosial dan saling membantu sesama. Sebagai umat muslim, kita harus saling mendukung dan meringankan beban satu sama lain, terutama bagi mereka yang membutuhkan.

Hikmah dari Kisah Abu Dujanah

  • Kejujuran dan Ketaatan: Abu Dujanah mengajarkan kita pentingnya kejujuran dan ketaatan kepada Allah SWT, meskipun dalam kondisi sulit.
  • Kasih Sayang Keluarga: Kisah ini menunjukkan kasih sayang Abu Dujanah yang luar biasa kepada keluarganya.
  • Kepedulian Sosial: Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan teladan tentang kepedulian sosial dan saling membantu.
  • Qanaah (Merasa Cukup): Abu Dujanah menunjukkan sikap qanaah, yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan tidak serakah.

Kisah Abu Dujanah menjadi teladan bagi kita untuk selalu mengutamakan kejujuran dan ketaatan kepada Allah SWT, serta menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kepada sesama, terutama keluarga kita. Meskipun hidup dalam kekurangan, kita dapat tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama dan moral.

Relevansi Kisah Abu Dujanah di Era Modern

Di era modern yang serba konsumtif ini, nilai-nilai kejujuran dan ketaatan seringkali terkikis. Godaan untuk mengambil jalan pintas dan mencari keuntungan dengan cara yang tidak halal sangat besar. Kisah Abu Dujanah mengingatkan kita untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama dan moral.

Menanamkan nilai integritas dalam keluarga sangat penting. Kita harus mengajarkan anak-anak kita untuk selalu jujur dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kita juga harus membimbing mereka untuk hidup sederhana dan tidak serakah.

Tantangan hidup halal di tengah godaan konsumerisme memang tidak mudah. Namun, dengan berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan moral, kita dapat tetap menjaga integritas dan kehormatan diri kita.

Kisah Abu Dujanah mengajarkan kita bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda yang melimpah, melainkan ketaatan kepada Allah SWT dan kepuasan hati. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk selalu berbuat baik dan menjaga kejujuran dalam setiap aspek kehidupan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |