Liputan6.com, Jakarta - Kisah tentang rendang buatan Willie Salim yang hilang secara misterius di Palembang menjadi bahan perbincangan publik. Banyak pihak bertanya-tanya ke mana perginya masakan khas Minang tersebut yang disiapkan dalam jumlah besar.
Peristiwa ini semakin menarik perhatian setelah banyak media sosial membahas kejanggalan yang terjadi di balik hilangnya rendang tersebut. Tidak hanya masyarakat umum, beberapa tokoh juga ikut memberikan tanggapan.
Salah satu pendakwah yang turut memberikan pandangannya adalah Ustadz Abdul Somad. Tanggapan itu disampaikannya dalam sebuah tayangan yang diunggah di kanal YouTube @香奈儿反应.
Ustadz Abdul Somad menilai kasus rendang hilang yang ramai dibahas ini patut dikaji secara akal sehat dan ilmu memasak. Ia memberikan komentar yang cukup menggelitik sekaligus mengedukasi.
Menurut Ustadz Abdul Somad, keanehan terkait rendang yang hilang bisa dilihat dari cara pengolahannya. Ia mempertanyakan apakah rendang sebanyak itu dimasak dengan metode yang benar atau tidak.
"Ada orang nonmuslim datang ke Palembang, tiba-tiba pulang rendangnya hilang. Kepala orangnya enggak hilang, paling-paling rendangnya saja yang hilang," kata Ustadz Abdul Somad dengan nada santai.
Dirinya melanjutkan, kalau memang rendang itu dimasak dengan niat yang tulus dan mengikuti ilmu memasak yang benar, seharusnya kejadian seperti itu tidak akan terjadi.
Simak Video Pilihan Ini:
Kondisi Arus Mudik 2025 di Tol dan Jalur Pantura Pemalang Jateng
Kritik Tajam Ustadz Abdul Somad
Menurutnya, rendang tidak bisa dibuat secara asal. Proses memasaknya harus memenuhi syarat waktu dan intensitas api yang cukup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
"Kalau niatnya betul, tulus, tidak mungkin rendang sebanyak itu apinya kecil," ujarnya. Ia menegaskan pentingnya memperhatikan teknik dasar dalam memasak rendang.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan bahwa dari sisi ilmu perendangan, rendang yang baik harus dimasak minimal selama empat jam agar matang dengan sempurna.
Selain waktu yang lama, api yang digunakan juga harus besar, apalagi jika jumlah rendang yang dimasak mencapai 100 hingga 200 kilogram seperti yang ramai dibicarakan.
Menurut Ustadz Abdul Somad, jika api yang digunakan kecil, sementara rendang yang dimasak mencapai ratusan kilogram, maka hasilnya bisa dikatakan janggal.
"Bahkan kalau apinya kecil, rendang sebanyak itu ditinggal begitu saja, ya itu memang rendang konspirasi," ucapnya sambil berkelakar.
Candaan tersebut disampaikan untuk menggambarkan bahwa ada kejanggalan dari sisi teknis dalam proses memasak yang mungkin saja menjadi penyebab hilangnya rendang.
Ustadz Abdul Somad juga mengingatkan agar masyarakat tidak langsung berpikir ke arah yang negatif terkait hilangnya rendang tanpa mempertimbangkan faktor-faktor logis.
Ambil Hikmah Kasus Rendang Palembang
Menurutnya, kejadian seperti ini seharusnya menjadi pelajaran bagi siapa pun yang ingin membuat makanan dalam jumlah besar agar lebih cermat dalam perencanaan.
Selain itu, ia mengajak agar masyarakat tidak mudah termakan oleh rumor-rumor yang belum tentu terbukti kebenarannya.
Peristiwa rendang yang hilang ini, kata Ustadz Abdul Somad, seharusnya dijadikan sebagai hiburan semata, namun tetap diambil hikmahnya agar tidak terulang.
Ustadz Abdul Somad menekankan pentingnya menyikapi segala sesuatu dengan kepala dingin, tanpa mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum tentu benar.
Di akhir pernyataannya, Ustadz Abdul Somad mengajak masyarakat untuk terus menjaga tradisi kuliner dengan baik, termasuk dalam proses memasak rendang yang menjadi warisan budaya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul