Kumpulan Doa Nabi Muhammad untuk Umatnya, Syafaat hingga Diselamatkan dari Azab

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Doa para nabi pasti mustajab. Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan sekalian alam, yang penuh dengan kasih sayang kepada umatnya. Doa Nabi Muhammad untuk umatnya pastilah yang terbaik.

Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah II menjelaskan, setiap nabi mempunyai doa untuk umatnya, bila ia panjatkan niscaya doanya itu diperkenankannya, walau buruk sekalipun. Hal ini pernah terjadi pada Nabi Nuh AS yang mendoakan agar umatnya dibinasakan dan terkabul dengan datangnya air bah banjir yang menenggelamkan kaumnya yang durhaka.

Banyak doa Rasulullah SAW yang diabadikan dalam Al-Qur'an dan hadis. Beberapa di antaranya adalah doa Nabi Muhammad untuk umatnya.

1. Doa Nabi Muhammad untuk Umatnya tentan pemberian skaffat

Berikut ini adalah rangkuman doa Nabi Muhammad SAW untuk umatnya, dirangkum dari berbagai sumber:

Ada doa Rasulullah SAW yang disimpan hingga hari kiamat. Sementara, doa itu pasti mustajab. Doa ini adalah doa permohonan syafaat (pengampunan) Allah SWT terhadap umat Nabi, selain hak istimewa syafaat yang dimiliki Rasulullah sendiri.

Doa syafaat ini sangat terkenal di kalangan umat Islam dan sebagai wujud nyata kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: Ada untuk setiap nabi, satu doa yang (pasti) dikabulkan. Namun, setiap nabi (lain) tergesa-gesa dalam berdoa. Sedangkan aku menyimpan doaku itu untuk syafaat bagi umatku di Hari Akhir. Dan doa itu dengan izin Allah akan dikabulkan selama umatku tidak mati dengan keadaan menyekutukan Allah.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6304).

Bunyi doa tersebut yakni:

أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ

Latin: Ummati yā Rabb, ummati yā Rabb, ummati yā Rabb

Artinya: “Umatku wahai Tuhanku, umatku wahai Tuhanku, umatku wahai Tuhanku.”

Doa ini merupakan petikan dari hadis berikut ini:

اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ، فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا فَيَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ، وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ العَرْشِ، فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا، لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي، ثُمَّ يُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُولُ: أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ البَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ، ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ مَا بَيْنَ المِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الجَنَّةِ، كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَحِمْيَرَ - أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى

Artinya: "Temuilah Muhammad." Kali ini, mereka menemui Muhammad dan berkata, "Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang akan datang dan yang telah lalu. Mohonlah pertolongan kepada Tuhan untuk kami. Tidakkah engkau melihat apa yang tengah menimpa kami?" Nabi saw. bersabda, "Aku pun pergi menuju bawah ‘Arasy. Di sana aku bersujud pada Tuhanku. Allah membukakan kebaikan-kebaikan-Nya kepadaku yang belum pernah diberikan kepada siapa pun sebelumku. Lalu terdengar panggilan, 'Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah engkau, niscaya akan diberi. Mintalah syafaat, niscaya akan dipenuhi.' Aku mengangkat kepala dan berkata, 'Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan. Umatku, ya Tuhan.' Lalu terdengar, 'Wahai Muhammad, masukkan umatmu dari golongan yang tidak dihisab ke surga melalui pintu sebelah kanan. Selebihnya masuk melalui pintu yang lain.' Demi Zat yang jiwaku dalam kuasa-Nya, jarak antara dua pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Himyar atau Mekah dan Bashrah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jumhur ulama bersepakat, dia ini bukan hanya untuk mereka yang hidup sezaman dengan Nabi SAW, tetapi untuk umatnya yang hidup hingga berakhirnya dunia.

Imam al-Nawawi  dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa doa mustajab ini adalah doa istimewa yang pasti dikabulkan Allah bagi setiap Nabi. Nabi Muhammad SAW tidak menggunakannya untuk urusan dunia, melainkan menunda agar menjadi syafaat agung (asy-syafā‘ah al-‘uzhmā) di hari kiamat. Ini bentuk kasih sayang beliau kepada umat.

Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menegaskan bahwa syafaat Nabi bukan hanya sekali, melainkan berlapis-lapis (syafaat terbesar, syafaat bagi ahli maksiat, syafaat keluar dari neraka). Hadis ini khusus menyebut syafaat terbesar agar umat Islam yang tidak syirik mendapatkan pertolongan.

2. Doa Rasulullah untuk Aisyah dan Umatnya

Dua Rasulullah untuk Aisyah RA dan umatnya. Berikut bacaannya:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، وَمَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ

Latin: Allāhumma’ghfir li-‘Ā’isyata mā taqaddama min dzanbihā wa mā ta’akhkhar, wa mā asarrat wa mā a‘lanat.

Artinya: “Ya Allah, ampunilah ‘Aisyah, dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang, yang ia sembunyikan maupun yang ia tampakkan.”

Doa populer ini berasal dari riwayat Aisyah RA:

عن عائشة رضي الله عنها قالت: لما رأيت من النبي صلى الله عليه وسلم طيب نفس، قلت: يا رسول الله، ادع الله لي, فقال: ((اللهم اغفر لعائشة، ما تقدم من ذنبها وما تأخَّر، ما أسرَّتْ وما أعلنَتْ))، فضحكت عائشة حتى سقط رأسها في حجرها من الضحك، قال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أيسرُّك دعائي؟)) فقالت: وما لي لا يسرني دعاؤك؟! فقال صلى الله عليه وسلم: ((والله إنها لدعائي لأُمَّتي في كل صلاة))؛ رواه ابن حبان في صحيحه (7111)، وحسَّنه الأرناؤوط والألباني في ((السلسلة الصحيحة)) (2254).

Artinya: ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha berkata,

“Ketika aku melihat Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam sedang tenang, aku berkata, “Wahai Rosulullah, do’akanlah aku..”

Beliau bersabda, “Ya Allah ampunilah ‘Aisyah.. dosa-dosanya yang telah berlalu maupun yang akan datang, yang rahasia maupun yang terang-terangan..”

Maka ‘Aisyah tertawa hingga kepalanya jatuh di pangkuan beliau.

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah do’aku tadi membuatmu senang..?”‘Aisyah menjawab, “Aku sangat senang dengan do’amu..”Beliau bersabda, “Demi Allah, itu adalah do’aku untuk ummatku di setiap sholat..”

(HR. Ibnu Hibban dalam shohihnya no 7111 dan dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Bani dalam silsilah shohihah no 2254), diterjemahkan oleh,Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc.

Ibn Hajar menjelaskan bahwa doa Nabi SAW kepada ‘Āisyah ini bukan hanya doa pribadi untuk istri beliau, melainkan simbol doa Nabi untuk seluruh umatnya. Hal itu dibuktikan dengan sabda beliau setelah berdoa: "وَاللَّهِ إِنَّهَا لَدَعْوَتِي لِأُمَّتِي فِي كُلِّ صَلَاةٍ" “Demi Allah, sungguh doa ini adalah untuk umatku dalam setiap salatku.”

Artinya, doa ampunan menyeluruh (masa lalu, masa depan, yang tersembunyi, dan yang tampak) berlaku juga untuk umat Islam yang beriman.

3. Doa agar Umatnya Diselamatkan dari Azab

Oleh karena itu, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw berdoa kepada Allah agar umatnya diselamatkan dari adzab, baik di dunia maupun di akhirat.

Di antara doa Nabi Saw agar umatnya diselamatkan dari adzab di dunia adalah sebagai berikut;

اَللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى اُمَّتِيْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ وَلاَ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ وَلاَ تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا

Latin: Allohumma laa tursil ‘alaa ummatii ‘adzaaban min fauqihim walaa min tahti arjulihima wala talbishum syiya’an.

Artinya: Ya Allah, jangan Engkau kirim kepada umatku adzab dari arah atas mereka, dan juga jangan kirim adzab dari arah kaki mereka, dan jangan Engkau campurkan mereka dengan macam-macam golongan yang saling bertentangan.

Doa ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, dia berkata;

لما نزلت هذه الاية: قل هو القادر على ان يبعث عليكم عذابا من فوقكم…الاية قال : فقام النبي صلى الله عليه وسلم فتوضأ ثم قال: اَللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى اُمَّتِيْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ وَلاَ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ وَلاَ تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا

Setelah turun ayat ini ‘Qul huwal qoodiru ‘alaa ayyab’atsa ‘alaikum ‘adzaaban min fauqikum.. sampai akhir ayat. Ibnu Abbas berkata; Kemudian Nabi Saw berdiri dan melakukan wudhu, dan lalu beliau berdoa; Allohumma laa tursil ‘alaa ummatii ‘adzaaban min fauqihim walaa min tahti arjulihima wala talbishum syiya’an. (Ya Allah, jangan Engkau kirim kepada umatku adzab dari arah atas mereka, dan juga jangan kirim adzab dari arah kaki mereka, dan jangan Engkau campurkan mereka dengan macam-macam golongan yang saling bertentangan).

Ibn Hajar menjelaskan bahwa doa ini berkaitan dengan firman Allah dalam QS. al-An‘ām [6]: 65:قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا...“Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu dari atasmu atau dari bawah kakimu, atau menjadikan kamu bergolong-golongan dan merasakan keganasan sebagianmu terhadap yang lain...”

Menurut Ibn Hajar, doa Nabi SAW adalah permohonan agar umat Islam tidak ditimpa tiga macam azab besar ini.

4. Doa Agar Umatnya Tak Binasa (Punah)

Nabi SAW pernah mendoakan agar umatnya tidak dibinasakan dengan dua macam bencana, yaitu bencana kelaparan dan bencana alam (ditenggelamkan). Dan dua doa Nabi SAW itu terkabul.

Namun, ada satu doa Nabi SAW yang ditolak atau ditangguhkan meskipun beliau adalah manusia pilihan Allah. Kejadian ketika doa Nabi tidak dikabulkan oleh Allah terekam dalam sebuah hadits riwayat Ahmad nomor 1596 dan Muslim nomor 7442:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ ذَاتَ يَوْمٍ مِنَ الْعَالِيَةِ، حَتَّى إِذَا مَرَّ بِمَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَةَ دَخَلَ فَرَكَعَ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، وَصَلَّيْنَا مَعَهُ، وَدَعَا رَبَّهُ طَوِيلًا، ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَيْنَا، فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، سَأَلْتُ رَبِّي: أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu hari sampai di tempat tinggi, hingga beliau melewati sebuah Masjid milik Bani Muawiyah. Beliau kemudian memasuki masjid tersebut, sholat dua rakaat, dan kami sholat bersama beliau yang dilanjutkan dengan beliau berdoa kepada Allah lama sekali. Beliau kemudian membaur bersama kami dan bersabda: “Aku memohon kepada Allah tiga doa. Dia mengabulkan dua doa dan menolak satu doa. Aku memohon kepada Allah agar umatku tidak dibinasakan karena kelaparan, dan Dia kabulkan doaku. Aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan cara ditenggelamkan, dan Dia kabulkan doaku. Dan aku memohon agar tidak ada permusuhan di antara umatku, namun Dia menolaknya”.

Tentang Doa Nabi ini, Imam al-Nawawi menegaskan bahwa hadis ini sejalan dengan QS. al-An‘ām: 65. Allah memberi jaminan atas dua permintaan Nabi SAW, yaitu tidak membinasakan umatnya secara total dengan as-sanah, maksudnya paceklik panjang yang mematikan (kelaparan seperti umat-umat terdahulu) dan al-gharaq, kebinasaan menyeluruh dengan banjir tenggelam seperti kaum Nuh.

Artinya, umat Nabi Muhammad tidak akan dibinasakan habis-habisan dengan dua azab tersebut.

Tentang Permintaan Ketiga Al-Nawawi menjelaskan bahwa doa agar umat tidak saling bermusuhan tidak dikabulkan sepenuhnya, karena Allah telah menetapkan adanya ikhtilaf, fitnah, dan peperangan di antara umat ini sebagai ujian.Menurut al-Nawawi, Allah menolak permintaan ini karena:

  • Permusuhan adalah bagian dari hikmah Allah untuk menguji siapa yang sabar, siapa yang bertakwa, dan siapa yang mengikuti hawa nafsu. Dari fitnah dan perpecahan itu lahir pula kelompok yang tetap teguh di atas kebenaran, yang disebut dalam hadis lain sebagai ṭā’ifah manṣūrah (golongan yang ditolong).
  • Al-Nawawi menekankan bahwa walaupun umat mengalami perpecahan dan pertikaian, tidak semua umat binasa. Akan selalu ada golongan yang Allah jaga di atas kebenaran hingga hari kiamat. Ini menunjukkan kelebihan umat Muhammad, mereka tidak dihancurkan total sebagaimana umat-umat terdahulu, meskipun tetap diuji dengan konflik internal.

5. Doa Nabi Muhammad yang Tercurah dari Sujud

Dalam buku Saat Rasulullah Bergenang Air Mata karya Mohd Khairi Ismail, diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin al-Ash RA, bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa Nabi Muhammad SAW. Ketika langit mendung dan suasana menjadi kelam, Rasulullah SAW teringat kepada azab yang pernah menimpa umat-umat terdahulu.

Dalam Shahih Muslim (no. 202) diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: تَلاَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي إِبْرَاهِيمَ: رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [Ibrahim: 36].

وَقَوْلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ: إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [Al-Mâ’idah: 118].

فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَدَيْهِ وَقَالَ: "اللَّهُمَّ أُمَّتِي أُمَّتِي" وَبَكَى.

فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: "يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ." فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَسَأَلَهُ، فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِمَا قَالَ وَهُوَ أَعْلَمُ. فَقَالَ اللَّهُ: "يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ: إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ."

TerjemahanDari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash berkata: Rasulullah ﷺ membaca firman Allah tentang Ibrahim:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka sesungguhnya dia termasuk golonganku, dan barangsiapa mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 36)

Lalu membaca ucapan Isa ‘alaihis salam:

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Mâ’idah: 118)Maka Rasulullah ﷺ mengangkat tangannya seraya berdoa: “Ya Allah, umatku… umatku!” lalu beliau menangis.

Maka Allah berfirman: “Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad — sementara Rabbmu lebih mengetahui — lalu tanyakan kepadanya: ‘Apa yang membuatmu menangis?’.”

Jibril datang dan bertanya, lalu Rasulullah ﷺ menjawab. Allah berfirman: “Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakan: ‘Sesungguhnya Kami akan membuatmu ridha terhadap umatmu, dan Kami tidak akan menyusahkanmu.’” (HR. Muslim, no. 202).

Hadis ini menunjukkan betapa besar kasih dan kepedulian Rasulullah ﷺ kepada umatnya, bahkan lebih daripada perhatian beliau terhadap dirinya sendiri. Karena itu beliau terus memohonkan ampun dan menangis demi keselamatan umat.

Jaminan Allah akan syafaat dan ridha, para ulama menjelaskan bahwa Allah menenangkan Nabi ﷺ dengan janji: “Kami akan membuatmu ridha terhadap umatmu dan tidak menyusahkanmu.” Ini dipahami sebagai jaminan syafaat besar Nabi ﷺ di akhirat, dan bentuk keistimewaan beliau dibanding nabi-nabi lain. (Lihat: Syarh Muslim an-Nawawi, 2/52).

6. Doa Nabi untuk Kaumnya yang Belum Beriman

Sosok Muhammad SAW sebagai nabi sekalian alam salah satunya terbukti dalam doa-doanya. Tak hanya untuk umatnya yang telah beriman, doa Nabi SAW juga dipanjatkan untuk kaum yang belum beriman.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Latin: Allāhumma ighfir li-qawmī fa-innahum lā ya‘lamūn.

Artinya: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Doa ini diriwayatkan Sahl bin Sa’d as-Sa’idi RA Rasulullah Saw memanjatkan doa ampunan bagi orang-orang non-Muslim berikut ini:

“Dari Musa bin Uqbah, dari Ibnu Syihab, dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idy, berkata: Rasulullah Saw berdoa: Ya Allah, ampunilah kaumku (yang masih belum beriman itu) karena mereka sesungguhnya tidak mengerti.” (HR. Ibnu Hibban).

Nabi Muhammad Saw memanjatkan doa ini ketika beberapa di antara orang kafir Quraisy menghina dan mencederai beliau.

Dalam riwayat yang lebih populer, doanya sebagai berikut ini:

اللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Latin: Allāhumma ihdi qawmī fa innahum lā ya‘lamūn

Artinya: Ya Allah, tunjukkanlah kaumku itu, karena mereka sesungguhnya tidak mengerti

Pada saat orang-orang Tha’if menolak kehadiran Nabi Muhammad Saw dan mengusir dari kota mereka, nabi tidak mendoakan buruk kepada mereka. Bahkan, ketika ada malaikat turun dan menyatakan kesediaannya untuk menyiksa mereka, nabi justru menolaknya.

Belakangan, orang Thaif dan Bani Quraisy berada dalam barisan muslimin.

Demikian beberapa doa Nabi Muhammad untuk umatnya yang menunjukkan betapa besar kasih sayangnya. 

People also Ask:

1. Apa doa yang sering dibaca Nabi Muhammad?

“Yang sering dibaca oleh Nabi ﷺ adalah, 'Ya muqallibal quluub tsabbit qalbii 'ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)'.”

2. Apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya?

Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya prinsip-prinsip tauhid (penyembahan hanya kepada Allah), pentingnya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta mengajarkan akhlak mulia seperti kejujuran (shiddiq), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), fathonah (cerdas), serta pentingnya persatuan, kasih sayang, dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, seperti dengan meninggalkan perbuatan keji dan berbuat baik kepada sesama.

3. Apa doa kuat Nabi Muhammad?

Apa doa yang sering dipanjatkan Nabi? " Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." Yā Muqallibal-qulūbi, thabbit qalbī 'alā dīnik . Doa Nabi Muhammad (saw) yang ampuh ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keteguhan iman dan menyadari potensi goyangnya hati.

4. Apa doa yang diajarkan Rasulullah saat menghadapi musibah?

Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ. Artinya: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya."

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |