Liputan6.com, Jakarta - Musim haji bukan hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga ajang silaturahmi dan berbagi kebahagiaan lewat oleh-oleh. Tradisi membawa buah tangan seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan ibadah haji Indonesia, termasuk pada 2025 ini.
Di tengah hiruk-pikuk ibadah, ada satu tempat yang selalu dituju banyak jamaah sebelum kembali ke tanah air: Pasar Kakiyah. Pasar ini dikenal luas sebagai destinasi belanja favorit bagi para peziarah dari Nusantara.
Berada di Makkah, sekitar 8 kilometer dari Masjidil Haram, pasar ini mendapat julukan unik dari para jamaah Indonesia: Tanah Abang-nya Arab Saudi. Julukan ini muncul karena suasana dan jenis barang dagangan yang sangat mirip dengan pusat grosir di Jakarta itu.
Pasar yang memiliki nama resmi Pasar Grosir Juma’a atau Kakiah ini terletak di Jalan Ibrahim Al Khalil. Kawasan ini termasuk salah satu pusat perdagangan terbesar dan tersibuk di kota suci Makkah.
Dikutip Jumat (02/05/2025) dari tayangan video di kanal YT NU Online ID, Pasar Kakiyah dijuluki sebagai “surga belanja” oleh-oleh bagi jamaah haji asal Indonesia maupun negara-negara lain.
Pasar tiga lantai ini dipenuhi aneka produk yang sangat diminati jamaah. Mulai dari peralatan ibadah, makanan khas, sampai aksesori dan souvenir tersedia dalam jumlah besar dan variasi melimpah.
Simak Video Pilihan Ini:
Mahasiswi Melahirkan Sendirian di Toilet Lantas Pukul dan Cekik Bayinya hingga Tewas
Apa Saja Barang yang Dijual?
Jenis barang yang paling dicari antara lain abaya, gamis, kurma, peci, sajadah, tasbih, parfum, gantungan kunci, teko Arab, bahkan mainan anak-anak. Semua itu bisa ditemukan dalam satu area yang terorganisir rapi.
Menariknya, tidak semua barang yang dijual berasal dari Arab Saudi. Banyak produk yang didatangkan dari negara lain, terutama Tiongkok dan India, karena harganya yang lebih murah dan kualitasnya tetap disukai.
Untuk teko Arab lengkap dengan gelasnya, harga berkisar antara 70 hingga 100 riyal. Boneka unta dijual seharga 20 hingga 30 riyal. Sementara abaya berkisar dari 25 hingga 150 riyal, tergantung bahan dan model.
Serban atau sorban yang juga diminati para pria dijual mulai dari 15 riyal hingga 25 riyal. Jamaah yang punya dana lebih biasanya memborong barang untuk dibagikan di kampung halaman.
Salah satu daya tarik utama pasar ini adalah kemampuan para pedagang berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Banyak yang belajar secara otodidak demi memudahkan transaksi dengan pembeli dari Indonesia.
Lucu, Penjual Pakai Nama Jokowi untuk Mata Uang Indonesia
Beberapa di antaranya bahkan bisa bercakap dalam bahasa Jawa, yang membuat para jamaah merasa seperti sedang berbelanja di kampung sendiri. Komunikasi yang cair membuat proses tawar-menawar terasa menyenangkan.
Lucunya, istilah “Jokowi” dipakai sebagai pengganti kata “rupiah”. Saat pembeli bertanya harga, penjual kerap menjawab, “Seratus Jokowi,” yang artinya seratus ribu rupiah.
Saat musim haji, pasar ini tak pernah sepi dari pengunjung asal Indonesia. Mereka menyempatkan diri datang ke pasar ini di sela-sela ibadah, biasanya dengan menggunakan taksi dari hotel masing-masing.
Barang-barang yang dibeli akan dikemas dalam koper utama. Namun, untuk menghindari kelebihan bagasi, sebagian jamaah memilih mengirim oleh-oleh lewat jasa kargo yang banyak tersedia di sekitar pasar.
Jika koper melebihi batas yang diizinkan maskapai, biasanya akan dibongkar oleh petugas di bandara. Hal ini membuat banyak jamaah kini lebih berhati-hati dan cermat dalam membawa oleh-oleh.
Pasar Kakiah bukan sekadar tempat belanja. Ia telah menjadi bagian dari narasi perjalanan haji jamaah Indonesia, menghadirkan pengalaman budaya, transaksi, dan kenangan yang akan dibawa pulang ke tanah air.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul