Liputan6.com, Jakarta - Setiap muslim tentu merindukan tanah suci dan ingin melaksanakan ibadah haji. Namun, sistem antrean dan waktu tunggu yang sangat panjang kerap menjadi penghalang niat sebagian orang, terutama yang sudah berusia lanjut.
Pada 2025 ini, antrean haji bahkan sudah mencapai puluhan tahun. Di beberapa daerah, antrean haji sudah mencapai 30 tahun lebih.
Pertanyaan seperti itu disampaikan oleh seorang jamaah bernama Eman dari Tangerang dalam sebuah majelis pengajian di Al-Bahjah. Ia merasa bingung karena usia yang sudah lanjut, sementara antrean haji di wilayahnya mencapai 26 tahun.
Menanggapi hal ini, pendakwah KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya memberikan penjelasan menenangkan dan mendalam. Dikutip Jumat (01/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya mengingatkan pentingnya berhusnudzan kepada Allah.
“Kenapa Anda gak mau? Waktu tunggu 26 tahun? Enggak mau Anda husnudzan kepada Allah kalau hajinya lebih lama. umur Anda panjang dan sehat?” ujar Buya Yahya. Menurutnya, sebagian orang terlalu cepat menyimpulkan nasibnya seolah pasti tidak akan sampai usia keberangkatan.
Ia menambahkan bahwa waktu tunggu 26 tahun hanya tampak dari sisi lahir, padahal bisa saja seorang calon jamaah mendapatkan pengajuan atau percepatan karena kondisi tertentu. Ini semua atas kuasa Allah.
Buya Yahya juga menjelaskan bahwa seseorang yang sudah berniat dan berusaha untuk mendaftar haji, namun meninggal sebelum sempat berangkat, tetap mendapatkan pahala haji. Sebab haji itu dimulai dengan azam, bukan semata-mata dengan pelaksanaan fisiknya.
Simak Video Pilihan Ini:
Buntut Tawuran Antar-Geng Lintas Kabupaten Pemalang-Pekalongan, 4 Bocil Diancam Penjara 10 Tahun
Jika Rindu, Tetap Daftar Haji Saja
Menurutnya, orang yang benar-benar rindu haji harus tetap mendaftar dan meniatkannya karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan gelar “H” yang kerap kali menjadi prestise sosial di masyarakat Indonesia.
“Kalau Anda haji hanya untuk mendapatkan gelar, maka itu khawatir bukan karena Allah. Tapi kalau karena rindu pahala dari Allah, niat dan azam saja sudah bernilai,” jelasnya dalam ceramah tersebut.
Buya Yahya menyebutkan bahwa capeknya menjalankan rukun-rukun haji seperti tawaf, sa’i, hingga tinggal di tenda-tenda yang jauh di Mina merupakan perjuangan besar yang menghasilkan pahala besar pula.
Oleh sebab itu, ketika seseorang yang sudah berazam meninggal sebelum menunaikannya, maka Allah akan memberikan pahala sempurna seolah ia telah menjalankannya dengan susah payah.
Ia menegaskan bahwa niat murni dalam ibadah sangat menentukan. Bukan hanya formalitas atau karena ingin memenuhi gelar di undangan pernikahan atau acara keluarga.
Buya Yahya juga menyoroti kecenderungan sebagian orang yang malah mengganti rencana hajinya dengan umrah hanya karena merasa tidak akan sampai pada waktu berangkat. Ini disebutnya sebagai bentuk su’udzan kepada Allah.
“Jangan su’udzan kepada Allah. Jangan berprasangka buruk. Yang penting jalankan ibadah karena Allah. Jangan mudah gelisah dan khawatir,” katanya.
Jika seseorang memiliki rezeki untuk berangkat umrah, maka itu bisa dijalankan tanpa harus menggugurkan niat haji. Karena keduanya adalah ibadah yang berbeda dan memiliki nilai masing-masing.
Semuanya Tergantung Niat
Namun, tetaplah mendaftarkan diri untuk haji jika mampu. Walau pelaksanaannya menunggu belasan bahkan puluhan tahun ke depan, itu tetap menjadi bentuk tanggung jawab atas kemampuan dan harta yang dimiliki.
Orang yang sudah memiliki harta, misalnya motor, sawah, rumah lebih dari satu, sangat disarankan untuk menjadikannya jalan menuju haji dengan mendaftar lebih dahulu meskipun belum bisa berangkat dalam waktu dekat.
Buya Yahya menegaskan bahwa pendaftaran haji adalah bentuk azam yang menggugurkan dosa. Maka siapa yang mampu, hendaknya segera mendaftar dan menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah atas usia dan waktu berangkat.
Ia menyebut bahwa masih banyak orang di usia 75 tahun yang masih sehat dan bugar. Jadi, bukan tidak mungkin seseorang yang hari ini berusia 49 tahun, masih bisa naik haji saat tiba gilirannya.
Semua tergantung niat, usaha, dan prasangka baik kepada Allah. Jangan sampai pesimis dan mengira ajal akan datang lebih dulu hanya karena melihat daftar tunggu yang panjang.
Akhirnya, Buya Yahya menutup dengan harapan agar siapa pun yang telah berniat dan mendaftar haji bisa diberikan umur panjang dan kesehatan, agar bisa melaksanakan rukun Islam kelima itu dengan sempurna.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul