Membongkar Rahasia Desain Minimalis Rumah Arab, Simpel tapi Efektif Menangkal Panas

15 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji dari seluruh dunia mulai berdatangan ke Arab Saudi, menuju ke Dua Kota Suci, Makkah dan Madinah. Mereka hendak melaksanakan kewajiban syariat, ibadah haji 2025.

Salah satu yang menarik di tanah Arab adalah bangunan-bangunannya yang eksotis. Salah satunya, menilik desain rumah Arab yang simpel alias minimalis namun unik. 

Desain rumah di berbagai belahan dunia biasanya disesuaikan dengan kondisi alam dan budaya setempat. Di Indonesia, genteng menjadi komponen penting dari struktur rumah, tapi berbeda halnya dengan di negara-negara Arab.

Jika Anda perhatikan, hampir semua rumah di kawasan Timur Tengah tidak menggunakan genteng seperti di Indonesia. Atap rumah-rumah di sana umumnya datar dan tidak miring. Lantas, apa alasan di balik pilihan desain tersebut?

Rupanya, ada banyak pertimbangan fungsional yang membuat masyarakat Arab memilih desain rumah tanpa genteng. Salah satunya berkaitan langsung dengan kondisi iklim ekstrem yang mereka hadapi sehari-hari.

Negara-negara di Semenanjung Arab dikenal memiliki suhu yang sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 50 derajat Celsius saat musim panas tiba. Kondisi ini menuntut desain rumah yang mampu mengisolasi panas dengan maksimal.

Dikutip Jumat (02/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @ventour_travel, rumah-rumah tanpa genteng justru terbukti lebih efektif dalam menahan panas ekstrem tersebut. Atap datar berfungsi sebagai penahan langsung terhadap sinar matahari.

Desain atap datar memungkinkan panas meresap secara merata, bukan mengumpul seperti pada atap genteng miring. Selain itu, dinding rumah yang lebih tebal juga membantu menjaga suhu dalam ruangan tetap stabil.

Simak Video Pilihan Ini:

Motor Pelaku Klitih Ketinggalan karena Aksinya Kepergok Warga di Yogyakarta

Minim Curah Hujan

Saat malam tiba, suhu di kawasan gurun bisa turun drastis. Uniknya, rumah tanpa genteng justru membuat suhu dalam ruangan menjadi lebih hangat. Ini menjadi kelebihan tersendiri dalam menghadapi perubahan suhu ekstrem.

Faktor curah hujan yang sangat minim juga berperan besar. Di negara-negara Arab, hujan sangat jarang turun sehingga tidak ada kebutuhan mendesak untuk membuat atap miring seperti di daerah tropis.

Atap miring umumnya dibuat untuk mengalirkan air hujan. Namun di Arab, dengan curah hujan yang rendah, kebutuhan tersebut hampir tidak relevan. Karena itu, desain atap datar menjadi pilihan paling logis dan efisien.

Desain ini juga menawarkan keuntungan lain: area datar di atap bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti menjemur pakaian, menyimpan barang, hingga sebagai tempat istirahat pada malam hari.

Tak hanya itu, atap datar jauh lebih tahan terhadap angin kencang yang sering terjadi di gurun. Genteng-genteng seperti di Indonesia bisa mudah terlepas jika diterpa angin kencang, namun ini tak jadi masalah dengan atap datar.

Kondisi angin di kawasan gurun juga sering disertai badai pasir. Desain rumah Arab dirancang agar mampu menghadapi fenomena tersebut, termasuk dengan struktur atap yang kokoh dan minim celah.

Pilihan material bangunan pun disesuaikan. Banyak rumah Arab dibangun dengan material tanah liat atau batu bata yang mampu menahan suhu panas luar dan menjaga kelembaban di dalam ruangan.

Sejak Kapan Tradisi Desain Rumah seperti Ini?

Tradisi membangun rumah seperti ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Bahkan rumah-rumah di era Nabi Muhammad SAW pun memiliki atap datar dan tidak menggunakan genteng seperti rumah modern di negara tropis.

Fungsi sosial juga ikut membentuk arsitektur ini. Di banyak wilayah, atap rumah sering dijadikan tempat berkumpul atau beristirahat pada malam hari saat suhu mulai sejuk. Fungsi ini sulit didapat jika menggunakan genteng.

Dengan begitu banyak pertimbangan praktis dan lingkungan, tak heran jika masyarakat Arab tetap mempertahankan desain rumah tanpa genteng meskipun teknologi modern sudah berkembang.

Mereka mengutamakan keselarasan dengan alam dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, terutama air dan energi, untuk kenyamanan tempat tinggal sehari-hari.

Lebih dari sekadar estetika, arsitektur rumah di Arab mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem, sekaligus menjadi warisan budaya yang bertahan lintas generasi.

Fenomena ini menjadi pelajaran menarik bagi kita bahwa desain bangunan sebaiknya tidak hanya meniru tren global, tapi juga mempertimbangkan kebutuhan lokal dan kondisi iklim yang khas.

Dengan memahami alasan di balik desain rumah Arab, kita bisa lebih menghargai ragam arsitektur dunia dan bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara cerdas dan alami.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |