Perayaan Idul Fitri Jangan Lama-Lama Kata Gus Baha, Ini Alasannya

2 days ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Idul Fitri memang menjadi momen yang sangat dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Tradisi mudik, berkumpul bersama keluarga, hingga saling memaafkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lebaran.

Namun, di balik meriahnya tradisi itu, sosok KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memberikan pandangan yang cukup berbeda. Gus Baha menilai, perayaan Idul Fitri sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama.

Menurut Gus Baha, memperpanjang suasana lebaran bisa berdampak pada kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat. Semangat bekerja bisa tergerus jika orang terlalu larut dalam euforia perayaan.

"Tradisi hari raya (lebaran) di kediaman saya hanya saat hari pertama saja atau sampai malam hari ke dua Syawal," ucap Gus Baha dalam pengajian tersebut, yang dikutip dari kanal YouTube Santri Gayeng. 

Gus Baha mengingatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan agar umat Islam tidak meninggalkan aktivitas yang lebih bermanfaat, termasuk bekerja, setelah selesai menunaikan ibadah Ramadhan.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Gus Baha menegaskan bahwa bekerja sesuai kemampuan masing-masing merupakan ibadah utama yang harus dilanjutkan usai lebaran.

"Orang biar tetap kerja sesuai dengan kemampuan masing-masing dan itu ibadah yang paling utama," terang Gus Baha dalam ceramahnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Salah Tangkap, Pencari Bekicot Diintimidasi dan Dipermalukan

Promosi 1

Ikuti Jejak Mbah Maimoen

Lebih lanjut, Gus Baha menegaskan bahwa tidak ada keterangan yang menjelaskan bahwa ibadah terbaik adalah dengan terus-terusan menjamu tamu di hari raya.

"Memang termasuk kebaikan, tapi ibadah terbaik adalah kerja," jelas Gus Baha, menegaskan agar umat Islam tetap menjaga keseimbangan.

Gus Baha pun berbagi pengalaman bagaimana pelajaran tentang makna bekerja sebagai ibadah utama ini didapat langsung dari sosok guru yang sangat ia hormati, yaitu KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Kepada para santrinya, Gus Baha menceritakan bahwa Mbah Moen senantiasa menjaga prinsip bekerja meskipun di tengah suasana lebaran yang meriah.

"Ketika makan di rumahnya, yang ia makan adalah uang hasil jualannya," ujar Gus Baha mengenang teladan Mbah Moen yang tetap berdagang selepas lebaran.

Kesederhanaan Mbah Moen tidak hanya terlihat dari konsistensinya dalam berdagang, namun juga dari cara makan sehari-harinya yang sangat membumi.

Pecel Mbah Moen

Gus Baha menceritakan bahwa Mbah Moen seringkali hanya menyantap pecel yang dibeli dari santri-santrinya sendiri, tanpa gengsi ataupun berlebihan.

"Pecel yang dijual pada santri-santrinya itu," kata Gus Baha, mengisahkan kebiasaan sederhana Mbah Moen yang sangat membekas di hati para muridnya.

Melalui keteladanan sang guru, Gus Baha ingin menekankan pentingnya menjaga semangat bekerja, bahkan di tengah momen yang penuh kegembiraan sekalipun.

Gus Baha menegaskan bahwa sikap seperti Mbah Moen menjadi contoh konkret bahwa ibadah tidak selalu identik dengan ritual, tetapi juga bisa berbentuk aktivitas harian yang diniatkan untuk Allah SWT.

Maka dari itu, Gus Baha mengajak umat Islam agar menjadikan lebaran sebagai momen untuk bersyukur, bukan justru melupakan kewajiban utama yaitu bekerja.

"Kalau terus-terusan lebaran sampai berhari-hari, nanti pasar sepi, ekonomi jalan lambat," ujar Gus Baha menyoroti dampak praktis dari perayaan yang terlalu panjang.

Tidak hanya berdampak pada ekonomi, memperpanjang lebaran juga bisa membuat umat Islam kehilangan momentum untuk kembali pada rutinitas yang lebih produktif.

Karena itu, Gus Baha mendorong agar umat Islam meneladani Rasulullah SAW dan para ulama yang senantiasa mengutamakan amal sholeh melalui aktivitas keseharian.

Dengan semangat itu, Gus Baha berharap masyarakat tidak hanya berhenti pada euforia perayaan, namun juga segera kembali menjalankan aktivitas yang bermanfaat.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa bekerja secara sungguh-sungguh pasca Ramadhan merupakan bagian dari keberlanjutan ibadah, bukan sekadar rutinitas duniawi semata.

"Semoga kita tetap bisa menjaga semangat setelah Ramadhan, termasuk dalam bekerja," pungkas Gus Baha menutup nasihatnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |