Sejarah Idul Adha Singkat dan Maknanya bagi Umat Islam Lengkap dengan Dalilnya

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam agama Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Suasana penuh makna ini dirasakan oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia yang melaksanakan tradisi berkurban. Namun, tahukah Anda sejarah Idul Adha singkat yang melatarbelakangi perayaan ini? 

Sebagai umat Islam, tentu penting bagi kita semua untuk memahami sejarah Idul Adha singkat, termasuk makna mendalam dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Pemahaman yang komprehensif tentang sejarah Idul Adha singkat ini sangat penting agar kita dapat menghayati esensi pengorbanan, ketaatan, dan solidaritas yang diajarkan dalam Islam. Selain itu, penting juga untuk mengetahui dalil-dalil Al-Qur'an yang mendasari perayaan ini.

Artikel ini akan menyajikan sejarah Idul Adha singkat namun komprehensif, menjelaskan makna mendalam bagi kehidupan Muslim, serta menyertakan dalil-dalil shahih dari Al-Qur'an dan hadits. Dengan memahami sejarah Idul Adha singkat ini, diharapkan kita dapat semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Mari kita simak pembahasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (26/5/2025).

Jelang Idul Adha, sapi milik Presiden Prabowo Subianto di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mendapat pengamanan ekstra. Setidaknya ada 20 orang yang menjaga dan merawat sapi kurban milik Prabowo.

Pengertian dan Etimologi Idul Adha

Untuk memahami sejarah idul adha singkat, penting untuk mengetahui pengertian dan etimologi dari istilah Idul Adha itu sendiri. Kata 'Idul Adha' berasal dari dua kata, yaitu 'Id' dan 'Adha'. Kata 'Id' berakar dari kata 'aada ya'uudu' yang memiliki arti dasar 'kembali' atau 'berulang'. Disebut demikian karena hari raya ini terus kembali berulang setiap tahunnya.

Sementara itu, kata 'Adha' bermakna 'qurban', yang berarti pengorbanan. Dengan demikian, Idul Adha secara harfiah berarti kembali melakukan penyembelihan hewan kurban. Ibadah kurban ini merupakan simbol pengorbanan seorang Muslim sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT.

Selain Idul Adha, hari raya ini juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Hari Raya Kurban, Lebaran Haji, Yaumul Adha, dan Hari Raya Qurban. Istilah 'Lebaran Haji' sering digunakan di Indonesia karena perayaan Idul Adha bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Mekah.

Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah dan berlangsung selama empat hari, yaitu dari tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah. Waktu pelaksanaan ini bersamaan dengan puncak ibadah haji di Mekah, di mana jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima.

Sejarah Idul Adha Singkat: Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS

Sejarah idul adha singkat nabi ibrahim berpusat pada kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Kisah ini merupakan ujian keimanan yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim AS. Pada saat itu, Nabi Ibrahim AS telah berusia senja dan belum dikaruniai seorang anak pun. Beliau kemudian berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan yang saleh.

Doa Nabi Ibrahim AS dikabulkan, dan lahirlah Nabi Ismail AS sebagai anugerah dari Allah SWT. Namun, kebahagiaan Nabi Ibrahim AS tidak berlangsung lama, karena Allah SWT kemudian memberikan ujian yang sangat berat. Ujian ini tertuang dalam firman Allah SWT:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS Ash-Shaffat: 100)

Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS. Mimpi seorang nabi adalah bagian dari wahyu Allah SWT, sehingga perintah tersebut harus dilaksanakan. Ini merupakan ujian keimanan yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim AS, karena beliau harus mengorbankan anak yang sangat dicintainya.

Dengan bijaksana, Nabi Ibrahim AS menyampaikan isi mimpinya kepada Nabi Ismail AS. Beliau tidak memaksakan kehendak, melainkan meminta pendapat sang anak. Hal ini menunjukkan betapa Nabi Ibrahim AS menghargai pendapat putranya, meskipun beliau adalah seorang nabi yang menerima wahyu dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:

"Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu?" (QS Ash-Shaffat: 102)

Nabi Ismail AS menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa. Beliau menerima perintah Allah SWT dengan lapang dada dan tanpa keraguan sedikit pun. Beliau justru mendorong ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Hal ini menunjukkan betapa Nabi Ismail AS sangat taat kepada Allah SWT dan berbakti kepada orang tuanya. Nabi Ismail AS berkata:

"Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah." (QS Ash-Shaffat: 102)

Ketika Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan penyembelihan, Allah SWT menunjukkan mukjizat-Nya. Tepat pada saat Nabi Ibrahim AS akan mengayunkan pisau, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba dari surga. Domba tersebut berwarna putih, bermata bagus, dan bertanduk. Peristiwa ini menjadi bukti bahwa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS telah lulus dari ujian keimanan yang sangat berat. Allah SWT berfirman:

"Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat: 104-107)

Makna dan Hikmah Idul Adha dalam Islam

Makna idul adha ketaatan dan pengorbanan merupakan inti dari perayaan Idul Adha. Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS mengajarkan tentang ketaatan tanpa syarat kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS bersedia mengorbankan putranya sendiri sebagai wujud ketaatan kepada perintah Allah SWT. Ini adalah contoh ketaatan yang sempurna dan mendalam.

Pengorbanan tidak hanya terbatas pada penyembelihan hewan kurban. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga dapat berkorban dengan meninggalkan hal-hal yang kita sukai demi mendapatkan ridha Allah SWT. Mengutamakan kepentingan akhirat di atas kepentingan dunia juga merupakan bentuk pengorbanan.

Hikmah idul adha solidaritas dan kepedulian terhadap sesama juga merupakan bagian penting dari makna Idul Adha. Melalui ibadah kurban, umat Islam diajak untuk berbagi rezeki dengan mereka yang membutuhkan. Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat, sehingga tercipta kebersamaan dan kepedulian sosial.

Pembagian daging kurban biasanya dilakukan dengan formula 1/3 untuk keluarga sendiri, 1/3 untuk tetangga dan saudara, dan 1/3 untuk fakir miskin. Hal ini bertujuan agar semua orang dapat merasakan kebahagiaan Idul Adha, termasuk mereka yang kurang mampu. Dengan berbagi, kita dapat mengurangi kesenjangan sosial dan mempererat tali persaudaraan.

Makna idul adha ketakwaan juga tercermin dalam perayaan Idul Adha. Hari raya ini menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui shalat Id, penyembelihan hewan kurban, dan amalan-amalan lainnya, kita berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." (QS Al-Kautsar: 1-2)

Perayaan Idul Adha dalam Islam

Perayaan Idul Adha dimulai dengan pelaksanaan shalat Id secara berjamaah pada pagi hari. Shalat Id merupakan salah satu simbol kebersamaan umat Muslim dalam merayakan hari besar yang penuh makna. Setelah shalat, kegiatan dilanjutkan dengan khutbah yang berisi nasehat dan pengingat tentang makna Idul Adha.

Setelah shalat Id, umat Islam yang mampu melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Hewan yang dikurbankan bisa berupa sapi, kambing, domba, atau unta. Namun, hewan kurban tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti sehat, tidak cacat, dan telah mencapai umur minimal yang ditetapkan dalam syariat Islam.

Selain shalat Id dan penyembelihan hewan kurban, terdapat beberapa tradisi dan amalan sunnah yang dianjurkan pada hari raya Idul Adha. Di antaranya adalah mandi dan berpakaian terbaik, menggunakan minyak wangi, dan tidak makan sebelum shalat Id. Rasulullah SAW bersabda:

"Rasulullah SAW memerintahkan kami dalam Idain (Idul Fitri dan Idul Adha) agar memakai pakaian terbagus yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami miliki, dan berkurban pada hari raya Idul Adha dengan binatang kurban termahal dari apa yang kami miliki." (HR Al-Hakim)

Pembagian daging kurban juga memiliki etika tersendiri. Daging kurban sebaiknya dipotong dengan rapi dan dibagikan kepada yang membutuhkan dengan cara yang baik. Prioritas diberikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat. Selain itu, kebersihan dan kesehatan juga harus dijaga selama proses penyembelihan dan pembagian daging kurban.

Hukum dan Dalil Berkurban dalam Islam

Hukum berkurban dalam Islam masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Menurut madzhab Hanafi, berkurban hukumnya wajib bagi yang mampu. Namun, menurut jumhur ulama (mayoritas ulama), berkurban hukumnya sunnah muakkad bagi yang mampu. Artinya, sangat dianjurkan bagi umat Islam yang memiliki kemampuan finansial untuk melaksanakan ibadah kurban.

Dalil kewajiban berkurban terdapat dalam Al-Qur'an, surat Al-Kautsar ayat 2: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." (QS Al-Kautsar: 2)

Selain kemampuan finansial, terdapat beberapa syarat lain yang harus dipenuhi oleh pelaku kurban. Di antaranya adalah Muslim, baligh (dewasa), berakal, dan tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Selain itu, pelaku kurban juga harus memiliki kelebihan harta dari kebutuhan pokoknya.

Hewan yang dikurbankan juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Jenis hewan yang boleh dikurbankan adalah unta, sapi, kambing, dan domba. Umur minimal hewan kurban juga telah ditentukan dalam syariat Islam. Selain itu, hewan kurban harus sehat, tidak cacat, dan merupakan milik sendiri, bukan hasil pinjaman.

Hikmah dan Pelajaran dari Sejarah Idul Adha

Sejarah idul adha singkat mengandung banyak hikmah dan pelajaran spiritual yang dapat kita ambil. Salah satunya adalah keikhlasan dalam beribadah. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS memberikan contoh tentang bagaimana beribadah dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan duniawi. Mereka semata-mata beribadah karena Allah SWT.

Selain itu, sejarah idul adha singkat juga mengajarkan tentang kepasrahan kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS menunjukkan sikap tawakal setelah berusaha maksimal. Mereka menerima ketentuan Allah SWT dengan lapang dada dan yakin bahwa Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi mereka.

Dari sisi sosial, sejarah idul adha singkat mengajarkan tentang kepedulian terhadap sesama. Melalui ibadah kurban, kita diajak untuk tidak melupakan mereka yang kurang beruntung. Kita berbagi rezeki yang telah diberikan Allah SWT kepada kita, sehingga tercipta masyarakat yang saling peduli dan membantu.

Sejarah idul adha singkat juga mengajarkan tentang kebersamaan dalam perbedaan. Perayaan Idul Adha menyatukan umat Muslim dari berbagai latar belakang dalam ritual yang sama. Hal ini menghilangkan sekat-sekat sosial ekonomi dan membangun persaudaraan sejati.

Sejarah idul adha singkat merupakan kisah yang sarat makna dan hikmah. Teladan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS mengajarkan tentang pengorbanan, ketaatan, dan solidaritas. Dalil-dalil Al-Qur'an yang menguatkan perayaan ini semakin menegaskan pentingnya Idul Adha bagi umat Islam.

Marilah kita menghayati makna mendalam Idul Adha dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Berbagilah dengan sesama sesuai kemampuan kita, dan jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sejarah idul adha singkat namun penuh hikmah ini mengajarkan bahwa pengorbanan sejati adalah ketika kita rela meninggalkan yang kita cintai demi ridha Allah SWT dan kemaslahatan bersama.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |