Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris, Khalid bin Bandar Al Saud, menyerukan pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel jika bantuan kemanusiaan tambahan tidak sampai ke Jalur Gaza, lapor koran Politico pada Kamis.
Diplomat Saudi tersebut mendesak Washington untuk menindaklanjuti ancamannya dan menghentikan pengiriman senjata ke Israel jika lebih banyak bantuan kemanusiaan tidak diizinkan masuk ke wilayah Palestina tersebut dalam 30 hari ke depan.
Melansir Antara, Arab Saudi berharap AS akan menepati janjinya mengenai ultimatum yang diberikan kepada Israel, dengan mencatat bahwa tidak ada negara di dunia yang dapat mempengaruhi keputusan Israel lebih dari AS.
Dubes Arab Saudi itu juga mengatakan tindakan Israel tidak membawa kawasan menuju perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, namun malah membuat Israel berada dalam bahaya yang lebih besar daripada beberapa dekade sebelumnya.
Pada Selasa, media Israel melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengirim surat kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dearmer yang mengancam mereka dengan embargo senjata terhadap Israel, jika krisis kemanusiaan di Jalur Gaza tidak tertangani dalam sebulan.
Kemudian pada Rabu, portal berita Axios yang mengutip beberapa sumber melaporkan bahwa pejabat Israel berjanji akan segera memperbaiki situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Simak Video Pilihan Ini:
Motor Pelaku Klitih Ketinggalan karena Aksinya Kepergok Warga di Yogyakarta
Rezim Israel Cegat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza secara Sistematis
Rezim Israel secara sistematis mencegat bantuan kemanusiaan ke Gaza, menurut Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asai Manusia (HAM) Volker Turk.
Dalam pidatonya pada Kamis, Turk menekankan "pentingnya untuk memantau peringatan dini, pencegahan, tanggung jawab dan perdamaian di tengah pelanggaran hukum internasional yang terus terjadi dan meluasnya impunitas," menurut situs PBB.
"Perang — jika penyebabnya tidak ditangani — akan merembet ke zona pertempuran baru," katanya, dikutip Antara.
Dia menambahkan bahwa penindasan berkepanjangan terhadap rakyat Palestina dan siklus kebencian, kematian dan kehancuran berulang di Timur Tengah menjadi "sebuah pertunjukan tragis dari kenyataan ini."
Lebih dari 42.000 warga Palestina di Gaza terbunuh, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 1,9 juta orang mengungsi akibat serangan gencar militer Israel yang tiada henti.
"Saya tidak bisa cukup menggarisbawahi kondisi bertahan hidup menyedihkan yang dialami warga Palestina di Gaza," kata Turk yang juga mencatat bahwa bantuan kemanusiaan yang memadai ditolak secara sistematis.