Liputan6.com, Jakarta - Kisah Nabi Nuh AS dan kapal legendaris miliknya ini termaktub dalam kitab suci agama-agama samawi yang diturunkan kepada para Nabi, termasuk juga kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kisah Nabi Nuh dan kapal miliknya ini juga termaktub dalam prasasti Babilonia yang hingga kini usianya telah mencapai 3.000 tahun. Uniknya, dalam prasasti ini ditemukan peta dan simbol-simbol yang menyedot perhatian para peneliti.
Prasasti atau artefak yang berbahan baku dari tanah liat ini diteliti oleh para ahli sejak ditemukan di wilyah Timur Tengah.
Setelah lebih dari sebulan, para peneliti memperoleh sedikit cahaya terang setelah meneliti simbol-simbol pada lempengan tersebut.
Para peneliti juga meyakini bahwa artefak itu merupakan salah satu rujukan yang jelas perihal cerita kapal Nabi Nuh yang tertera dalam Alkitab.
Simak Video Pilihan Ini:
Dokter Tampan Rela Naik Turun Pegunungan Demi Obati Mata Warga Pedesaan Banjarnegara
Letak Bahtera Nabi Nuh versi Prasasti Babilonia
Dalam prasasti Babilonia ini terdapat semacam peta yang menunjukkan letak yang diduga kuat merupakan tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS.
Di bagian belakang artefak tersebut dikatakan berfungsi seperti kunci rahasia yang menunjukkan kepada para penjelajah rute yang mungkin mereka ambil dan mereka perhatikan sepanjang perjalanan. Salah satu bagian dilaporkan mengatakan siapa pun dalam perjalanan harus melewati "tujuh liga untuk melihat sesuatu yang setebal kapal parsiktu".
Berdasarkan kitab suci Babilonia kuno lainnya, kata 'parsiktu' biasanya membantu menjelaskan ukuran kapal yang dibutuhkan untuk bertahan dari banjir besar.
Bagian lain juga muncul untuk menunjukkan jalan menuju "Urartu" diikuti dengan instruksi bagaimana menuju ke sana. Urartu diyakini sebagai tempat seorang pria dan keluarganya mendaratkan bahtera raksasa yang mereka buat, menurut puisi kuno Mesopotamia.
Para peneliti mengatakan bahwa Urartu – juga dikenal sebagai Ararat – terletak di puncak gunung di Turki dan konon merupakan tempat di mana bahtera itu berada setelah banjir selama 150 hari.
"Ini menunjukkan bahwa ceritanya sama, dan tentu saja cerita yang satu mengarah ke cerita yang lain, tetapi juga, dari sudut pandang Babilonia, ini adalah fakta yang sebenarnya. Kisah Alkitab tentang Bahtera Nuh mengikuti versi Babilonia," katanya dikutip dari The Sun, Kamis (14/11/2024).
Bahtera Nabi Nuh dalam Al-Qur'an
Al-Quran Surat As-Shaffat ayat 126 menyebut Nabi Adam, Idris dan Nuh merupakan nenek moyang terdahulu. Di dalam kitab Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran menyebutkan Alquran tidak secara spesifik menjelaskan letak pemukiman kaum Nabi Nuh.
Namun, beberapa ulama meyakini mereka hidup di kawasan yang saat ini dikenal sebagai Kufah dan Irak. Alquran Surat Hud ayat 44, hanya menyebut lokasi mendaratnya bahtera Nabi Nuh yaitu di Gunung Judi.
"Dan firmankan. "Wahai bumi! telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah" Dan air pun disurutkan dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi dan dikatakan binasalah orang-orang zalim."
Maulana Yusuf Ali dalam Tafsir Al-Quran menyatakan, bahwa gunung atau bukit Judi berada di suatu wilayah yang meliputi distrik Bohtan di Turki dekat perbatasan negara- negara Turki, Irak dan Suriah sekarang ini. Dataran tinggi dari rangkaian pegunungan ararat yang besar mendominasi wilayah ini.
Sejumlah penelitian juga mengklaim bahwa gunung Judi yang dimaksud adalah Gunung Ararat, Turki. Klaim ini berdasar pada penemuan struktur yang diduga merupakan perahu itu di Gunung Ararat di Turki Timur pada akhir 1950-an.
Sementara itu, Dr Maurice Bucaille dalam tulisannya “Al-Qur’an, Bible dan Sains Modern” menyatakan bahwa “Gunung Judi ini adalah puncak pegunungan Ararat di Armenia, tetapi tidak dapat menjamin bahwa tidak ada perubahan nama untuk menyesuaikan antara riwayat itu sebab banyak nama tempat “Judi” di Arab”.
Muhammad Isa Daud dari Mesir dalam karyanya “Al-Lazina Sakanu al-ardha Qablana” terbitan Pustaka Hidayah mengungkapkan bahwa adanya pembodohan penemuaan bahtera Nuh yang dilakukan sejumlah ilmuwan. Pada saat itu ilmuwan Amerika bernama John Leiby mengatakan kepada para Arkeolog senior bahwa dia bermimpi tempat yang dalam yang merupakan lokasi terdamparnya Nabi Nuh. Setelah bermimpi, ia berkeliling disekitar Gunung Ararat untuk mencarinya namun pencarianya gagal karena beruang-beruang mengusirnya.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul