Liputan6.com, Jakarta - Pada minggu terakhir Muharram 2025, umat Islam masih ada kesempatan memanfaatkan bulan mulia itu dengan beribadah. Salah satu ibadah yang dapat diperbanyak adalah sholat Dhuha.
Sholat Dhuha adalah sholat yang dikerjakan setelah matahari terbit dan berlangsung hingga menjelang waktu sholat Dzuhur. Waktu Dhuha dimulai dengan rentang waktu sekitar 45 menit hingga 1,5 jam setelah matahari terbit.
Hukum sholat Dhuha adalah sunnah. Artinya, akan mendapat pahala jika dikerjakan tapi tidak menjadi dosa bila ditinggalkan.
Level kesunnahan sholat Dhuha adalah muakadah alias sangat dianjurkan. Hal ini karena Rasulullah SAW melakukannya dan mewasiatkan kepada Abu Hurairah untuk menjaganya, begitu pula kepada Abu Dzarr dan Abud Dardaa’. Wasiat tersebut juga berlaku untuk seluruh umatnya.
Bagi muslim yang ingin mengamalkan sholat Dhuha di minggu terakhir Muharram 2025, simak berikut Liputan6.com bagikan jumlah rakaat, tata cara dan niat sholat Dhuha, hingga doanya, dirangkum dari beberapa referensi pada Senin, 21 Juli 2025.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menjelajah Eksotisnya Wisata Pegunungan Palujantung Cilacap
Jumlah Rakaat Sholat Dhuha
Berikut hadis-hadis tentang jumlah rakaat sholat Dhuha.
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم: «مَنْ صَلَّى الضُّحى ثنتي عَشْرَةَ رَكْعةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْراً في الْجَنةِ»، رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَاسْتَغْرَبَهُ.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan sebuah istana di surga.” (HR. Tirmidzi) [HR. Tirmidzi, no. 473. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-‘Allam, 3:348 menyatakan bahwa sanad hadits ini dhaif].
وَعَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: «دَخَلَ النَّبي صلّى الله عليه وسلّم بَيْتِي، فَصَلَّى الضُّحى ثَمَانِي رَكَعَاتٍ»، رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ في «صَحِيحِهِ».
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku, kemudian beliau shalat Dhuha delapan rakaat.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya) [HR. Ibnu Hibban, 6:272. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-‘Allam, 3:348-349 menyatakan bahwa sanad hadits ini dhaif].
Mengutip Rumaysho.com, hadis di atas menunjukkan keutamaan sholat Dhuha yang 12 rakaat, tetapi hadisnya dhaif. Begitu pula hadis kedua menunjukkan keutamaan sholat Dhuha yang 8 rakaat, sama pula hadisnya dhaif.
Oleh karenanya, kita cukup berpegangan pada hadis sahih. Hadis sahih menunjukkan bahwa sholat Dhuha ada yang dua rakaat sebagaimana dalam hadis Abu Dzarr, hadis Aisyah juga membicarakan sholat Dhuha yang empat rakaat, juga hadis Anas yang membicarakan bahwa Nabi SAW melaksanakan sholat Dhuha enam rakaat.
Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sholat Dhuha sebanyak delapan rakaat sebagaimana dalam hadis Ummu Hani.
Berapa jumlah rakaat maksimal untuk sholat Dhuha? Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata bahwa tidak ada batasan rakaat maksimal, paling sedikit adalah dua rakaat, paling banyaknya tidaklah dibatasi. Karena Dhuha adalah waktu untuk sholat dan menyibukkan waktu dengan sholat adalah amalan yang afdhal dan ketaatan yang paling bagus.
Tata Cara dan Niat Sholat Dhuha
Mengutip NU Online, sholat dhuha dapat dilaksanakan sebagaimana sholat-sholat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam sebagaimana berikut.
Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihrâm. Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat sholat dhuha berikut.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Saya niat sholat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan sholat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat. Setelah salam atau selesai seluruh sholat kemudian membaca doa.
Doa Sholat Dhuha
Berikut doa setelah sholat dhuha.
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.
Artinya: “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”
Wallahu a'lam.