Begini Desain Pakaian Ihram Perempuan saat Haji, Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang musim haji 2025, banyak calon jamaah mulai mempersiapkan segala kebutuhan mereka, termasuk perlengkapan ibadah seperti pakaian ihram. Untuk laki-laki, desain pakaian ihram sudah sangat dikenal. Namun, bagaimana dengan perempuan?

Pertanyaan tentang pakaian ihram perempuan kerap muncul dari calon jamaah, khususnya terkait bentuk, warna, dan ketentuan syar’inya. Hal ini menjadi penting agar ibadah haji berjalan sah dan sesuai tuntunan.

Pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa tidak ada desain khusus untuk pakaian ihram perempuan. Yang paling utama adalah pemenuhan syarat sesuai dengan syariat.

"Untuk yang perempuan, untuk pakaiannya tidak ada desain yang khusus. Yang ada adalah ketentuan yang mengikat: menutup aurat dengan baik dan tidak tabarruj," ujar UAH, dikutip dari tayangan di kanal YouTube @wonderfulhajiumroh, Selasa (29/04/2025).

Menurutnya, tabarruj adalah menampakkan sesuatu yang berpotensi menarik perhatian lawan jenis secara berlebihan. Hal ini yang perlu dihindari saat mengenakan pakaian ihram.

Dalam kajian tersebut, UAH menyampaikan pentingnya memahami esensi pakaian ihram, terutama bagi perempuan, agar ibadah tidak tercampuri dengan unsur yang tidak syar’i.

Simak Video Pilihan Ini:

Berkah, Kursi Roda untuk Nenek Lumpuh

Perempuan Boleh Pakai Kain Berjait

Ia menekankan bahwa perempuan tetap boleh memakai pakaian berjahit, tidak seperti laki-laki yang tidak boleh memakai pakaian berjahit saat ihram. Namun pakaian tersebut tetap harus syar’i.

"Yang penting itu bukan modelnya. Tapi apakah sudah menutup aurat? Apakah tidak membentuk tubuh? Apakah tidak mencolok? Itu poin-poin yang jadi perhatian," tambah UAH.

Dalam sejarah Islam, perempuan di masa Nabi Muhammad tetap menggunakan pakaian yang sesuai budaya setempat selama syarat-syarat syar’i terpenuhi.

Tidak ada ketentuan mengenai warna tertentu. Perempuan boleh memakai warna putih, hitam, atau warna lain selama tidak mencolok dan tidak mengundang perhatian.

Beberapa ulama juga memperbolehkan perempuan memakai cadar atau niqab di luar ihram. Namun, saat sedang ihram, niqab dan sarung tangan tidak diperkenankan digunakan.

Meski demikian, wajah tetap harus dijaga dari pandangan yang mengundang fitnah. Perempuan dapat menggunakan kain tipis yang tidak menyentuh wajah untuk menjaga auratnya.

Pelajari Esensi Ibadah Haji

UAH mengingatkan bahwa tujuan utama berpakaian saat ihram adalah menjaga kesucian niat dan keseriusan dalam beribadah, bukan untuk tampil menarik atau berlebihan.

Selain itu, jamaah perempuan juga diminta untuk tidak memakai wewangian atau aksesoris yang dapat menimbulkan kesan glamor selama menjalankan ibadah haji.

Dalam fiqih haji, disebutkan bahwa wanita ihram harus tampil sederhana, layaknya seorang hamba yang menghadap Allah dengan penuh kerendahan.

Pakaian yang bersih, tidak ketat, dan tidak transparan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan ihram bagi perempuan.

UAH mengingatkan, banyak yang terjebak pada aspek luar seperti model baju, tetapi lupa pada tujuan utama ihram, yaitu melepaskan diri dari dunia dan menuju Allah.

Dengan pemahaman yang benar, perempuan dapat menunaikan ibadah haji dengan lebih khusyuk tanpa perlu kebingungan tentang model pakaian.

Poin penting yang ditekankan adalah kesesuaian pakaian dengan syariat, bukan mengikuti tren atau kesan estetik semata.

Sebagai penutup, UAH mengajak semua calon jamaah, terutama perempuan, untuk belajar dan memahami esensi dari ibadah ihram agar perjalanan spiritual ke Tanah Suci menjadi bermakna dan diterima oleh Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |