Liputan6.com, Jakarta - Janji adalah utang. Jika seorang muslim berjanji kepada orang lain, maka ia wajib menepatinya. Pada hakikatnya, menepati janji atau tidak adalah kekuasaan Allah SWT. Belum tentu Allah berkenan terhadap orang tersebut untuk menepati janjinya.
Nabi Muhammad SAW mensyariatkan kepada umatnya ketika berjanji agar selalu mengiringi kalimat إِنْ شَاءَ اللَّه yang berarti jika Allah menghendaki. Latinnya dapat ditulis ‘insya Allah’ atau ‘insha Allah’.
Dalam penulisannya, sebagian orang menulisnya ‘insya Allah’ dan ada juga ‘insha Allah’. Perbedaannya adalah menggunakan huruf ‘Y’ dan ‘H’.
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang Gus Ach Dhofir Zuhry menjelaskan bahwa dalam kaidah bahasa Indonesia penulisan yang tepat adalah ‘insya Allah’, bukan ‘insha Allah’.
"Pakai 'H' atau pakai 'Y'? Dalam bahasa Indonesia pakai 'Y' (insya), kalau pakai 'H' (insha) jadi insho (إنصا) nanti," jelas Gus Dhofir dikutip dari laman NU Online.
Terlepas dari perdebatan bagaimana cara penulisannya, menarik untuk diulas bagaimana awal mula kalimat insya Allah disyariatkan oleh Rasulullah SAW. Simak berikut penuturan ulama kharismatik KH Ahmad Bahaudin alias Gus Baha.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah Pengusaha Tionghoa Bantu Pejuang Perang Gerilya di Pegunungan Cilacap
Awal Mula Insya Allah Disyariatkan
"Suatu saat ada orang Yahudi tanya, Muhammad kalau kamu nabi betul, beri tahu kami tentang Dzulqarnain, beri tahu kami tentang roh, beri tahu kami tentang Lukman Al-Hakim," kata Gus Baha mengisahkan, dikutip dari YouTube Pojok Ilmu, Selasa (5/10/2024).
Gus Baha mengatakan, Rasulullah SAW setiap ada masalah selalu dibantu oleh Malaikat Jibril. Ketika ada pertanyaan itu, maka Nabi SAW yakin bahwa Malaikat Jibril akan membantunya.
"Nabi karena reputasi hariannya dibantu Jibril bilang, ‘Yaudah besok datang lagi ke sini tak jawab’," tutur Gus Baha.
Namun ternyata pada masalah itu Malaikat Jibril tidak datang membantu Rasulullah SAW.
"Ternyata Jibril gak datang, ditunggu lama gak datang. Padahal yang tanya orang Yahudi yang sukanya mem-bully nabi. Lama-lama (nabi) protes. ‘Jibril ini bagaimana saya dalam keadaan tertekan malah tidak ada datang’," ujar Gus Baha.
Turun Ayat Al-Qur’an
Kemudian Malaikat Jibril datang seraya memberikan ayat berikut.
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ.
Artinya: "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, 'Aku pasti melakukan itu besok pagi,'"
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
Artinya: "kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
"Akhirnya semenjak itu nabi mensyariatkan, kalau kamu janji harus mengatakan insya Allah," pungkas Gus Baha.
Wallahu a’lam.