Liputan6.com, Jakarta - Pentingnya belajar akidah sering kali menjadi topik perbincangan di kalangan umat Islam. Akidah adalah dasar keyakinan yang mempengaruhi semua aspek kehidupan, mulai dari cara beribadah hingga cara berinteraksi dengan sesama.
Meski begitu, tidak semua orang mampu memahami ilmu akidah dengan mudah, terutama jika dibawakan dalam bentuk dialog yang panjang dan rumit.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @albahjah-tv, pendakwah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya memberikan penjelasan sederhana mengenai cara belajar akidah.
“Imam Ghazali mengajarkan kita untuk menyederhanakan pembelajaran akidah. Yang penting, kita sudah beriman. Kalau terlalu banyak dialog atau pembahasan yang rumit, itu justru bisa membingungkan,” ujar Buya Yahya dalam video tersebut.
Buya Yahya menegaskan bahwa dialog-dialog yang panjang terkait akidah bisa membahayakan bagi orang awam. Menurutnya, kemampuan setiap orang dalam memahami ilmu akidah itu berbeda-beda.
Simak Video Pilihan Ini:
Debt Collector Hendak Rampas Mobil di Banyumas, Emak-Emak Nangis Histeris
Perbanyak Dzikir dan Baca Al-Quran
“Kadang-kadang orang hanya menghafal masalahnya, tapi tidak tahu jawabannya. Ini bisa bahaya, karena akhirnya mereka terjebak dalam kebingungan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Buya Yahya mengingatkan pentingnya memperbanyak zikir dan membaca Al-Qur'an sebagai bagian dari proses belajar akidah. “Perbanyaklah zikir. Allah sendiri yang berfirman, ‘Ala bidzikrillahi tatmainul qulub’, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang,” tegasnya.
Dalam menjelaskan akidah, Buya Yahya menyebut bahwa pemahaman tentang sifat-sifat Allah dan sifat-sifat Nabi adalah hal yang utama.
Misalnya, Allah Maha Ada, Maha Berkuasa, dan berbeda dengan makhluk-Nya. “Tidak perlu dialog panjang-panjang. Kita cukup memahami bahwa Allah Maha Ada, Allah berbeda dengan makhluk-Nya, dan itu sudah cukup untuk kita,” kata Buya Yahya dengan penuh keyakinan.
Ia juga menekankan bahwa para ulama terdahulu telah menyederhanakan ilmu akidah agar mudah dipahami.
“Para ulama kita sudah menyederhanakan. Contohnya, kita diajari sifat-sifat Allah yang 20. Ini saja sudah cukup sebagai dasar akidah kita, tanpa harus masuk ke perdebatan yang rumit,” tambahnya.
Namun, bagi mereka yang ingin mempelajari akidah lebih mendalam, Buya Yahya menegaskan bahwa itu memang penting, khususnya dalam rangka melindungi umat dari pemikiran-pemikiran yang sesat.
“Bagi orang yang memiliki kemampuan lebih, memang wajib belajar akidah secara mendalam, karena di sana ada filsafat dan pemikiran yang bisa menyesatkan,” katanya.
Meskipun begitu, ia kembali mengingatkan bahwa tidak semua perdebatan akidah perlu disampaikan kepada orang awam. “Jangan semua perdebatan akidah dihadirkan ke hadapan orang awam. Mereka bisa bingung, dan justru kehilangan arah. Perdebatan itu biarlah di kalangan ulama,” ujar Buya Yahya mengingatkan.
Begini Konsep Belajar Akidah
Dalam penjelasannya, Buya Yahya juga menyoroti dampak negatif jika orang awam terlibat dalam perdebatan yang panjang dan berat.
“Kalau orang awam terlibat dalam perdebatan yang berat, mereka bisa tambah bingung. Bukan karena ilmunya, tapi karena debat yang tak ada ujungnya,” ujarnya.
Buya Yahya menambahkan bahwa akidah adalah ilmu yang mulia, namun jika dipelajari tanpa pedoman yang tepat, ia bisa menjadi sumber kebingungan.
“Belajar akidah itu mulia, tapi kalau kita tidak memahami rambu-rambunya, bisa jadi sumber kebingungan. Karena itu, belajar akidah yang sederhana dulu, jangan langsung terjun ke perdebatan yang rumit,” tegasnya.
Ia mengajak umat untuk lebih fokus pada ibadah, zikir, dan pemahaman sederhana tentang akidah. “Fokuslah pada ibadah, zikir, dan pelajari akidah dengan sederhana. Insya Allah itu sudah cukup untuk menjalani hidup dengan tenang dan yakin,” kata Buya Yahya.
Selain itu, ia menegaskan pentingnya memahami sifat-sifat Allah dan sifat-sifat Nabi dengan cara yang sederhana.
“Kenalilah sifat-sifat Allah yang sederhana, seperti Allah Maha Kuasa, Allah Maha Berkehendak. Begitu juga sifat Nabi, yang harus kita yakini dengan tenang tanpa perlu dialog yang panjang,” katanya.
Buya Yahya juga memberikan contoh dari kehidupan sehari-hari di mana kita bisa mengamalkan akidah. “Dulu, di mushola-mushola kecil, kita diajari sifat 20 tanpa harus paham artinya dulu. Dengan cara yang sederhana itu, kita sudah bisa menghafal dan mempercayai akidah,” ceritanya.
Penutupnya, Buya Yahya menekankan kembali bahwa inti dari akidah adalah mengenal Allah dan Rasul-Nya. “Yang penting itu kita kenal Allah, kenal Rasul, dan memperbanyak dzikir. Kalau kita sudah melakukannya, Insya Allah hidup kita akan dipenuhi dengan ketenangan,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul